Salin Artikel

6 Mitos dan Fakta Jalak Lawu, Burung Penuntun Pendaki yang Tidak Boleh Diusik

KOMPAS.com - Gunung Lawu yang berada di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur menyimpan kisah unik dari burung Jalak Lawu.

Burung Jalak Lawu yang memiliki nama latin Turdus sp adalah satwa endemik yang bisa ditemukan di Gunung Lawu.

Oleh penduduk setempat, burung Jalak Lawu juga disebut sebagai Jalak Gading.

Ciri Jalak Lawu antara lain memiliki paruh yang berbentuk lancip, bulu pada kepala dan tubuh berwarna cokelat, bulu pada bagian dada berwarna kuning emas, dan kaki berwarna kuning gading

Satwa mungil ini seringkali tampak begitu jinak, namun biasanya akan langsung terbang begitu didekati.

Menariknya, kemunculan burung Jalak Lawu selalu dikaitkan dengan mitos dan legenda yang ada di Gunung Lawu.

Berikut beberapa mitos dan fakta burung Jalak Lawu yang dirangkum Kompas.com dari berbagai sumber.

1. Mitos Burung Penolong Pendaki yang Tersesat

Mitos yang paling terkenal dari Jalak Lawu adalah burung ini kerap menjadi penunjuk jalan bagi pendaki yang tersesat.

Kisah yang beredar menyebutkan bahwa beberapa pendaki di Gunung Lawu yang tersesat ditolong oleh kemunculan burung mungil ini.

Burung tersebut bertingkah seolah menemani pendaki yang kehilangan arah dan membantu untuk kembali ke jalur pendakian.

Tak heran jika kemudian burung Jalak Lawu kerap disebut sebagai sahabat bagi para pendaki.

Dilansir dari TribunSolo.com, seorang relawan Anak Gunung Lawu, Budi Santosa, mengungkap bahwa mitos mengenai Jalak Lawu sendiri sudah ada sejak era Kerajaan Majapahit.

"Burung itu juga cukup akrab dengan manusia, sehingga cerita ada pendaki yang dituntun oleh Jalak Lawu bukan hanya sekali atau dua kali tapi sudah sering," katanya kepada TribunSolo.com pada Sabtu (20/2/2021).

2. Legenda Wongso Menggolo

Mitos tentang Jalak Lawu ini tidak lepas dari legenda Wongso Menggolo yang ada di Gunung Lawu.

Peristiwa ini terjadi ketika Prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit hendak mengasingkan diri di kawasan puncak Gunung Lawu.

Dikisahkan sosok Wongso Menggolo dan Dipo Menggolo adalah punggawa desa di Bagian Utara Gunung Lawu yang membantu perjalanan Prabu Brawijaya V ketika ingin menuju Hargo Dumilah.

Tak hanya itu, Wongso Menggolo dan Dipo Menggolo membantu pasukan Prabu Brawijaya V saat terlibat pertempuran besar melawan pasukan Kadipaten Cepu yang terjadi di Bulak Peperangan.

Atas kegigihan mereka, Prabu Brawijaya V mengangkat keduanya sebagai patih atau wakil dari Raja Brawijaya di Puncak Gunung Lawu.

Dipo Menggolo diangkat sebagai patih untuk menjaga Gunung Lawu dan penjaga 4 penjuru mata angin.

Sementara Wongso Menggolo diberi tugas membantu dan menolong keturunan serta anak cucu Prabu Brawijaya V agar selamat sampai di puncak Hargo Dumilah ketika mendaki puncak Gunung Lawu.

Pasca Prabu Brawijaya V moksa, Wongso Menggolo dipercaya tetap menjalankan tugasnya dengan menjelma menjadi Jalak Lawu.

3. Lokasi dan Waktu Kemunculan Jalak Lawu

Faktanya, Jalak Lawu memang tidak bisa ditemukan di sembarang kawasan Gunung Lawu dan hanya muncul di area tertentu.

Jalak Lawu biasanya ditemukan di sekitar kawasan pos 2 yang memiliki ketinggian 2.000 mdpl. Satwa endemik ini juga lebih sering muncul pada waktu sore hari.

Alasannya adalah keberadaan tanaman yang menjadi pakan burung ini banyak berada di sekitar kawasan pos 2.

