Salin Artikel

Polisi Sebut Siswa MI di Malang Dilukai Pakai Pecahan Seng Saat Berkelahi dengan Temannya

"Seperti potongan panci. Bekas lasnya kan tajam. Itulah benda yang digoreskan oleh H," ungkap Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Malang, Aiptu Erlehana saat ditemui di Mapolres Malang, Kamis (2/11/2023).

Peristiwa perkelahian tersebut, menurut Erlehana terjadi pada Selasa (31/10/2023).

"Jadi awalnya, saat jam pulang sekolah, H bersama beberapa temannya ada di dekat tong sampah. Kemudian korban ini mengingatkan: 'Awas itu kena tong sampah, itu najis," ungkap dia.

Namun, H bersama temannya justru marah lalu menghampiri RAP dan berusaha menendang.

"Namun, tendangan itu tidak mengenai tubuh RAP. Sebaliknya, RAP melempar tinju ke tubuh H dan mengenai wajahnya," jelasnya.

H akhirnya masuk ke dalam pondok pesantren dan mengambil potongan seng, lalu menggoreskan ke wajah RAP. Akibatnya, wajah korban tergores dan mengalami luka sekitar sepuluh sentimeter.

"Sedangkan kedalaman luka diperkirakan sekitar satu sentimeter," tutur dia.

Erlehana memastikan bahwa benda yang digoreskan H bukan pisau. Tapi, pecahan seng atau alumunium.

Saat ini, luka yang dialami RAP sudah tertangani secara medis.

Sedangkan kondisi psikologis korban masih mengalami trauma. 

"Kami sudah berkoordinasi dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Malang untuk pendampingan psikologis, baik kepada korban maupun terduga pelaku," jelasnya.

Hingga saat ini, polisi masih melakukan penyelidikan lebih lanjut, dengan memeriksa beberapa saksi. Namun, dalam kasus ini, polisi akan mengupayakan untuk mediasi dan diversi.

"Sebab, dalam undang-undang sistem peradilan pidana anak, untuk anak berusia belum 12 tahun, anak ini tidak bisa dipidanakan," tutur dia.

Penjelasan pihak sekolah

Sementara itu, Kepala Madrasah Ibtidaiyah, Muflichatul Mukaromah mengatakan perseteruan antara korban dan pelaku diduga berawal saat terjadi dorong-dorongan ketika melaksanakan salat Dhuhur di masjid.

"Di sana korban sempat menyakar salah satu anak di masjid, namun dilerai oleh pihak sekolah," ungkapnya saat ditemui, Rabu (1/11/2023).

Mukaromah mengira persoalan selesai, sebab setelah itu situasi sudah kembali normal. Namun, sepulang sekolah pihaknya menerima informasi dari beberapa wali murid yang menjemput anaknya terjadi perkelahian di luar area sekolah.

"Kami tidak tahu, tiba-tiba ada informasi perkelahian kwduanya dari bapak ibu wali murid yang jemput anaknya," tuturnya.

Menurut Mukaromah, saat peristiwa itu terjadi sekolah sudah sepi, lantaran mayoritas siswa sudah pulang. 

"Jadi kita enggak tahu (kronologi peristiwanya). Bukan, sudah tidak di kendali kita, sudah tidak di bawah kendali kita atau di bawah pemantauan kita karena sudah di luar lembaga, dan jamnya juga sudah jam pulang. Jadi kita enggak tau apa-apa," klaimnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/11/02/215540678/polisi-sebut-siswa-mi-di-malang-dilukai-pakai-pecahan-seng-saat-berkelahi

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com