Salin Artikel

Perjuangan Ibu di Kediri Rawat Anak Disabilitas hingga Kematian Menjemput Keduanya

KEDIRI, KOMPAS.com - Peristiwa kematian ibu dan seorang anaknya yang disabilitas di sebuah rumah lingkungan Kelurahan Singonegaran, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur pada Rabu (21/9/2023) lalu meninggalkan cerita pilu.

Semasa hidupnya, sang ibu yang bernama Utami Sri Rahayu (66) itu ternyata mempunyai beberapa keluhan penyakit yang dideritanya.

Namun dia tak mau dirujuk ke rumah sakit karena tak tega meninggalkan Arif Budiman (45), anaknya yang mengalami polio dan susah bicara sejak balita itu.

Apalagi selama ini mereka hanya tinggal berdua di rumah dan kondisi anaknya hanya terbaring di ranjang. Sehingga Utami seorang diri mengurusi semua kebutuhan anaknya itu.

Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskemas) Pesantren 2 Dwi Nugraheni mengungkapkan, Utami selama ini kerap datang untuk berobat ke puskesmasnya. Selain untuk diri sendiri, juga memintakan obat untuk anaknya itu.

Bahkan sekitar sepekan sebelum ditemukan meninggal, Utami juga datang ke puskesmas untuk memeriksakan diri.

"Rumahnya kan dekat dengan puskesmas. Hanya berjarak sekitar 50 meteran. Kadang Bu Utami datang ke sini, lalu petugas kita yang datang ke rumahnya," ujar Dwi Nugraheni melalui sambungan telepon, Senin (25/9/2022) malam.

Dokter Umum Poli Lansia Puskesmas Pesantren 2 dr Bayu Rachmawan mengatakan, Utami kerap mengeluhkan sakit pada lambungnya dan sakit kepala.

Namun saat mau dirujuk untuk mendapatkan penanganan kesehatan lebih lanjut, Utami menolak karena khawatir dengan kondisi anaknya itu.

"Iya, pernah rencana rujuk ke poli dalam, namun menolak. Tidak ada yg menjaga anaknya. Jadi keluar ya seperlunya, buru-buru balik rumah," ujar dr Bayu dalam pesan singkatnya, Senin (25/9/2023) malam.

Ketua Rukun Tetangga 10, Rukun Warga 03, Kelurahan Singonegaran Sutrisno mengatakan, tidak ada yang janggal dari sosok almarhum Utami. Dalam kehidupan sosial, ia normal seperti warga umumnya.

"Kalau pendiam atau bahkan sering mengurung diri di rumah gitu, enggak. Biasa saja. Ke tetangga kadang juga sering pinjam apa, gitu. Dia juga punya kebiasaan bersepeda," ujar Sutrisno, Selasa (26/9/2023).

Di rumah, Sutrisno menambahkan, Utami hanya tinggal berdua dengan anaknya yang disabilitas. Itu karena tiga anaknya yang lain berada di luar wilayah.

Dari sisi ekonomi Utami juga tidak kekurangan karena setiap bulan mendapat uang pensiunan dari almarhum suaminya. Selain itu, ia juga menerima bantuan sosial dari pemerintah.

"Keduanya juga dapat bantuan sosial karena masuk BDT (Basis Data Terpadu)," pungkasnya.

Penyelidikan kematian

Setelah penemuan jenazah Utami dan anaknya, polisi turun tangan melakukan penyelidikan. Saat itu, polisi menduga kematian korban berkorelasi dengan kondisi tubuhnya akibat sejumlah penyakit yang diderita.

Namun untuk mengungkap lebih jelas penyebab kematiannya, saat itu juga petugas juga membawa jenazah ke RS Bhayangkara Kota Kediri untuk dilakukan autopsi.

Hasil autopsi itulah yang saat ini tengah ditunggu para pihak.

Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Pesantren Inspektur Satu (Iptu) Dodik Wargo Hardoyo mengatakan, saat ini pihaknya juga masih menunggu hasil autopsi tersebut.

"Hasilnya belum keluar," ujar Iptu Dodik melalui pesan singkatnya pada Kompas.com, Selasa (26/9/2023).

Sebelumnya diberitakan, Utami dan Arif ditemukan meninggal dunia di rumahnya, Rabu (21/9/2023).

Mulanya ada seorang tetangga yang curiga dengan kondisi rumah Utami yang sudah dua hari dalam keadaan tertutup.

Saat warga membuka pintu rumahnya, mulai tercium bau busuk dan menemukan jasad Utami dalam kondisi membusuk. Kematiannya diduga sudah terjadi tiga hari sebelumnya.

Sedangkan Arif ditemukan di ranjang dengan kondisi masih hidup namun lemas karena tidak mendapatkan nutrisi selama ibunya meninggal.

Petugas sempat mengevakuasi Arif ke luar kamar. Namun karena kondisinya yang buruk, sekitar 10 menit kemudian Arif turut meninggal dunia.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/09/26/111119478/perjuangan-ibu-di-kediri-rawat-anak-disabilitas-hingga-kematian-menjemput

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke