Salin Artikel

Stadion Kanjuruhan Dulu dan Kini

Satu tahun berlalu sejak tragedi yang merenggut 135 nyawa terjadi di Stadion Kanjuruhan, 1 Oktober 2022. Namun ingatan orang terdekat tentang para korban selalu lekat. Tim Kompas.com melaporkan cerita perjuangan mereka berdamai dengan waktu

MALANG, KOMPAS.com - Tragedi kerusuhan 1 Oktober 2022 mengubah wajah Stadion Kanjuruhan di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Stadion yang sebelumnya gegap gempita dengan deru suara suporter Aremania, kini usang layaknya bangunan tak bertuan.

Kamis (28/9/2023), masih tampak jelas bekas tragedi yang menewaskan 135 Aremania di Stadion Kanjuruhan. Coretan mural luapan kekecewaan atas tragedi di dunia sepak bola itu masih cukup terang, menuntut keadilan atas nyawa yang melayang.

Seperti mural yang bertuliskan "#usuttuntas", "Bayar Air Mata Kami dengan Keadilan", dan "Malang Kucecwara".

Taburan bunga juga masih banyak di Pintu 13. Banner yang menampilkan foto para korban juga tertempel lokasi itu.

Sedangkan, di dalam area stadion nyaris tidak ada perubahaan seperti saat tragedi pecah. Letak papan iklan yang melingkar di pinggir lapangan tetap tidak dipindah.

Begitupun barang-barang milik para korban, seperti sepatu dan aksesoris korban yang tertinggal di dalam lapangan masih berserakan seperti sedia kala. Rumput lapangan yang biasanya rapi terawat, kini sudah tak terlihat. Yang terlihat hanya tumbuhan semak belukar dengan tinggi 1-2 meter.

Tragedi itu pecah saat pertandingan Arema FC versus Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1 Indonesia 2022 pada Sabtu, 1 Oktober 2022. Saat itu, Arema FC kalah dari Persebaya dengan skor 2-3. Gas air mata yang ditembakkan oleh petugas keamanan dinilai sebagai pemicu banyaknya korban dalam kejadian itu.

Sementara itu, di tengah panasnya terik matahari, sejumlah pekerja PT Waskita Karya (Persero) dan PT Abipraya Brantas (Persero) berjibaku melakukan pembongkaran setiap sudut Stadion Kanjuruhan. Hal ini dalam rangka merenovasi stadion yang menjadi kebanggaan arek Malang.

Puing-puing bangunan kios yang menempel dengan Stadion Kanjuruhan tampak berserakan seiring pelaksanaan program renovasi itu.

Di sekeliling stadion, berjarak sekitar 20 meter di luar area Stadion Kanjuruhan, kini telah dibangun pagar dengan ketinggian 5 meter. Pagar itu menjadi pembatas steril aktivitas warga di kawasan kandang Singo Edan tersebut.

Dalam 16 bulan ke depan, wajah saksi bisu tragedi kerusuhan 1 Oktober 2022 itu akan berubah. Meskipun, ingatan tentang peristiwa yang menewaskan 135 suporter dan dua orang aparat kepolisian itu akan selalu dikenang sepanjang masa di dunia persepakbolaan Indonesia.

Dulu, Stadion Kanjuruhan berkapasitas 45.000 dengan mayoritas tribun berdiri. Melalui renovasi, pemerintah akan menyulap Stadion Kanjuruhan sesuai dengan standar FIFA, baik dari sisi kapasitas serta keamanan. Untuk meminimalisasi kejadian 1 Oktober 2022 terulang kembali.

Hal itu berangkat dari hasil audit Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Menteri PUPR, Basuki Hadimulyono bersama Menteri Pemuda dan Olahraga saat itu, Zainuddin Amali, menyebut ada beberapa konstruksi bangunan yang tidak layak untuk dijadikan venue pertandingan sepak bola.

Basuki menyebut ada tujuh rekomendasi yang didapat dari hasil evaluasi tim Kementerian PUPR pada Stadion Kanjuruhan tersebut.

