Salin Artikel

Siswa SMP yang Menganiaya Guru di Lamongan Dikenal Sosok Pendiam

Pandangan tersebut diungkapkan Muntasir, kepala sekolah tempat M menuntut ilmu.

Dalam keseharian, Muntasir melihat M tidak jauh berbeda dengan kebanyakan siswa di sekolahan yang dipimpin olehnya.

M bukan sosok nakal ataupun 'trouble maker' yang kerap berbuat ulah di sekolah.

"Kalau di sekolah ya belajar seperti biasa, perilakunya sama seperti murid pada umumnya, tidak nakal," ujar Muntasir saat dihubungi awak media, Kamis (16/11/2023).

Atas dasar tersebut, Muntasir juga mengaku heran dengan apa yang telah dilakukan M terhadap Wiwik Ustrini (49).

Siswa kelas delapan tersebut nekat menganiaya gurunya sendiri, hanya gara-gara M ditegur Wiwik lantaran tidak mengenakan sepatu di ruang kelas.

"Saya juga tidak tahu, kenapa sampai terjadi seperti itu," ucap Muntasir.

Muntasir menjelaskan, pihak sekolah sebenarnya sudah berupaya melakukan mediasi kasus yang terjadi, sembari berharap persoalan dapat diselesaikan dengan win-win solution.

Namun guru yang menjadi korban, masih menghendaki dan tetap melanjutkan perkara ke jalur hukum.

"Kami sudah upayakan untuk keduanya agar bisa diselesaikan dengan cara baik-baik, tapi masih buntu," kata Muntasir.

Ia menambahkan, kondisi guru yang sempat dianiaya M sudah membaik. Begitu pula dengan kondisi lingkungan sekolah yang dipimpin olehnya, sudah kembali normal.

Aktivitas pembelajaran sudah berlangsung seperti sebelumnya, di mana para siswa tidak ada yang trauma maupun ketakutan.

"Kondisi sekolah biasa saja, tidak ada yang begitu wah atau bagaimana. Para siswa dan guru ya sudah biasa lagi," tutur Muntasir.

Disdik turut prihatin

Penganiayaan yang dilakukan M kepada gurunya turut mengundang keprihatinan dari Dinas Pendidikan (Disdik) Lamongan.

Sebab menurut Kepala Disdik Lamongan Munif Syarif, kejadian siswa menganiaya gurunya sendiri baru pertama kali terjadi di wilayah Kabupaten Lamongan.

"Kami dari Dinas Pendidikan turut prihatin dan menyayangkan itu terjadi, karena di Lamongan ini lagi gencar membuat sekolah ramah anak dan nyaman," ujar Munif.

Munif berharap, kejadian ini menjadi pembelajaran bersama bagi semua pihak.

Keluarga maupun pihak sekolah diimbau aktif menjalin komunikasi dan koordinasi, serta bekerja sama dalam menunjang pendidikan si anak agar kejadian serupa tidak sampai terulang kembali.

Bahkan Munif mengaku, pihaknya sudah menerjunkan tim untuk mencari tahu mengenai kejadian sebenarnya.

Pihaknya pun meminta Unit Pelayanan Teknis Daerah Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak (UPTD PPPA) serta Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Lamongan untuk memberikan pendampingan.

Sementara itu pihak kepolisian sampai berita ini ditulis masih melakukan pendalaman dan pemeriksaan lebih lanjut mengenai kasus siswa menganiaya guru ini.

Mereka masih meminta keterangan dari sejumlah saksi yang mengetahui insiden penganiayaan tersebut.

"Sampai sekarang masih pemeriksaan saksi-saksi," ucap Kasat Reskrim Polres Lamongan, AKP I Made Suryadinata.

Diberitakan sebelumnya, siswa berinisial M nekat menganiaya gurunya sendiri usai ditegur lantaran tidak mengenakan sepatu di dalam ruang kelas, Rabu (15/11/2023).

Tidak hanya melempar kursi yang mengenai bagian kaki Wiwik, dalam insiden ini M juga sempat mengayunkan senjata tajam jenis bendo hingga melukai jari tangan Wiwik.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/11/17/052417378/siswa-smp-yang-menganiaya-guru-di-lamongan-dikenal-sosok-pendiam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke