Salin Artikel

Sedekah Dawet, Kearifan Lokal Petani Kediri agar Hujan Segera Turun

Tradisi yang telah ada secara turun temurun itu dilakukan sebagai ikhtiar mereka agar hujan segera turun.

Tradisi ini pun sebagai suatu sarana berdoa kepada Tuhan agar melimpahkan rahmat-Nya berupa hujan.

Sedekah itu dilakukan dengan diaraknya beberapa kendil berisi dawet lalu dibacakan doa-doa secara berjamaah.

Sebagian dawet kemudian dibagi-bagikan kepada warga sekitar maupun para pengguna jalan, dan sebagian kecil lainnya dilarung ke sumber mata air Kembangan yang ada di desa setempat.

Ada juga dawet yang disebar secara acak ke udara sehingga terjatuh ke tanah hingga mirip turunnya hujan. Rintik dawet itu kadang juga mengenai orang-orang yang larut dalam kegiatan tersebut.

Kepala Lurah Paron Buyung Wicaksono mengatakan, kegiatan tersebut sengaja digelar untuk mewadahi aspirasi para petani di wilayahnya.

Sebab, mereka saat ini tengah kekurangan air untuk lahan pertanian menyusul kemarau yang cukup panjang ini.

"Tahun 2023 ini kemarau cukup panjang dan lama tidak turun hujan sehingga sumber ini debit airnya berkurang. Akibatnya saat ini kami sudah kesulitan air," ujar Buyung saat ditemui di lokasi sedekah, Senin (6/11/2023).

Padahal mata air itu menurutnya merupakan sumber utama pengairan bagi 85 hektar lahan pertanian yang ada di wilayahnya.

Ada pun dawet digunakan sebagai medium kegiatan itu, menurut Lurah karena jenis makanan tradisional yang terasa manis sekaligus bentuknya yang cair. Itu mengarah pada simbolisasi fungsi air bagi kehidupan.

"Juga bermakna siapa pun bisa menyedekahkannya," pungkasnya.

Toyib, seorang petani di Desa Paron, mengatakan, pihaknya sudah sangat mengharapkan hujan. Dengan demikian, lahan pertanian bisa kembali dimanfaatkan.

Sebab, dengan minimnya air dari sumber mata air itu, kebutuhan air untuk lahan pertanian selama ini terpaksa menggunakan bantuan mesin penyedot air.

"Dan itu kami bayar karena sistem sewa. Lima jamnya Rp 150 ribu," ujar Toyib.

Hal itu semakin menambah beban pengeluaran baginya yang otomatis akan semakin mengikis pendapatannya sebagai petani.

Oleh sebab itu, kata Toyib, para petani yang sama-sama terdampak kemarau di Desa Paron itu sepakat menggelar sedekah dawet tersebut, agar hujan segera turun.

Selain sebagai upaya meminta hujan kepada pemilik alam, kegiatan itu juga untuk melestarikan tradisi desa setempat agar tidak pudar oleh perkembangan zaman.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/11/06/165134978/sedekah-dawet-kearifan-lokal-petani-kediri-agar-hujan-segera-turun

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com