Salin Artikel

Kerinduan Kholifah pada Anaknya yang Jadi Korban Tragedi Kanjuruhan

Satu tahun berlalu sejak tragedi yang merenggut 135 nyawa terjadi di Stadion Kanjuruhan, 1 Oktober 2022. Namun ingatan orang terdekat tentang para korban selalu lekat. Tim Kompas.com melaporkan cerita perjuangan mereka berdamai dengan waktu

MALANG, KOMPAS.com - Siti Mardyan (54) menjadi salah satu keluarga korban Tragedi Kanjuruhan. Anak perempuan satu-satunya, bernama Mitha Maulidia (26), meninggal dunia dalam tragedi kerusuhan yang terjadi pada Sabtu, 1 Oktober 2022. 

Hingga kini, Kholifah, sapaan akrab Siti Mardyan, masih sering terbayang akan sosok anaknya. Ia pun masih rutin mengunjungi makam anaknya setiap hari.

Kholifah mengatakan, anaknya menonton pertandingan sepak bola antara Arema FC versus Persebaya Surabaya itu bersama saudara dan temannya. Mereka menonton dari tribun 13.

Mitha dan temannya tewas saat kerusuhan pecah. Sedangkan dua keponakannya selamat. Mitha meninggal di Stadion Kanjuruhan dengan kain yang menutupi wajahnya.

Sampai kini, ingatan Kholifah pada sosok anaknya masih sangat lekat. Ia setiap hari ke makam anaknya yang berjarak sekitar 300 meter dari rumah. Biasanya, Kholifah ke makam anaknya setiap pagi setelah shalat dhuha dan sore selepas ashar. Ia memanjatkan doa untuk anak satu-satunya.

Terkadang, jika Kholifah tiba-tiba terbayang sosok Mitha, ia segera berlari ke makam.

"Tetapi saya bersyukur makamnya dekat, setiap hari pagi sore bisa ke makam. Kadang sampai tiga kali kalau pas, kadang saya lari ke makam. Kalau tiba-tiba ingat, saya lari, nangis, lari dari rumah," kata Kholifah saat ditemui pada Kamis (28/9/2023).

Dengan mendatangi makam anaknya, Kholifah merasa tenang. Kerinduannya terasa terobati. Baginya, anak perempuannya itu semasa masih hidup sudah seperti teman curhatnya.

"Gimana ya, anak perempuan sama laki itu enggak sama, kalau ada masalah apa kita curhat sama anak perempuan, karena anak perempuan lebih tahu, di samping anak juga seperti teman," katanya.

Warga Jalan Ternate, Kota Malang, Jawa Timur,  ini merasa kehidupannya saat ini lebih buruk sejak ditinggal Mitha. Nafsu makannya juga berkurang. Dia juga sudah jarang masak makanan lagi.

Soal keadilan, Kholifah sudah merasa pasrah. Dia berharap konsistensi pemerintah dalam menangani persoalan hukum Tragedi Kanjuruhan.

"Saya enggak berharap banyak terhadap keadilan, berharap sama pemerintah yakni kebijakan, kalau keadilan saya enggak begitu banyak berharap, enggak mungkin adil, enggak mungkin ada keadilan, kalau menurut saya pribadi," katanya.

"Saya cuma berharap sama pemerintah, untuk kebijakan pemerintah, karena sampai sekarang pemerintah katanya mau menangani kasus ini cuma mau ngomong-ngomong aja, terus yang kemarin mau diadili, itu pun saya enggak percaya katanya mau diusut lagi," tambahnya.

Seperti diketahui, kerusuhan pecah saat pertandingan Arema FC versus Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1 Indonesia 2022 pada Sabtu, 1 Oktober 2022. Saat itu, Arema FC kalah dari Persebaya dengan skor 2-3.

Gas air mata yang ditembakkan oleh petugas keamanan dinilai sebagai pemicu banyaknya korban dalam kejadian itu. 135 nyawa Aremania melayang dalam tragedi itu.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/09/30/071500078/kerinduan-kholifah-pada-anaknya-yang-jadi-korban-tragedi-kanjuruhan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke