Pasangan suami istri, Solikin (49) dan Naimah (37) menjadi korban dalam peristiwa itu. Tokonya untuk berjualan perlengkapan sepeda motor roboh.
Naimah mengatakan, pengerjaan proyek pemasangan gorong-gorong tersebut berlangsung sejak Senin (4/9/2023) pukul 21.00 WIB. Saat itu, dia bersama sang suami tengah berada di dalam toko.
"Saya tahunya mereka (orang proyek) kerja itu sekitar jam 21.00 sampai 22.00-an WIB. Terus pas mau tidur, jam 00.00 WIB kalau enggak salah, tiba-tiba bruak (ambruk)," kata Naimah, ketika ditemui di lokasi.
Ketika itu, Naimah langsung tertimpa barang yang ada di dalam toko, hingga mengalami luka ringan di kepala. Sedangkan, suaminya kesulitan bernapas karena atap bangunanya sudah runtuh.
"Atap toko ini kan (berbahan) seng, kalau kena penyangganya mungkin wes enggak ada (meninggal) saya sama suami. Suami juga sudah enggak bisa napas, banyak debu," jelasnya.
Sejumlah pekerja proyek memanggil dan menanyakan apakah di dalam bangunan ada orang atau tidak. Naimah yang mendengarnya langsung berteriak untuk meminta pertolongan.
"Saya teriak dari dalam, (saya bilang) ada orang. Langsung orang proyek naik ke atas nolong, takutnya ambruk lagi di dalam dibantu orang tiga," ujar dia.
Petugas hendak mengantarkan Naimah dan suaminya ke rumah sakit, agar menjalani perawatan. Namun, pasutri tersebut menolaknya karena merasa hanya menderita luka ringan.
"Motor di dalam SupraX punya saya, tertimpa (atap) stirnya hancur, ada kulkas, mejikom, televisi juga. Perkiraan Rp 25 jutaan lebih kerugian," ucapnya.
"Ini masih menata, rencana mau ngungsi ke rumah saudara, masih di Surabaya. Tapi ya itu, enggak tahu muat semua atau enggak," kata dia.
Sementara itu, Abdul Rosyid, pemiliki toko lainnya sempat merasakan adanya getaran. Dia langsung memutuskan keluar dari tokonya untuk menyelamatkan diri.
"Sebelumnya dengar ada suara gerakan tanah, kayak hentakan, ternyata ada bego masang gorong-gorong. Langsung buru-buru keluar," kata Abdul.
Abdul bersyukur bisa keluar terlebih dahulu dari tokonya tersebut. Sebab, dia melihat Naimah dan suaminya jadi korban, karena tak sempat menyelamatkan diri saat bangunanya roboh.
"Untung waktu itu (merasakan getaran) keluar, (korbanya) dua orang, suami istri," jelasnya.
Respons Pemkot Surabaya
Menanggapi itu, Staf Bidang Jembatan dan Jalan Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Surabaya, Anang Budi Santoso mengatakan, peristiwa robohnya tiga toko itu terjadi sekitar pukul 00.00 WIB.
Ketika itu, kata Anang, pekerja proyek sempat kesulitan melakukan penggalian, sebab adanya pipa PDAM. Oleh karena itu, mereka menggali di dekat toko yang ada di Jalan Kapasari.
“Karena di ada utilitas PLN tegangan tinggi dan pipa PDAM, jadi enggak mungkin mepet dengan itu. Akhirnya ambil jarak dekat toko," kata Anang, saat ditemui di Kantor Kelurahan Kapasari.
Sedangkan, Supervisor PT Diatasa Jaya Mandiri, Edwin Kurniawan mengatakan, pemasangan gorong-gorong di Jalan Kapasari total sepanjang 800 meter.
"Untuk total proyek 800 meter, sisi selatan (Jalan Kapasari) 400 meter sama sisi utaranya 400 meter. Sebenarnya cuman kurang 10 meter pengerjaanya ini," kata Edwin.
Edwin yang merasa sudah melakukan pengecekan lokasi memutuskan untuk menggali semakin dekat dengan toko warga. Sebab, dia terhambat adanya pipa PDAM utilitas PLN.
"Penggalian sebenarnya jaraknya 50 sentimeter dari bangunan (toko warga), tapi dikerjakan 30 sentimeter. Itu kami pun galinya enggak langsung semua, tapi satu dua baru pasang (saluran air)," jelasnya.
Akhirnya, tiga toko yang berada di sekitar lokasi penggalian tersebut roboh, ketika terkena getaran alat berat. Hal itu diperparah dengan tidak adanya pondasi di bangunan milik warga itu.
"Pas kita lihat, ternyata itu bangunan toko semi permanen sebenarnya, terus juga enggak ada pondasinya, jadi cuman batu bata yang disusun saja," ujar dia.
"Kesepakatanya, yang ganti rugi kami sebagai rekanan kontraktor dan bertanggung jawab pembangunan kembali tiga toko itu," kata Edwin, saat ditemui di Kantor Kelurahan Kapasari.
Edwin memperkirakan biaya yang dikeluarkan untuk membangun tiga toko tersebut sebesar Rp 165 juta. Dia juga berjanji bakal menyelesaikan proses pengerjaan dalam waktu satu bulan.
Itu, kata Edwin, bakal berdampak pada lamanya proses pengerjaan gorong-gorong. Sebab, para pekerja harus membangun terlebih dahulu toko yang ambruk.
"Orang dan alat dialokasikan untuk bantu warga, setelah selesai baru lanjut. Kita sebenarnya juga dikejar target besok (saluran) harus selesai, akhirnya molor," jelasnya.
Selain itu, Edwin juga akan meminta kepada tukang yang membangun kembali toko tersebut, untuk memasang pondasi. Sebab, bangunan itu sebelumnya hanya diberi tumpukan bata.
"Kalau untuk toko yang ambruk kami sepakat akan membangunya lagi. Tapi kalau kerusakan barang, saya harus lapor lagi ke atasan jadi lihat nanti," ujar dia.
Sementara itu, Lurah Kapasari Ridzotullahmad Nurchakim membenarkan hasil mediasi tersebut. Pihaknya bakal terus memantau proses pengerjaan toko ambruk tersebut.
"Saya di sini hanya memberi ruang untuk mediasi. Tadi hasilnya, pihak kontraktornya janji membangun lagi toko, paling lambat satu bulan, setelah mediasi sekarang," kata pria yang akrab disapa Edo itu.
Selain itu, kata Edo, para korban juga meminta agar pemerintah menyediakan tempat untuk berjualan. Sebab, mereka untuk sementara waktu belum bisa berdagang di lokasi tersebut.
"Relokasi masih koordinasi juga, karena kebetulan sektor perdagangan sudah penuh, jadi ada. Total pemilik tiga toko itu ada delapan orang," ucapnya.
https://surabaya.kompas.com/read/2023/09/06/061928378/ambruknya-3-toko-di-surabaya-diduga-akibat-proyek-saluran-air