Salin Artikel

Sujud Syukur Siswa SMK Prapanca 2 Surabaya Setelah 1,5 Tahun "Mengungsi" demi Belajar

Di hadapan 97 siswa mulai bersiap di depan SMK Prapanca 2 Surabaya, Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Pasma Royce memberikan sambutan atas dibukanya kembali SMK Prapanca 2.

"Hari ini para siswa langsung menyaksikan sekolah buka kembali. Apa yang menjadi haknya, bisa belajar dan mendapat tempat sebagaimana mestinya," kata Pasma, di SMK Prapanca 2, Senin (4/9/2023).

Pasma mengatakan dibukanya kembali SMK Prapanca 2 tersebut setelah sengketa antara mantan kepala sekolah Soewandi, dengan Yayasan Pendidikan Wartawan Jawa Timur (YPWJT) berakhir.

"Dengan berbagai upaya, baik ranah sosial maupun hukum, kami menjabarkan segala upaya persoalan yang ada. Setelah ini para siswa silahkan kembali belajar di almamatermya," jelasnya.

Selanjutnya, Pasma langsung membuka gembok pagar dengan disaksikan, Ketua YPWJT, Himawan, Soewandi, dan kepala sekolah SMK Prapanca 2, Gugus Legowo, serta para murid dan guru.

Ungkapan syukur siswa

Sejumlah siswa tampak sujud syukur setelah mengetahui bangunan tersebut bisa ditempati kembali. Lalu, mereka secara serentak memasuki halaman sekolah yang terlihat tak terawat itu.

"Senang karena sekolah bisa dibuka kembali, dan masuk ke gedung sendiri. Akhirnya bisa melakukan pembelajaran seperti dulu," kata salah satu siswa SMK Prapanca 2, Shandy Hyuga Darmawan.

Siswa kelas XI jurusan broadcasting tersebut bersyukur karena akhirnya bisa memanfaatkan fasilitas sekolah. Sebab, sewaktu berpindah-pindah, mereka kesulitan melakukan praktikum.

"Sempat belajar di SMK Prapanca 1 itu sekitar tiga bulan, terus di (kampus) Stikosa AWS juga tiga bulan. Akhirnya bisa leluasa praktik pakai peralatan lengkap," jelasnya.

Pindah tempat belajar

Kepala Sekolah SMK Prapanca 2 Surabaya, Gugus Legowo mengatakan, penutupan itu disebabkan sengketa antara mantan kepala sekolah, Soewandi, dengan Yayasan Pendidikan Wartawan Jawa Timur (YPWJT).

"Kalau yang saya tangkap kepala sekolah (lama) usianya 60 tahun lebih, terus sudah tiga periode, 12 tahun. Sampai diberhentikan 2021 kalau enggak salah, tapi beliau menolak," kata Gugus.

Namun, Gugus mengaku tidak ikut campur lebih dalam terkait penutupan gerbang SMK Prapanca 2, oleh kepala sekolah yang lama. Sebab, hal tersebut merupakan urusan dari pihak yayasan.

"Saya pernah mencoba masuk (SMK Prapanca 2) tapi tetap ditolak, yang menolak pihak sana (kepala sekolah lama), enggak boleh katanya," ujar dia.

Akhirnya, sebanyak 97 siswa SMK Prapanca 2 berpindah-pindah dalam melangsungkan proses belajar mengajar. Terakhir, mereka bahkan meminjam sejumlah ruangan kampus Stikosa AWS.

"Anak-anak (SMK Prapanca 2) sudah satu setengah tahun pindah-pindah, awalnya nebeng di SMK Prapanca 1. Terus pindah ke sini (kampus), karena sana dipakai," jelasnya.

"Di SMK ini ada dua jurusan, Akutansi dan Broadcasting. Kasihan anak didik ini, kita perlu bantuan dinas terkait bagaimana solusi terbaiknya, agar bisa kembali ke sekolah induk," tambah dia.

Gugus menyebut, kepindahan itu bertujuan agar para siswa fokus menerima setiap pelajaran. Sebab, pihak Yayasan dan kepala sekolah yang lama masih terlibat permasalahan.

"Kami sebagai pelaksana pendidikan hanya menjalankan tugas, agar proses pembelajaran tidak terganggu dengan permasalahan yang sudah dua tahun ini," jelasnya.

Dampak sengketa

Siswa SMK Prapanca 2 sendiri sudah berpindah-pindah, sejak awal 2023, lalu. Sejak saa itu, beberapa siswa menggunakan gedung SMK Prapanca 1, dan sebagian memanfaatkan kelas Stikosa AWS.

"Pindah ke sini (Stikosa AWS) sebenarnya terganggu, fasilitasnya enggak ada. Di sini sudah lima bulan, lumayan lama," kata salah satu siswa Taufiq Rahman, saat ditemui di kelas, Selasa (22/8/2023).

