Salin Artikel

Saat Para Wartawan Gantungkan Kartu Pers di Pagar Rumah Dinas Bupati Blitar...

Para jurnalis memprotes penyelenggaraan keprotokoleran Bupati Blitar Rini Syarifah yang dinilai mengekang tugas wartawan.

Peserta aksi membentangkan sejumlah poster. Di antaranya bertuliskan: "Bupati Jangan Takut Diwawancarai", "Bupati Elit, Wawancara Sulit",  Kabupaten Blitar Darurat Kebebasan Pers", dan lainnya.

Aksi unjuk rasa dimulai sekitar pukul 08.30 WIB dan dimulai dengan orasi sejumlah wartawan tentang pengalaman mereka meliput kegiatan Bupati Blitar.

Aksi juga diwarnai penandatanganan pernyataan terbuka, dibarengi aksi menggantung kartu pers ke pagar rumah dinas Bupati Blitar.

"Pers bekerja dalam koridor Undang-Undang, pers menjalankan peran dan fungsi kontrol sosial. Pers adalah pilar demokrasi," demikian penggalan pernyataan terbuka wartawan yang tergabung dalam Wartawan Blitar Peduli Kebebasan Pers.

Pengakuan wartawan

Sejumlah wartawan mengaku mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan saat hendak mewawancarai Rini Syarifah dalam kesempatan door stop. 

"Setiap kita mengajukan pertanyaan ke Bupati, ajudan-ajudan yang mengelilinginya selalu menghalang-halangi sembari mengatakan 'di luar konteks. Sudah, sudah'," ujar April, wartawati dari sebuah stasiun radio di Blitar.

"Tidak jarang kita mendapatkan perlakuan fisik seperti menarik baju," tambahnya.

Wartawan lainnya, Nana yang bekerja untuk Detik.com, mengatakan bahwa selama sekitar tiga tahun Rini Syarifah menjabat sebagai Bupati Blitar belum pernah mengabulkan permintaan wawancara.

Padahal, kata dia, banyak dinamika sosial di Kabupaten Blitar yang seharusnya mendapatkan respons langsung dari Bupati Blitar.

Dia mencontohkan banyaknya warga yang melakukan aksi tanam pohon pisang di jalan-jalan yang rusak.

"Kita kan ingin mendengar apa yang dilakukan kepala daerah menanggapi kerusakan infrastruktur jalan di wilayahnya. Kalau APBD tidak mampu mengatasi apa yang akan dilakukan Pemkab," ujarnya.

Nana menambahkan, Bupati Blitar tidak pernah memberikan pernyataan yang memadai terkait perkembangan terakhir terkait pengajuan pengunduran diri Wakil Bupati Blitar Rahmat Santoso beberapa waktu lalu.

"Padahal publik sangat ingin mengetahui bagaimana beliau menyikapi pengunduran diri wakilnya, setelah beberapa kali Wabup menyatakan niat untuk mundur," kata dia.

Tanggapan Pemda

Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Blitar Herman Widodo yang mendatangi aksi unjuk rasa mengaku pihaknya dapat memahami apa yang disampaikan oleh wartawan.

Herman memastikan akan meneruskan aspirasi wartawan pada Bupati Blitar.

"Tentu tidak ada niat kami dan Ibu Bupati untuk menghalang-halangi kerja rekan-rekan jurnalis. Kami akan sampaikan kepada pimpinan apa yang menjadi aspirasi rekan-rekan," ujarnya. 

https://surabaya.kompas.com/read/2023/08/25/111831278/saat-para-wartawan-gantungkan-kartu-pers-di-pagar-rumah-dinas-bupati-blitar

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com