Salin Artikel

Cerita Jemaah Asal Jember yang Ditelantarkan 8 Hari Saat Umrah, Dimintai Uang Tambahan, Pulang dengan Biaya Mandiri

Laporan dilakukan karena agen travel telah menelantarkan mereka saat beribadah di Tanah Suci.

Saifun Bahri, salah satu korban bercerita bahwa perjalanan umrah mereka seharusnya 16 hari. Namun para jemaah terlantar hingga 24 hari.

"Akomodasi yang diterima juga tidak sesuai dengan janji. Ketika waktu akan pulang diinformasikan di Madinah diminta persiapan kemas-kemas barang besok bisa pulang, dan ternyata hanya ditransitkan ke penginapan yang lain bukan langsung pulang hanya mutar-mutar saja, ketika ada petugas KBRI diminta untuk rehat sementara," ungkapnya.

Syaiful mengaku berangkat bersama istri dan membayar Rp 72 juta. Namun saat di Arab Saudi, ia dimintai uang tambahan Rp 43 juta untuk biaya penginapan.

"10 paspor untuk jaminan hotel , salah satunya milik saya paspornya. Setelah itu kami diminta harus membayar dulu Rp 43 juta oleh pihak travel. Jadi kami datang datang ke Mapolres Jember membuat laporan untuk berjuang agar uang yang telah dikeluarkan," kata dia.

Dalam rundown, pemberangkatan umrah dimulai 7 Oktober 2024 . Sesuai Jadwal, kata Saiful, para jemaah itu harus tiba di Indonesia pada 24 Oktober 2023

"Namun kami baru bisa pulang pada 29 Oktober 20023, dengan biaya mandiri. Kami merasa kasian dan prihatin pada jemaah yang lain, kalau tidak dapat kiriman, pasti tidak bisa pulang," kata pria asal Kecamatan Sumberbaru Jember itu.

Sementara itu jemaaah perempuan yang tak mau disebutkan namanya mengatakan dalam kontrak perjalanan, rombongan akan diberangkatkan dari Bandara Juanda, Sidoarjo.

Namun mereka dibawa menggunakan bus ke Jakarta.

"Dari Jember kami dibawa naik kendaraan berhenti di rest area tol Sidoarjo. Disitu bukan lanjut ke bandara Juanda-Surabaya, tapi malam ganti bus ke Jakarta lewat darat menuju Bandara Soekarno-Hatta," ungkap dia.

Saat di Jakarta, kata dia, sebanyak 101 jamaah menunggu pesawat selama berjam-jam. Kemudian, pihak agensi baru menaikkan rombongan ke pesawat Indigo menuju di Mumbai-India.

"Di sana (Mumbai) para jamaah kembali menunggu berjam-jam. Sempat ada beberapa visa jamaah yang ditahan petugas bandara, karena ramai mengeluh tiadanya konsumsi. Untungnya, visa dikembalikan lagi oleh petugas bandara Mumbai. Sehingga, kami bisa melanjutkan penerbangan," tuturnya.

Selama perjalanan lewat jalur udara dari Mumbai ke Arab Saudi. Menurutnya, para jamaah harus menahan haus dan lapar, karena sama sekali tidak disediakan makanan atau minuman.

"Kami sampai minta minuman yang itu sebenarnya jatah pramugari. Kami minta ke pramugari diberi minuman, mungkin kasihan ke jamaah," ujar dia.

Setelah tiba di Mekkah Arab Saudi, katanya, fasilitas hotel dan konsumsi lancar selama tiga hari. Masalah kembali terjadi saat pindah ke Madinah. Jemaah diajak berkeliling tanpa kejelasan tujuan tempat menginap.

"Cekcok antara jemaah terjadi begitu saja hingga videonya menyebar ke berbagai lini media sosial. Usai perang mulut, pihak agensi memberi penginapan," katanya.

"Tapi, penginapan sepertinya bukan hotel bintang tiga sebagaimana yang dijanjikan. Ada dua tempat penginapan yang digunakan saat di Madinah, sehingga kami kalau makan harus pindah ke penginapan satunya. Makanan sering terlambat, contohnya untuk sarapan baru jam 11 siang ada," urainya.

Ketika jadwal jemaah harus pulang ke Tanah Air, katanya, justru mereka masih tertahan selama beberapa hari di Madinah. Jemaah mulai gusar dan uring-uringan dengan agensi.

"Beberapa orang jemaah sampai nekat minta transfer uang keluarganya yang di Indonesia agar bisa pulang tepat waktu," sebutnya

Kasatreskrim Polres Jember AKP Abid Uais Al-Qarni Aziz mengatakan ada delapan agen travel umrah yang diperiksa.

"Hari ini penyidik memeriksa agen-agen. Kurang lebih ada sekitar 8 agen," ujarnya, Sabtu (11/11/2023).

Menurutnya, pengungkapan kasus ini dilakukan oleh tim khusus yang beranggotakan tujuh orang penyidik.

Sebab perkara tersebut telah menjadi sorotan publik, karena jumlah korbannya mencapai puluhan orang.

"Saya bentuk tim supaya cepat terbagi tugasnya masing-masing. Kami serius, karena jumlah korbannya mencapai 43 orang," tutur Abid.

Hasil pemeriksaan sementara, kata Abid, ditemukan ada unsur tindak pidana penipuan tiket pesawat. Bahkan, diduga pembeliannya melalui sistem tembak.

"Tidak disediakan dari awal, tapi masih mencari-cari yang ada promosi. Ketika terkendala tiket kondisi terdesak diakali oleh agen beli saat itu. Bahkan ada jamaah yang terpaksa beli sendiri," tuturnya.

Lebih lanjut, kata dia, penipuan tersebut juga menyangkut sarana penginapan, kendaraan, dan makanan yang harusnya disediakan oleh agensi sesuai kontrak perjalanan umrah dengan jemaah.

Namun, kata Abid, justru para jemaah harus membayar lagi sebesar Rp 36 juta ke Travel Z, agar bisa memperoleh penginapan dan makanan saat di Arab Saudi.

"Masih kita dalam lagi, karena keterangan yang kami peroleh saat di sana (Arab Saudi) tidak langsung tersedia hotel dan konsumsi untuk para jeemaah umrah," ulas dia.

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Telantarkan Jemaah Umrah, 8 Agen Travel di Jember Diperiksa Polisi, Ditemukan Unsur Penipuan

https://surabaya.kompas.com/read/2023/11/12/065600178/cerita-jemaah-asal-jember-yang-ditelantarkan-8-hari-saat-umrah-dimintai

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com