Salin Artikel

Polisi Selidiki Temuan 500 Kg Daging Sapi Diduga Gelonggongan di Surabaya

SURABAYA, KOMPAS.com - Pihak kepolisian menyelidiki temuan 500 kilogram daging yang diduga berasal dari sapi gelonggongan di Surabaya. Kini, polisi masih menunggu hasil penelitian terhadap daging itu keluar terlebih dahulu.

Kapolsek Semampir Kompol Nur Suhud mengatakan, daging sapi yang diduga gelonggongan itu ditemukan oleh tim Rumah Potong Hewan (RPH) Surabaya di Jalan Pegirian, Sabtu (26/8/2023).

"Kami hanya bagian dalam tim waktu itu, yang menemukan sebenarnya RPH Surabahaya," kata Suhud ketika dikonfirmasi melalui telepon, Selasa (29/8/2023).

Saat ini, kata Suhud, polisi masih menunggu hasil laboratoriumnya keluar. Setelahnya, dia baru mulai bergerak menemukan penjual yang memesan daging seberat 500 kilogram tersebut.

"Belum (penyelidikan), masih di RPH Surabaya (dagingnya), belum keluar hasilnya, masih diteliti sama RPH. Penyelidikan kalau ada pidananya bisa kami selidiki, karena ada yang mencurigakan," jelasnya.

Menurut Suhud, apabila terbukti daging sapi 500 kilogram tersebut gelonggongan, para pemesan bisa terkena pidana. Sebab, mereka sudah membahayakan kesehatan para pembelinya.

"Nanti dilakukan dulu pemeriksaan saksi, kalau sudah tahu dagingnya membahayakan. Bisa (pidana) UU Kesehatan, kalau daging itu enggak baik kan bisa membahayakan orang lain," ujar dia.

Sementara itu, Dirut RPH Surabaya, Fajar Arifianto Isnugroho mengatakan, daging sapi yang diduga gelonggongan tersebut sudah lama dikirim ke pasar di kawasan Kecamatan Semampir.

"Daging diduga berasal dari beberapa tempat, Krian (Sidoarjo). Informasinya cukup lama, orang masuk membawa daging pakai becak, atau mobil boks, kelamaan jumlahnya semakin banyak," kata Fajar.

Fajar membenarkan RPH Surabaya bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk mengusut kasus tersebut. Hal itu untuk melindungi masyarakat agar tidak salah dalam membeli daging.

Penemuan daging diduga gelonggongan tersebut berawal ketika tim RPH melakukan pengecekan daging di Jalan Pegirian dan Arimbi, Sabtu (26/8/2023), dini hari.

Tim tersebut menemukan sebuah mobil pikap yang mencurigakan. Diduga, kendaraan itu membawa daging yang diduga gelonggongan dari Krian, Sidoarjo.

"Pengirim membawa daging seberat 500 kilogram berasal dari Krian, dikirim atas permintaan satu penjual daging sapi di Jalan Pegirian," kata Fajar, ketika dihubungi melalui pesan, Senin (28/8/2023).

Fajar mengungkapkan, daging tersebut tampak mencurigakan karena kondisinya yang berair. Oleh karena itu, pihaknya menduga sapi tersebut digelonggong sebelum akhirnya dipotong.

"Dugaan daging sapi gelonggongan yang dikirim ke penjual daging di Jalan Pegirian, masih perlu dibuktikan dengan hasil uji laboratorium," jelasnya.

RPH Surabaya menyerahkan daging mencurigakan itu ke laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, dan Polsek Semampir untuk ikut menyelidikinya.

Dengan demikian, Fajar meminta para pedagang yang sudah memiliki papan mitra RPH Surabaya, tidak mengambil daging di tempat lain yang belum jelas asal dan kualitasnya.

"Bila ada penjual daging sapi mitra RPH yang tidak mengambil daging dari hasil pemotongan RPH atau mencampurnya, akan dicabut kartu tanda mitranya sekaligus papan mitranya," ujar dia.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/08/29/082708478/polisi-selidiki-temuan-500-kg-daging-sapi-diduga-gelonggongan-di-surabaya

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com