Salin Artikel

Keluarga Asal Malang Donorkan Jenazah dan Kornea Mata untuk Dunia Pendidikan Kesehatan

MALANG, KOMPAS.com - Debora Hartati, anak pertama dari almarhum Hana Rosilawati (76) mengikhlaskan tubuh ibunya didonorkan untuk kepentingan dunia pendidikan kesehatan. Selain itu, kornea mata dari Hana juga ditransplantasi kepada orang lain.

Debora mengatakan, ibunya itu meninggal di Rumah Sakit Panti Nirmala pada Kamis (5/10/2023) sekitar pukul 23.00 WIB. Semasa hidup, ibunya telah berwasiat untuk mendonorkan tubuhnya dan kornea mata.

"Sudah ada wasiat, saya sudah diberitahu tentang calon donor mata dan jenazah. Itu adalah hak pribadi. Jadi keluarga tidak keberatan," kata Debora melalui pesan WhatsApp secara singkat pada Selasa (10/10/2023).

Almarhum Hana meninggalkan suami bernama Soesanto (77) dan dua anaknya. Selain Debora, juga ada anak kedua bernama Samuel Hartono. Jenazah Hana sempat disemayamkan di rumah persemayaman Panca Budhi Kota Malang.

Salah satu kornea mata almarhum Hana sudah ditransplantasikan kepada seorang bocah berusia 8 tahun dari Blitar, Jawa Timur. Sedangkan satu korneanya lagi akan didonorkan kepada pasien lain.

Selain ibunya, Debora Hartati dan bapaknya, Soesanto berencana akan mengikuti jejak dari almarhum Hana.

Kepala Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Brawijaya (UB), Nurul Hidayati mengatakan, donor tubuh yang dilakukan almarhum Hana berangkat dari kesukarelaan atau keinginan diri sendiri semasa hidup.

Suami dari almarhum Hana yakni Soesanto memiliki kedekatan dengan salah satu profesor yang ada di FK UB. Dari komunikasi yang terjalin, FK UB menyambut baik untuk bisa memfasilitasi keinginan almarhum Hana. Kemudian, terjadi kesepakatan antara almarhum Hana dengan FK UB.

"Sudah dilakukan ketika beliau masih hidup, jadi ketika beliau masih hidup memberikan akad kepada kami dan ini justru saya waktu itu dosen masih baru masuk, jadi waktu itu dipegang oleh Prof Lukito beliau senior kami yang sudah pensiun, jadi sudah lama sekali," katanya.

"Dengan menempuh legalitasnya, jalur hukumnya, melalui kesepakatan dengan perantara notaris, jadi ada kesepakatan tertulis antara beliau yang menyumbangkan diri dengan pihak kami yang menerima dan dalam kesepakatan itu juga menggunakan peruntukan yang sesuai dikehendaki beliau," katanya.

Selain itu, peruntukan kepentingan jenazah Hana hanya untuk mempelajari anatomi atau struktur tubuh manusia. Selain itu, jenazah Hana tidak diberikan perlakuan dengan reaksi-reaksi kimia atau hal-hal lainnya yang menyebabkan percepatan kerusakan tubuh.

"Untuk ilmu pengetahuan dan spesifiknya hanya untuk anatomi, dan tidak untuk lainnya, jadi mempelajari struktur tubuh manusia, sehingga jenazah tidak diberikan perlakuan atau reaksi-reaksi kimia atau apa pun," katanya.

Beberapa program studi kesehatan yang membutuhkan pembelajaran anatomi tubuh seperti kedokteran, perawat, kebidanan dan lainnya. Menurutnya, mempelajari struktur tubuh manusia dengan kondisi yang asli dan dari media bergambar berbeda.

"Karena kalau untuk mempelajari dari media bergambar atau teknologi sekalipun itu orisinalitasnya enggak akan sampai menyerupai, kalau pakai teknologi hanya skema, tapi kalau keaslian yang tidak pernah bisa ditiru itu memang tubuh manusia itu, dan tubuh manusia juga ada variasinya, itu yang tidak bisa digantikan," katanya.

Jenazah Hana juga sudah diserahkan kepada Laboratorium Anatomi FK UB. Tubuh dari almarhum Hana akan menjadi media pembelajaran dengan jangka waktu 5 - 10 tahun.

Bila nantinya jenazah Hana tidak dapat dipergunakan lagi dalam dunia pendidikan kesehatan, maka akan dilakukan proses pemakaman.

"Ketika sudah tidak bisa dipergunakan maka tentu akan dimakamkan, atau mengikuti background agama dan kultur yang dipegang oleh jenazah. Yang kedua mengikuti ketentuan etik legalnya," katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/10/10/212108378/keluarga-asal-malang-donorkan-jenazah-dan-kornea-mata-untuk-dunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke