Salin Artikel

Terdampak Kekeringan, Ratusan Hektar Tanaman Padi di Jombang Terancam Gagal Panen

JOMBANG, KOMPAS.com - Ratusan hektar tanaman padi di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, terancam gagal berbuah hingga gagal panen akibat terdampak kekeringan.

Kondisi tanaman padi yang tampak kurang pasokan air hingga menghambat proses vegetatif tersebut, antara lain tampak di Desa Bugasur Kedaleman, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang.

Kondisi serupa juga terjadi di desa-desa lainnya di Kecamatan Gudo, antara lain di Desa Pucangrejo, Sukoiber, Kedungturi, serta Desa Sukopinggir dan Desa Gudo.

Salah satu petani, Soni Setianto mengatakan, usia tanaman padi yang ditanam para petani di beberapa desa di Kecamatan Gudo rata-rata berusia 45 hingga 60 hari.

Pada usia itu, menurut dia, tanaman padi semestinya melewati fase vegetatif dengan baik. Namun karena kurangnya air, pertumbuhannya terganggu.

“Kalau kondisinya normal, semestinya sudah bisa jebul (anakan bunga). Tapi kondisinya seperti yang bisa dilihat, sudah sangat memprihatinkan,” kata Soni, Senin (9/10/2023).

Dia mengungkapkan, terhambatnya proses tumbuh dan berkembangnya tanaman padi yang ditanam para petani di desanya dipicu kurangnya pasokan air karena terdampak kekeringan.

Kondisi itu, ujar Soni, cukup mengejutkan petani. Sebab, pada tahun-tahun sebelumnya, pasokan air untuk mengairi sawah tersedia cukup melimpah meski memasuki musim kemarau.

Untuk mengairi sawah, petani memanfaatkan diesel air. Namun untuk upaya itu, petani harus mengeluarkan biaya tambahan.

Biaya tambahan untuk mengairi sawah sedikitnya memerlukan biaya sebesar Rp 2,4 juta untuk lahan pertanian seluas 1 ru atau 1 per 7 hektar.

“Jadi dalam satu bulan ini kami sudah mengeluarkan biaya sebesar Rp 2,4 juta untuk lahan 1 ru,” kata Soni.

Dia mengungkapkan, lahan yang kekurangan pasokan air dan mengganggu fase vegetatif dan generatif tanaman padi luasnya sekitar 350 hektar. Lahan tersebut berada di Desa Bugasur Kedaleman, Pucangrejo, Sukoiber, Kedungturi, serta Desa Sukopinggir dan Desa Gudo.

Untuk mengairi sawah, dirinya terpaksa memanfaatkan pompa air diesel yang berimplikasi pada bertambahnya biaya produksi pertanian.

“Kondisi seperti ini kira-kira ya sudah satu bulan lebih. Kalau terus-terusan seperti ini, saya angkat tangan,” ujar Sutrisno.

Kepala Bidang Pasca-panen dan Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian Kabupaten Jombang, Ahmad Jani mengungkapkan, debit air di saluran irigasi mengalami penurunan yang cukup signifikan akibat terdampak el nino.

Kondisi itu juga mempengaruhi kondisi lahan pertanian di sebagian wilayah Kabupaten Jombang, khususnya untuk lahan yang ditanami padi.

Dari total luas lahan yang ditanami padi, ujar Jani, sebagian berada dalam kondisi riskan karena kurangnya pasokan air dari saluran irigasi.

Wilayah yang cukup parah terdampak kekeringan antara lain Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Perak, serta Kecamatan Gudo.

“Di Bugasur Kedaleman (Kecamatan Gudo) memang ada kendala seperti itu. Hari ini sudah ada air mulai masuk, tetapi memang belum optimal,” kata Jani saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin (9/10/2023).

Jani menyebutkan, pada Agustus hingga September, lahan yang ditanami padi oleh petani luasnya sekitar 2.198 hektar, tersebar di Kecamatan Gudo, Bandar Kedungmulyo, Perak, Diwek, Ngoro, Mojowarno, Bareng dan Sumobito.

“Padi yang ditanam pada bulan Agustus dan September, totalnya ada 2.198 hektar. Paling luas ada di Kecamatan Gudo, sekitar 479,5 hektar, sama di Kecamatan Bandar Kedungmulyo sekitar 635 hektar,” ungkap Jani.

Saat ini, lahan tanaman padi yang mengalami kekurangan air luasnya sekitar 300 hingga 500 hektar. Lahan tersebut berada di Kecamatan Gudo, Bandar Kedungmulyo, serta Perak.

“Perkiraan sekitar 300 sampai 500 hektar, tetapi untuk jumlah pastinya kami sampaikan besok. Hari ini kami masih melakukan inventarisasi di wilayah mana saja yang kekurangan pasokan air untuk lahan pertanian,” ujar dia.

Dia menambahkan, beberapa bulan lalu sebelum petani menanam padi, pihaknya telah menyampaikan imbauan BMKG dan Kementerian Pertanian kepada petani dan pemerintah desa terkait prakiraan terjadinya el nino dan kemarau panjang yang mengancam mengganggu tumbuh kembang tanaman.

Meski demikian, masih banyak petani yang berani menanam padi meski mengetahui akan adanya kemarau panjang.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/10/09/183814278/terdampak-kekeringan-ratusan-hektar-tanaman-padi-di-jombang-terancam-gagal

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com