Buah dan biji-bijian dari tanaman manisrejo, putat, rubus alpestris, rubus lineatus, rubus fraxinifolius poir, rubus niveus thunb, dan rubus rosaefolius diketahui sebagai makanan kesukaan satwa endemik ini.

4. Kemunculan Jalak Lawu Fenomena Lazim

Arief Sukro Yulianto, Komandan Markas SAR Karanganyar menganggap bahwa kemunculan Jalak Lawu adalah fenomena yang lazim terjadi di Gunung Lawu.

Bahkan ia sendiri sempat bertemu dengan Jalak Lawu ketika tengah mendaki melalui Cemoro Kandang.

"Saya juga sempat mengalami hal serupa. Bedanya ketika itu saya sedang mendaki dari pos 3 menuju pos 4 melalui Cemoro Kandang," katanya kepada TribunSolo.com, Sabtu (20/2/2021).

Fenomena pendaki bertemu burung Jalak Lawu ini menurutnya merupakan hal biasa, apalagi jika memang ketika ada pendaki yang merasa tersesat.

"Biasa saja, tapi terkadang suka menghubungkannya dengan mitos," ungkap dia.

Namun Arief berharap para pendaki tidak mengandalkan keberadaan Jalak Lawu saat berjalan naik maupun ketika turun.

"Sudah fokus saja pada jalur pendakian, sehingga tidak terjadi potensi tersesat," ujarnya.

5. Tertarik Sisa Makanan Pendaki

Hal yang sama diungkap Danang Sutopo, pendaki sekaligus anggota Tim SAR Anak Gunung Lawu (AGL) yang mengaku sering bertemu dengan burung Jalak Lawu saat mendaki, khususnya setelah melewati Pos 2.

Menurut Danang, burung tersebut memang selalu terlihat sehingga menimbulkan kesan sedang menemani pendaki.

"Masih banyak populasinya, terutama di area mendekati puncak gunung. Burungnya selalu ada di depan pendaki, dan saat mau didekati pasti langsung terbang. Lalu datang lagi di depan, begitu seterusnya. Jadi seakan menunjukan jalan," kata Danang kepada Kompas.com, Rabu (17/1/2018).

Walau begitu, menurut Danang kemunculan Jalak Lawu ini tidak terkait dengan mitos namun tertarik dengan makanan sisa yang ditinggalkan pendaki.

"Itu terserah pandangan masing-masing saja, tetapi menurut saya, burung itu hendak mencari sisa mi yang bentuknya mirip cacing. Burung itu kan sukanya makan cacing," ujarnya.

Pendapat ini dibenarkan Mohammad Irham, ahli burung dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

"Saya pernah mengamati burung tersebut, (mereka) memanfaatkan sisa-sisa makanan pendaki yang ditinggalkan di jalur pendakian atau di pos perhentian. Jadi, kemungkinan burung tersebut mendekati pendaki karena terbiasa memperoleh makanan sisa dari pendaki, terutama sisa makanan yang ada di jalur pendakian," kata Irham kepada Kompas.com, Kamis (18/1/2018).

6. Burung Langka yang Tidak Boleh Diusik

Jalak Lawu merupakan salah satu jenis burung yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Harga Jalak Lawu yang cukup mahal di pasaran menjadi penyebab tingginya perburuan yang berakibat pada penurunan populasi burung ini di alam.

Kurangnya pengawasan terhadap perburuan liar semakin membuat populasi Jalak Lawu terancam.

Selain itu, eksploitasi hutan serta menurunnya kualitas maupun kuantitas habitat membuat jumlah burung ini terus berkurang.

Salah satu kearifan lokal yang menjaga kelestarian populasi Jalak Lawu adalah mitos bagi orang yang menganggunya.

Dilansir dari laman TribunJogja, konon siapapun yang sengaja mengganggu, melemparinya dengan batu, atau bahkan berusaha menangkap Jalak Lawu bakal ditimpa musibah atau celaka sepanjang hidupnya.

Sumber:
kominfo.magetan.go.id  
bkpsl.org   
solo.tribunnews.com  
jogja.tribunnews.com  
surabaya.kompas.com (Sukoco, Pythag Kurniati) 
sains.kompas.com (Michael Hangga Wismabrata)

https://surabaya.kompas.com/read/2023/10/02/175754178/6-mitos-dan-fakta-jalak-lawu-burung-penuntun-pendaki-yang-tidak-boleh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke