Salin Artikel

Kisah Anak Berkonflik dengan Hukum Merajut Kembali Impian Masa Depan di LPKA Blitar (Bagian 2)

Padahal saat itu SE baru beberapa bulan memulai pendidikan di sebuah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pelayaran di Surabaya.

Sempat menangis tiap hari

SE meratapi kesalahannya yang melakukan pelecehan seksual terhadap adik perempuan tirinya ketika dia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

“Saya ditangkap petugas dari Polda Jatim bulan Desember 2022 karena posisi saya di Surabaya saat itu,” ujarnya saat ditemui Kompas.com di halaman SMA YP Kodya Blitar, usai mengikuti Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK), Selasa (29/8/2023).

Setelah vonis, hari-hari SE dihabiskan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Blitar yang merupakan LPKA satu-satunya di Jawa Timur.

Selama dua pekan menjalani masa karantina di LPKA yang terletak di Jalan Bali, Kelurahan Karangtengah, Kota Blitar itu, hampir setiap hari SE menangis, menyesali perbuatannya.

“Tapi ketika saya mulai berinteraksi dengan teman-teman di dalam, beban saya mulai terasa teratasi. Dan di dalam, ternyata saya bisa bersekolah formal seperti halnya di luar,” ujarnya.

Merajut kembali impian masa depan

SE menuturkan bagaimana dirinya menghabiskan waktu sehari-hari di LPKA Blitar selama tujuh bulan terakhir.

Pagi hari, semua anak binaan harus bangun paling lambat pukul 06.00 WIB untuk membersihkan ruang dan halaman kamar.

Setelah apel sarapan pagi, mereka kembali ke kamar, menunggu bel dimulainya waktu pembelajaran sekolah, sekitar pukul 07.45 WIB. Kelas sesuai jenjang pendidikan masing-masing anak mulai SD, SMP, dan SMA, berakhir pada pukul 10.00 WIB

Satu jam kemudian, apel makan siang dan dilanjutkan dengan kegiatan ibadah.

Pukul 13.00 hingga 14.30 WIB menjadi waktu bebas untuk beraktivitas, berolahraga, tiduran di kamar, dan lainnya.

Setelah apel sore, pukul 17.00 WIB semua anak binaan harus masuk ke ruang kamar masing-masing hingga waktu untuk tidur pukul 22.00 WIB.

SE mengaku kini dirinya sudah mampu membangun kembali mimpi akan masa depan setelah tujuh bulan tinggal di LPKA Blitar.

Dia pun mengutarakan impiannya melanjutkan ke sekolah pelayaran.

“Saya juga baru dapat kabar dari mama. Katanya nanti kalau sudah selesai masa hukuman saya bisa melanjutkan sekolah pelayaran di Surabaya,” tambahnya.

Menurut SE, masa hukumannya akan tuntas pada Januari 2024. Informasi dari orangtuanya, kelak dia bisa langsung duduk di bangku kelas 2 (XI) SMK pelayaran, sekolah yang sama yang dia tinggalkan hampir selama satu tahun terakhir.

Program sekolah afiliasi

Selasa (29/8/2023) pagi merupakan hari kedua atau terakhir kegiatan ANBK yang diikuti SE bersama 8 anak lain binaan LPKA Blitar yang duduk di kelas XI SMA di SMA YP Kodya Blitar yang berada di Jalan Tanjung, Kota Blitar. 

Keikutsertaan mereka pada ANBK merupakan konsekuensi dari status mereka sebagai siswa SMA YP Kodya Blitar layaknya siswa reguler, meski di sisi lain mereka adalah anak-anak binaan LPKA.

“Mereka ini Dapodik-nya (Daftar Pokok Pendidikan) di SMA YP. Biaya sekolah, biaya operasional pembelajaran mereka dipenuhi dari dana BOS (bantuan operasional sekolah),” tutur guru senior SMA YP Melik Witami.

“Nanti anak-anak kelas XII (kelas 3) akan mengikuti ujian negara selama sekitar 10 hari di sini juga,” tambahnya.

Melik mengklaim kerja sama antara LPKA Blitar dengan SMA YP Kodya Blitar yang telah berlangsung sejak 7 tahun lalu merupakan rintisan pertama di Indonesia.

Program ini kemudian diikuti dengan kerja sama LPKA Blitar dengan SMP Muhammadiyah Kota Blitar terkait anak-anak binaan di jenjang SMP.

Untuk LPKA lain di Indonesia, kata Melik, anak-anak binaan belajar secara mandiri dengan pengarahan dan pembinaan dari pegawai LPKA. Untuk mendapatkan ijazah mulai tingkat SD, SMP, dan SMA, anak-anak binaan di LPKA lain harus mengikuti program Kejar Paket.

“Kalau Kejar Paket, nanti ijazahnya ya ijazah Kejar Paket. Setahu saya, ijazah Kejar Paket tidak dapat digunakan untuk mendaftar ke TNI, Polri, ASN, dan perusahaan-perusahaan swasta. Tapi anak-anak di LPKA Blitar dengan program ini tidak akan mendapatkan masalah tersebut,” terang Melik.

Melik lantas menyebut sejumlah nama-nama mantan anak-anak binaan LPKA Kelas I Blitar yang pernah menjadi murid sekolahnya.

Mereka kini telah bekerja atau melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.

Di antara mereka ada yang menjadi anggota kepolisian, pegawai BUMN, guru, TKI di Taiwan, dan beberapa nama yang dia sebut sedang kuliah di sejumlah perguruan tinggi ternama.

Melalui program sekolah formal afiliasi, lanjutnya, anak-anak binaan LPKA yang belum lulus satu jenjang pendidikan namun sudah selesai menjalani masa hukumannya dapat melanjutkan sekolah di SMA YP hingga lulus atau melanjutkan sekolahnya di SMA lain dengan surat pengantar mutasi dari SMA YP.

Melik mencontohkan SE yang kelak akan membutuhkan surat pengantar dari SMA YP untuk melanjutkan sekolahnya di SMK pelayaran di Surabaya.

Kepala Sub-Seksi Pendidikan LPKA Kelas I Blitar Sugeng Boedianto mengatakan program kerja sama dengan sekolah afilial yang ada di luar LPKA telah memberikan kesempatan lebih luas bagi anak-anak binaan untuk melanjutkan masa depan yang lebih baik setelah keluar dari LPKA.

Bahkan, kata Sugeng, LPKA Blitar mampu menyelenggarakan pendidikan tingkat SD secara mandiri yang tahun lalu telah ditetapkan sebagai SDN 3 Sananwetan.

Sementara untuk jenjang SMP dan SMA, pihaknya bekerja sama dengan sekolah afilial meski kegiatan belajar mengajar sehari-hari dilangsungkan di ruang-ruang kelas di dalam area LPKA Blitar.

“Kalau untuk jenjang SD, pegawai LPKA sendiri sudah cukup memenuhi syarat untuk menjadi tenaga pendidik meskipun kami juga mendapatkan bantuan satu tenaga pengajar dari luar,” tutur Sugeng.

Dari 102 penghuni LPKA Blitar saat ini, lanjutnya, 4 anak ada di jenjang SD, 22 di jenjang SMP, dan 51 di jenjang SMA. Sisanya, berstatus tahanan dan anak-anak dengan masa hukuman pendek, kurang dari 1 tahun. 

https://surabaya.kompas.com/read/2023/08/29/160514378/kisah-anak-berkonflik-dengan-hukum-merajut-kembali-impian-masa-depan-di

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com