Salin Artikel

Kota Malang KLB Difteri, Dinkes Genjot Imunisasi

MALANG, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Malang, Jawa Timur, menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) kasus difteri sejak akhir Juli 2023. Hal itu setelah Pemkot menerima laporan dua kasus difteri yang dialami oleh anak usia 8 dan 5 tahun.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, dr Husnul Muarif mengatakan, pada Juli 2023, pihaknya menerima laporan adanya dua kasus anak asal Kecamatan Kedungkandang yang terkena difteri. Salah satu anak tersebut berusia 8 tahun meninggal pada 25 Juli 2023. Sedangkan adiknya, yang berusia 5 tahun sempat menjalani perawatan intensif di rumah sakit dan saat ini telah sembuh sejak 11 Agustus 2023.

"Itu terdeteksi sebagai yang dicurigai suspek difteri tanggal 15 Juni 2023, yang satu orang laki-laki umur delapan tahun. Kemudian karena curiga, diperiksa swab tanggal 23 Juni, dan hasil dikirim ke balai laboratorium Surabaya dan hasilnya memang positif," kata Husnul saat dihubungi pada Rabu (30/8/2023).

Petugas dari Dinkes Kota Malang juga telah mendatangi rumah dari anak tersebut untuk memonitor kondisinya. Sedangkan, untuk kedua orangtuanya dinyatakan tidak terinfeksi.

Sejak saat itu, hingga saat ini masih belum ada pencabutan status KLB kasus difteri di Kota Malang.

"Ini Juni, Juli, Agustus sampai September. Kalau tiga bulan tidak ada kasus maka status KLB dicabut," katanya.

Genjot imunisasi

Pihaknya juga telah memprediksi ancaman terjadinya KLB kasus difteri sebelumnya. Hal itu berdasarkan tingkat capaian imunisasi yang tidak sesuai target. Meski begitu, pihaknya tetap mengajak masyarakat untuk mengikuti program imunisasi dan imunisasi dasar.

"Kita tetap memberikan anjuran kepada masyarakat untuk mengikuti program imunisasi dan imunisasi dasar," katanya.

"Karena kita targetnya 95 persen untuk imunisasi dasar. Imunisasi dasar itu, salah satunya Difteri, Pertusis, Tetanus (DPT) yang diberikan selama tiga kali dalam satu tahun," katanya.

Dia menyampaikan, anak-anak yang berada di Kecamatan Kedungkandang, wajib mendapatkan imunisasi Outbreak Reponse Immunization (ORI) difteri. Hal itu berdasarkan rekomendasi dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, dan bagi anak berusia 1 tahun sampai 15 tahun.

Untuk sasaran imunisasi di Kecamatan Kedungkandang dengan 12 kelurahan sebanyak 43.000 anak. Imunisasi bertujuan untuk pencegahan penyebaran difteri.

"Sebenarnya kalau untuk saat ini bukan pencegahan, tapi melengkapi, karena ada kasus sehingga dikhawatirkan kasus ini menyebar, sehingga dicegah, atau dipagari dengan penambahan imunisasi umur 1 - 15 tahun," katanya.

Dia mengatakan, penyebab seseorang terkena difteri salah satunya bisa menular melalui saluran pernapasan.

"Kalau penyebab memang bakteri, masuknya, salah satunya dari saluran pernapasan. Jadi untuk penularan salah satunya dari saluran pernafasan, kemudian dari bersin, batuk, droplet untuk orang yang ada kuman atau bakteri difteri," katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/08/31/093942378/kota-malang-klb-difteri-dinkes-genjot-imunisasi

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com