Seluruh siswa akhirnya meninggalkan SMK Prapanca 1 dan memanfaatkan gedung Stikosa AWS, beberapa hari ke belakang. Mereka kesulitan dalam mengikuti proses pelajaran.

"Sulit, biasanya ada komputer, di sini enggak ada, jelas terganggu. Sistem belajar pakai monitor, diskasih tahu apa yang harus dilakukan," jelasnya.

Siswa kelas 11 jurusan Akuntansi tersebut, selama di Stikosa AWS, menggunakan ruangan dengan luas 2,5 meter x 5 meter. Namun, kelas tersebut harus disekat dan dibagi dengan murid broadcasting.

"Disekat, satu ruangan untuk dua jurusan. Saya merasa pendidikan ini belum merdeka," ucapnya saat itu.

Sementara itu, siswa akuntasi lainya, Aulia Fatmawati mengatakan, baru merasakan kelas di Stikosa AWS sejak Juli 2023, lalu. Dia merasa kurang nyaman lantaran bukan sekolahnya sendiri.

"Enggak enak, soalnya bukan sekolah sendiri dan enggak bebas. Karena otomatis harus ikut aturan orang lain," kata Aulia.

Aulia mengaku sangat merindukan ruang kelas yang digunakanya untuk belajar di SMK Prapanca 2. Sebab, dia merasa tak kesulitan menerima materi dari guru selama proses pembelajaran.

"Buat praktik kurang, jadi selama ini lebih ke materi saja. Pembelajarannya juga terganggu, soalnya broadcast lebih banyak siswanya dan akuntansi terganggu," ujar dia.

Wakil Wali Kota Surabaya turun tangan

Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji bahkan sempat mendatangi SMK Prapanca 2, di Jalan Nginden Intan Timur, Sukolilo, Jumat (25/8/2023). Hal itu buntut dari sengketa antara kepala sekolah terdahulu dengan yayasan.

Armuji mengatakan, kedatangan tersebut terkait laporan puluhan siswa SMK Prapanca 2 yang tak bisa menggunakan bangunan. Mereka terpaksa menumpang di kampus Stikosa AWS.

"Anak-anak (SMK Prapanca 2) itu kan sekarang numpang di Stikosa AWS. Terus mereka mau minta tempati sekolah," kata Armuji, ketika dihubungi melalui telepon, Minggu (27/8/2023).

Akhirnya, Armuji bersama pihak sekolah dan sejumlah murid mendatangi gedung SMK Prapanca 2. Namun, dia melihat pagar bangunan tersebut sudah dalam kondisi tergembok.

Para siswa meminta Armuji membuka gembok tersebut, agar mereka bisa masuk ke dalam. Namun, dia menolaknya sehingga memantik kemarahan puluhan murid yang sudah berharap.

"(Siswa marah) minta dibukakan, orang-orang tadi berharap dibuka, ya enggak bisa. Kalau kita membuka secara paksa, kita yang salah," jelasnya.

Mantan Ketua DPRD Surabaya itu beralasan, baru mengetahui, bagunan masih sengketa antara kepala sekolah SMK Prapanca 2 terdahulu, Soewandi dengan YPWJT.

"Kalau kita yang buka, yang salah. Karena gugatanya sudah di pengadilan. Kita enggak boleh (membuka gerbang sekolah), harus mengikuti proses hukumnya dulu," ujar dia.

Armuji berharap, Soewandi memikirkan para murid yang saat ini menggunakan kampus Stikosa AWS. Sebab, mereka sekarang tengah mengalami kesulitan dalam mengikuti proses belajar.

"Semoga Wandi itu terketuk hatinya, jangan melihat permusuhannya dengan yayasan, tapi melihat anak-anak itu butuh tempat yang layak," ucapnya.

Damai

Perkara antara mantan kepala sekolah dengan yayasan tersebut berakhir setelah, pihak kepolisian mempertemukan keduanya dan memediasi di Mapolrestabes Surabaya, Sabtu (1/9/2023).

Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Mirzal Maulana mengatakan, mereka akhirnya menyelesaikan perkara tersebut secara kekeluargaan. Seluruh tuntutan pun sudah dibatalkan.

"Kedua belah pihak sepakat bersama-sama membuka gembok pagar pintu SMK Prapanca, 2 pada hari Senin, tanggal 4 September 2023," kata Mirzal, ketika dihubungi melalui telepon, Minggu (4/9/2023).

Para siswa yang sebelumnya terpaksa mengungsi di Kampus Stikosa AWS, akhirnya bisa kembali belajar, di gedung yang berlokasi di Jalan Nginden Intan Timur I, Sukolilo tersebut.

"Hari Rabu, tanggal 6 September 2023, dilaksanakan upacara untuk serah terima sekaligus dimulai kembali proses pembelajaran," jelasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/09/05/070000178/sujud-syukur-siswa-smk-prapanca-2-surabaya-setelah-1-5-tahun-mengungsi-demi

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com