Salin Artikel

Tanggap Darurat Kebakaran Gunung Lawu dan Mbok Yem yang Pilih Bertahan

Kebakaran tersebut diketahui sejak adanya titik api di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Manyul dan Campur Rejo, Kecamatan Jogorogo, pada Jumat (29/9/2023) lalu. 

Roland Yana salah satu relawan warga Desa Kletekan Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi, mengatakan, sebelumnya sejumlah titik api yang bisa dipadamkan oleh warga dan relawan,

“Dua pelan sebelumnya sudah ada beberapa titik api tetapi berhasil dipadamkan oleh warga. Hari Jumat itu titik api yang cepat sekali merambat, ” ujarnya Sabtu (30/09/2023).

Sementara Sutoyo Warga Desa Sukowidi, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan menduga angin yang cukup kencang membuat kebakaran kian parah.

Menurut Sutoyo, warga desa siap siaga dengan membuat ilaran atau sekat agar api tidak menjalar ke hutan produksi.

“Kebakaran menuju puncak Lawu, untuk angin bertiup dari Selatan menuju ke Utara sehingga sedikit menahan laju api ke Selatan. Kita jaga jaga agar api jangan sampai masuk ke hutan produksi, kalau masuk bisa membahayakan karena dekat pemukiman warga,” katanya.

Dalam surat edaran bernomor 188/ 246 /404.101.2/B/2023 Bupati Ngawi Ony Anwar menilai perlu diambil tindakan penetapan status tanggap darurat karena kebakaran Gunung Lawu semakin meluas.

“Maka perlu menetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Kebakaran Hutan Gunung Lawu di wilayah Kabupaten Ngawi Tahun 2023 dengan Keputusan Bupati,” tulisnya.

Pada Senin, kebakaran yang terjadi di petak 39-40 Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Manyul, Bagian Kesatuan Pengelola Hutan (BKPH) Lawu utara Jogorogo, Ngawi  yang lokasinya terletak di Dusun Kembang Jogorogo berhasil dipadamkan.

Kapolres Ngawi AKBP Argowiyono mengatakan, upaya pemadaman dari petugas gabungan dan relawan serta masyarakat saat ini masih berlangsung di petak 38 RPH Mangul dengan cara membuat ilaran agar api tidak meluas.

“Pemadaman manual menggunakan metode semprot dengan penempatan galon air di beberapa titik yang terjangkau oleh TNI, Polri dan relawan," kata Argowiyono.

"Serta memperkuat penjagaan hutan produksi serta membuat dapur umum untuk suplai logistik yang terletak di Kantor Desa Ngrayudan Jogorogo serta penempatan personel di lokasi karhutla baik secara rayonisasi maupun BKO,” lanjutnya melalui rilis.

Agar terkoordinasi, seluruh pihak sepakat untuk mendirikan dua pos. 

"Untuk pos di Ngiliran sekitar 300 petugas gabungan dan di pos Ngrayudan sekitar 200 personel, itu semua unsur baik petugas TNI, Polri personel BPBD serta relawan dan masyarakat,” ujarnya ditemui di Pos Desa Ngiliran, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan.

Sulitnya medan gunung yang dengan jurang yang curam dan kencangnya angin bertiup membuat upaya pemadaman akan dilakuakan dengan menggunakan helikopter water bombing atau pengebom air.

Menurut Tony, kebutuhan pendukung seperti ketersedaan air dan helipad untuk operasi pemadaman dengan helikopter water bombing telah siap.

"Kita sudah tentukan lokasi Helipat dan pengambilan air juga kita siapkan di Telaga Wahyu karena kalau di telaga Sarangan terlalu padat disana. Tinggal kita tentukan titik koordinatnya agar saat boom tepat sasaran," imbuhnya.

Mbok Yem tetap bertahan

Peristiwa kebakaran Gunung Lawu menjadi perhatian pengguna media sosial. Mereka mempertanyakan nasib Mbok Yem, pemilik warung yang kerap dijadikan tempat istirahat dan makan para pendaki. 

Menurut cucu Mbok Yem, Syaifudin, Mbok Yem dan warungnya selamat. Syaifudin mengatakan, neneknya memilih bertahan di Gunung Lawu meski padang sabana di kawasan puncak telah habis terbakar.

"Puncak sudah habis, kawasan Jolotundo, sendang Drajat sampai Selatan telaga Kuning sudah habis terbakar kecuali warung mbok Yem. Warung yang lain ikut terbakar,"  ujarnya melalui sambungan telepon Senin (02/10/2023).

Syaifudin menambahkan, anak dan cucu Mbok Yem pada Jumat sore sudah berencana untuk mengambil mbok Yem dengan menyiapkan mobil dan peralatan tandu untuk membawa mbok Yem turun.

Namun Mbok Yem masih enggan turun karena mengkhawatirkan sejumlah hewan peliharaannya.

"Kemarin sudah kita siapkan jemputan, tetapi Mbok Yem tidak mau turun karena kasihan dengan si Temon dan kucing serta sejumlah hewan peliharaannya. Jadi dia memilih tetap tinggal di puncak," imbuhnya.

Syaiful memastikan warung Mbok Yem yang menjadi tujuan para pendaki Gunung Lawu tetap aman tidak terbakar karena sebelumnya telah dilakukan pembersihan dengan membuat ilaran sehingga api tidak melalap warung Mbok Yem.

"Warung Mbok Yem aman karena sebelumnya telah dibuat ilaran di sekitarnya. Kalau posisi api saat ini sudah berada di sebelah Selatan warung mbok Yem," ucap Syaiful. 

https://surabaya.kompas.com/read/2023/10/03/073230878/tanggap-darurat-kebakaran-gunung-lawu-dan-mbok-yem-yang-pilih-bertahan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com