"Tiga di antaranya berhubungan langsung dengan kejadian kecelakaan," kata Basuki.

Pertama, tentang tangga tribun di ekonomi yang terlalu curam, sehingga memungkinkan suporter akan lebih susah keluar stadion dalam kondisi panik.

"Seharusnya tidak ada tangganya. Langsung tempat duduk," tuturnya.

Kedua, lebar pintunya yang dinilai terlalu sempit, yakni hanya 30 sentimeter. Sehingga apabila suporter turun dari tangga itu langsung menghadap pintu dan tidak ada bordesnya.

Basuki menjelaskan desain pintu bisa bermacam-macam. Seperti pintu harmonika dan swing.

"Pintu di Stadion Kanjuruhan ini saya lihat dalam kondisi panik, mungkin gelap. Mungkin juga jatuh karena anak tangga tidak standar. Terlalu curam. Tinggi dan lebarnya juga tidak standar," katanya.

Lebih lanjut, Basuki menegaskan pada saat kondisi aman, spesifikasi anak tangga semacam itu tidak akan masalah.

"Tapi kemarin terjadi kepanikan itu pasti terjerumus. Jatuh satu, lainnya ikut jatuh. Jadi itu yang utama," katanya.

"Memang ada enam pintu servis. Tapi tidak bisa diakses oleh penonton. Namun hanya bisa diakses oleh ambulans dan mobil kebakaran. Ini juga menjadi salah satu penyebab," terangnya.

Ketiga poin itulah, menurut Basuki, yang menjadi faktor utama penyebab kecelakaan dalam tragedi Kanjuruhan dari faktor bangunan stadion.

Sementara yang lain, di antaranya yakni penerangan, kamar kecil yang juga dinilai tidak layak.

"Kemudian pagar pembatas penonton itu juga gampang diloncati," tutur Basuki.

Untuk anggaran, Basuki belum menyampaikan secara gamblang. Menurutnya ia akan melakukan desain untuk rencana renovasi Stadion Kanjuruhan tersebut.

"Yang pasti anggarannya dari APBN, dan target pembangunannya akan dimulai pada tahun 2023 mendatang," ujarnya.

Terakhir, Basuki mengatakan hasil audit tersebut juga akan dilaporkan ke TGIPF yang diketuai oleh Menkopolhukan Mahfud MD.

"Nanti akan kita laporkan untuk menjadi rekomendasi untuk membantu penyelidikan tragedi Stadion Kanjuruhan," pungkasnya.

Senada dengan hasil audit Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan yang menyatakan Stadion Kanjuruhan tidak layak untuk menggelar pertandingan dengan risiko tinggi (high risk), seperti laga antara Arema FC dan Persebaya Surabaya pada 1 Oktober 2022 lalu.

"Kesimpulannya sementara bahwa stadion ini tidak layak untuk menggelar pertandingan high risk match. Mungkin kalau itu medium atau low risk masih bisa," kata Anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan Nugroho Setiawan, seperti dikutip dari akun YouTube Kemenko Polhukam, Minggu (9/10/2022).

Dia mengatakan, saat massa penonton berebut menyelamatkan diri mereka berupaya keluar dari pintu 13 di stadion.

Akan tetapi, karena pintu itu sebenarnya untuk penonton masuk, maka terjadi desak-desakan yang membuat sejumlah penonton terhimpit dan terinjak-injak hingga kehabisan napas.

"Jadi sementara yang saya lihat adalah pintu masuk berfungsi sebagai pintu keluar, tapi itu tidak memadai. Kemudian tidak ada pintu darurat," ucap Nugroho.

"Jadi mungkin ke depan perbaikannya adalah merubah struktur pintu itu, kemudian juga mempertimbangkan aspek akses seperti anak tangga," lanjut Nugroho.

Menurut dia, anak tangga di Stadion Kanjuruhan tidak sesuai dengan standar karena ukuran tinggi dan lebarnya sama.

