Salin Artikel

Makam Sunan Giri dan Mitos Buah Mengkudu

KOMPAS.com - Sunan Giri adalah salah satu Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.

Ia adalah adalah putra dari Maulana Ishaq dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan (Majapahit).

Nama kecil Sunan Giri kecil adalah Joko Samudro, yang ketika sudah dewasa berganti menjadi Raden Paku.

Ia juga dikenal dengan nama lain seperti Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, dan Raden ‘Ainul Yaqin.

Nama Sunan Giri disematkan karena ia berdakwah di dengan membangun pesantren di sebuah bukit di desa Giri, Kebomas, Gresik, Jawa Timur. Dalam bahasa Jawa, istilah giri berarti gunung.

Semasa hidupnya, Sunan Giri sempat berguru dengan Raden Rahmat atau Sunan Ampel.

Sementara ketika menyebarkan ajaran Islam, ia dikenal dengan cara dakwah menggunakan lagu-lagu permainan anak seperti Jelungan, Jor, Gula-ganti, Lir-ilir, dan Cublak Suweng.

Pengaruh dakwah Sunan Giri meluas hingga Pulau Madura, Lombok, Kalimantan, Sumbawa, Sumba, Flores, Ternate, Sulawesi, dan Maluku.

Kompleks Makam Sunan Giri

Setelah Sunan Giri wafat pada 1506 M, ia kemudian dimakamkan di Gresik. Lokasi makam tersebut berada sekitar 22 kilometer barat daya Kota Surabaya.

Kompleks makam Sunan Giri tepatnya berada di Jalan Sunan Giri, Dusun Giri Gajah, Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik.

Lokasinya juga cukup mudah dijangkau dengan kendaraan umum dari Terminal Tambak Oso Wilangun, Surabaya serta Terminal Bunder Kabupaten Gresik.

Kompleks makam Sunan Giri terdiri dari tiga halaman dengan bentuk berundak, dengan anak tangga sebagai penghubungnya.

Teras di kompleks makam ini semakin ke belakang semakin meninggi dan memiliki batas atau talud pada tiap halaman satu dengan yang lainnya.

Setiap teras memiliki gapura sebagai penanda. Pada teras pertama atau terluar berupa Gapura Bentar dengan Kala Makara berbentuk sepasang naga.

Pada teras kedua juga berupa Gapura Bentar yang sudah tidak berbentuk, dan pada teras ketiga berupa Gapura Paduraksa, yang menjadi pintu bagi area inti yaitu cungkup kubur Sunan Giri.

Adapun bangunan utama atau lokasi makam Sunan Giri berada di atas bukit yang berupa bangunan cungkup makam.

Tujuan Wisata Sejarah dan Religi

Kompleks makam Sunan Giri tidak hanya menjadi tempat yang religius dan disakralkan.

Tempat ini juga menjadi tujuan wisata sejarah dan juga wisata religi yang tidak pernah sepi karena peziarah yang datang silih berganti.

Peziarah akan lebih banyak dari biasanya ketika Haul Kanjeng Sunan Giri dilaksanakan pada hari Jum’at terakhir di bulan Maulid (penanggalan Hijriyah) setiap tahunnya.

Bahkan ketika tradisi malam selawe di makam Sunan Giri dilaksanakan menjelang hari ke-25 pada bulan Ramadhan, jumlah peziarah bisa mencapai puluhan ribu orang.

Hal ini membuat keberadaan kompleks makam Sunan Giri berpengaruh pada perputaran ekonomi masyarakat sekitar makam, khususnya yang berada di Kecamatan Kebomas.

Mitos Buah Mengkudu

Di Makam Sunan Giri terdapat pohon mengkudu yang menyimpan sebuah mitos yang terkait dengan buah mengkudu.

Para peziarah meyakini jika buah mengkudu dari pohon di sekitar makam tersebut berkhasiat mengobati berbagai penyakit.

Mengkudu tersebut biasanya akan dibawa pulang para peziarah untuk diolah menjadi jamu.

Sumber:
jadesta.kemenparekraf.go.id  
jadesta.kemenparekraf.go.id  
kebudayaan.kemdikbud.go.id  
jatim.antaranews.com  
jatim.antaranews.com  
jatim.nu.or.id  

https://surabaya.kompas.com/read/2023/09/10/223216778/makam-sunan-giri-dan-mitos-buah-mengkudu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke