Salin Artikel

Pesilat Sudah Menyerah saat Ujian Awal namun Dipaksa Lanjut hingga Tewas

GRESIK, KOMPAS.com - Pesilat atas nama Muhammad Aditya Pratama (20), warga Desa Semampir, Kecamatan Cerme, Gresik, Jawa Timur, meninggal dunia usai menjalani ujian kenaikan sabuk perguruan silat, akhir pekan kemarin.

Kuasa hukum keluarga korban, Sulton Sulaiman mengatakan, korban yang mengikuti ujian kenaikan sabuk sempat mengutarakan tidak lagi kuat menahan sakit saat menjalani ujian kekerasan fisik dengan dikeroyok oleh para pelaku dengan balok kayu.

"Informasi yang saya terima, korban sudah mengeluh kesakitan setelah melewati ujian di pos pertama. Namun dipaksa untuk terus mengikuti ujian pada pos selanjutnya," ujar Sulton kepada awak media, Rabu (11/10/2023).

Dalam istilah perguruan silat, kunjungan dari pos menuju pos tersebut dikenal dengan sebutan "sambung". Di mana korban sempat menjalani dua kali sambung, kemudian pingsan dan dilarikan ke Puskesmas Cerme.

Korban kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ibnu Sina Gresik guna menjalani perawatan intensif.

"Kondisinya semakin menurun, bahkan sempat dua kali koma," ucap Sulton.

Berdasarkan keterangan tim medis, Sulton menyebut bahwa pendarahan pada bagian kepala korban sudah terlanjur parah. Bahkan, menyebar hampir ke seluruh otak hingga menyebabkan korban meninggal dunia, Senin (9/10/2023).

"Besar kemungkinan akibat hantaman yang cukup keras, namun bukan karena benda. Karena tidak ditemukan luka pada kulit luar," kata Sulton.

Kasatreskrim Polres Gresik AKP Aldhino Prima Wirdhan mengatakan, insiden tersebut terjadi pada saat menjalani ujian kenaikan sabuk perguruan silat yang diikuti oleh korban di Desa Cerme kidul, Kecamatan Cerme, Gresik, akhir pekan kemarin.

"Ada pendarahan pada otak yang mengakibatkan meninggalnya (korban)," tutur Aldhino.

Kejadian tersebut lantas dilaporkan pihak keluarga kepada polisi, yang ditindaklanjuti dengan penyelidikan.

Hingga tim dengan dipimpin Kanit Resmob Satreskrim Polres Gresik Ipda Komang Andhika, akhirnya berhasil mengamankan enam orang pelaku tindak kekerasan atau pengeroyokan.

Enam orang pelaku yang diamankan berinisial D (17), AS (20), RM (20), ARG (15), S (19) dan HS (17), yang semuanya warga Kecamatan Cerme, Gresik.

Mereka diancam Pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan, di mana enam telepon genggam dan pakaian yang dikenakan korban disita sebagai barang bukti.

Seperti diberitakan sebelumnya, Muhammad Aditya Pratama tewas usai berpamitan kepada orangtuanya untuk mengikuti ujian kenaikan sabuk, Sabtu (7/10/2023) malam.

Kemudian Minggu (8/10/2023) dinihari sekitar pukul 01.30 WIB, orangtua mendapat kabar bila anaknya dibawa ke Puskesmas Cerme.

Ketika orangtua korban mendatangi Puskesmas Cerme, korban ternyata telah dirujuk ke RSUD Ibnu Sina Gresik.

Pada Senin (9/10/2023) sekitar pukul 20.00 WIB, setelah serangkaian upaya medis yang dilakukan, korban dinyatakan meninggal dunia akibat luka yang dialami.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/10/11/205140178/pesilat-sudah-menyerah-saat-ujian-awal-namun-dipaksa-lanjut-hingga-tewas

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com