Salin Artikel

Kendaraan Mahasiswa Baru Dinilai Pengaruhi Kepadatan Lalu Lintas dan Kualitas Udara Kota Malang

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang, Widjaja Saleh Putra mengatakan, pihaknya menerima laporan adanya pengiriman sekitar 100 unit sepeda motor setiap harinya ke Kota Malang melalui kargo. Hal itu terjadi selama kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) di berbagai perguruan tinggi.

Diperkirakan, kiriman sepeda motor tersebut dari para orangtua kepada anaknya untuk berkuliah di Kota Malang. 

"Memang kalau saya pantau, selama beberapa hari lalu, bersamaan dengan penerimaan maba, di Stasiun Kota Malang, itu kalau diperhatikan sepeda motor datang, turun dari kargo. Hampir setiap hari, rata-rata bisa sekitar 100 unit datang dari berbagai daerah," kata Widjaja pada Sabtu (26/8/2023).

Dia mengatakan peningkatan pengiriman sepeda motor terjadi saat musim penerimaan mahasiswa baru. 

"Dilihat trend-nya dari tahun ke tahun, pengiriman sepeda motor dari luar daerah lewat kargo itu meningkatnya ketika musim penerimaan maba. Artinya sebagian besar merupakan kendaraan maba. Kemarin, maba UB saja ada 15.000 lebih," katanya.

Menurutnya, dengan kondisi tersebut, bahwa Kota Malang bisa menjadi suatu indikator dengan memiliki daya tarik sebagai kota pendidikan.

"Ini bisa menjadi indikator, bahwa Kota Malang menarik untuk didatangi anak-anak muda. Udaranya yang dingin, makanannya enak, tempat kongkow-kongkow banyak dan menjadi tempat pendidikan," katanya.

Beberapa area di antaranya berada di dekat dengan kampus, yakni Jalan Raya Sumbersari, Jalan Veteran hingga Jalan Gajayana. Widjaja berjanji, pihaknya akan bekerja keras untuk mengurai dan mengurangi kemacetan.

"Meski hal ini merupakan fenomena tahunan. Tetapi, kalau ada antisipasi akan lebih tepat. Pada intinya, kami akan berusaha bijak terkait hal ini," katanya.

Selain itu, kedatangan kendaraan para maba itu juga dinilai berpengaruh terhadap menurunnya kualitas udara. Hal itu karena dipengaruhi emisi gas buang kendaraan maba yang datang di Kota Malang.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang, Noer Rahman mengatakan, banyaknya kendaraan bermotor dari para maba yang melakukan aktifitas bisa mempengaruhi parameter kualitas udara di Kota Malang.

"Tentu kondisi bisa berpengaruh diakibatkan oleh gas buang kendaraan. Apabila kondisi emisi gas buangnya itu buruk, itu tentu akan mempengaruhi sekali parameter kualitas udara di Kota Malang," katanya.

DLH Kota Malang akan secara rutin mengimplementasikan program dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk mengantisipasi kualitas udara yang berpotensi buruk tersebut.

"Kita sudah terus melakukan pengecekan emisi gas buang kendaraan. Memang ada yang kita temukan kondisi diesel, yakni solar yang secara emisi gas buang besar sekali. Kemudian yang sudah kita beri stiker tanda saat uji emisi, itu harapannya tetap terpasang agar kita tahu kalau sudah diuji," katanya.

Sementara itu, untuk kondisi kualitas udara di Kota Malang dinilai saat ini masih baik. Hal itu sesuai dengan hasil catatan melalui pengukuran Indeks Pencemaran Udara (ISPU).

Data saat ini, indeks kualitas udara di Kota Malang masih berwarna hijau atau berada di angka 2,5.

"Rutin terus kita cek, terakhir Senin (21/8/2023) kemarin. Parameter indeks lingkungan kita masih di 2,5. Jadi masih bisa dikatakan baik, warnanya hijau," katanya.

Untuk indeks parameter kualitas udara yang dinilai buruk, yakni berada di angka 5,6 atau lebih dari 2,5 dengan warna merah.

"Pengukuran ini terhubung resmi dan pengecekan sesuai arahan Pak Walikota. Sehingga kekhawatiran kita soal kualitas udara yang beredar di masyarakat bisa kita tepis," katanya.

Rahman juga menepis isu soal warna langit yang saat ini rata-rata mendung disangkut pautkan dengan kualitas udara. Dia menyampaikan, bahwa cuaca dan kualitas udara merupakan dua hal yang berbeda.

"Tidak bisa disamakan, ini kan terkait kondisi cuaca lagi berangin dan berawan. Soal cuaca berbeda dengan kualitas udaranya," katanya.

Dia juga mengatakan, bahwa cuaca dan warna langit yang akhir-akhir ini gelap dikarenakan adanya El Nino.

"El Nino ini memang berdampak ke kesehatan juga. Jadi harus bisa bedakan soal kualitas udara dan cuaca," katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/08/27/133150078/kendaraan-mahasiswa-baru-dinilai-pengaruhi-kepadatan-lalu-lintas-dan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com