"Anak tangga ini kalau secara normatif dalam safety regulate, ketinggian 18 sentimeter, lebar tapak 30 sentimeter. Ini tadi antara lebar tapak dan ketinggian sama. Rata-rata mendekati 30," papar Nugroho.

"Jadi intinya gini. Kalau dengan ketinggian normal tadi tinggi 18 dan lebar tapak 30, ini kita berlari turun, berlari naik, itu tidak ada kemungkinan jatuh," lanjut Nugroho.

Nugroho mengatakan, lebar anak tangga di Stadion Kanjuruhan juga tidak ideal untuk kondisi massa penonton yang berjubel. Dia juga menyorot pegangan tangga atau railing besi yang tidak terawat dan akhirnya rusak saat kejadian sehingga turut melukai para penonton.

"Lebar dari anak tangga ini juga tidak terlalu ideal untuk kondisi crowd, karena harus ada railing. Railing untuk pegangan. Nah railing-nya juga sangat tidak terawat dengan stampede, desakan yang luar biasa, akhirnya railing-nya patah, dan itu juga termasuk yang melukai korban," ujar Nugroho.

Single seat

Project Manager Renovasi Stadion Kanjuruhan PT Waskita Karya, Vino Pramudya mengatakan, proses pembangunan kanjuruhan itu ditargetkan selesai dalam jangka waktu 16 bulan.

"Saat ini masih proses clearing. Selanjutnya kami akan melakukan kajian teknis eksisting bangunan Kanjuruhan," ungkapnya saat ditemui, Selasa (19/9/2023).

Vino menyebut, renovasi stadion Kanjuruhan itu akan cukup masif. Ada beberapa spot signifikan yang dirubah dalam proses renovasi tersebut. Terutama pada tribun penonton akan dijadikan single seat dengan kapasitas sekitar 21.650, pemasangan atap, lintasan atletik, dan akses pintu masuk.

"Perubahan yang paling signifikan adalah perubahan tribun penonton akan dijadikan single seat dengan kapasitas sekitar 21.650 kursi, serta akses pintu masuk akan kita perbaiki agar lebih aman bagi penonton," jelasnya.

"Intinya secara umum tampilan stadion Kanjuruhan ini nantinya akan lebih futuristik dan lebih ramah penonton," imbuhnya.

"Konsepnya masih dalam pembahasan antara kami dengan Pemerintah Kabupaten Malang. Kemungkinan konsepnya nanti akan berkembang, tergantung hasil pembahasan," ujarnya.

Untuk diketahui, renovasi Stadion Kanjuruhan dilakukan oleh Kementerian Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan anggaran Rp 331 miliar.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Malang, Firmando Hasiholan Matondang mengatakan, secara umum renovasi itu tidak merubah bentuk konstruksi yang ada saat ini. Renovasi lebih pada penguatan struktur rekonstruksi sesuai dengan standar FIFA.

"Seperti atap sebelah barat, serta renovasi tangga dan pintu sesuai dengan standar FIFA," ujarnya.

Sementara itu, pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang selama ini menempati kios yang menempel dengan bangunan Stadion Kanjuruhan, sementara akan dipindah sementara waktu di sisi selatan area Stadion Kanjuruhan.

Ketika proses renovasi selesai, para pelaku UMKM itu nantinya akan dikembalikan ke kiosnya masing-masing. Artinya, bangunan kios itu akan tetap ada di area Stadion Kanjuruhan.

"Jadi sementara direlokasi atas bantuan CSR dari Bank Jatim. Nanti akan kembali, karena ruko-ruko kios itu tetap ada pasca direnovasi," pungkas Firmando.

Terlihat kios-kios Stadion Kanjuruhan juga telah dibangun, yang dibangun dari bahan triplek. Namun, pelaku UMKM tampak belum menempati kios sementara itu, karena proses pembangunan belum selesai.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/09/29/054500278/stadion-kanjuruhan-dulu-dan-kini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke