Salin Artikel

Kemenag Sidoarjo Siap Hadapi Gugatan Jemaah yang Mengaku 11 Kali Tak Diberi Makan Saat Ibadah Haji

SURABAYA, KOMPAS.com - Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, siap menghadapi gugatan Prayitno, jemaah haji asal Sidoarjo yang melayangkan gugatan karena mengaku 11 kali tidak diberi makan oleh penyelenggara haji.

"Silakan saja (menggugat), kami menghormati hak hukum setiap warga negara," kata Kepala Kemenag Sidoarjo Arwani saat dikonfirmasi, Selasa (22/8/2023).

Pihaknya mengaku sudah berkoordinasi dengan pihak Kanwil Kemenag Jatim perihal gugatan tersebut.

"Intinya kami siap menghadapi gugatan," tegasnya.

Sebelum mendaftarkan gugatan, penggugat sempat membuka komunikasi dengan datang ke kantor Kemenag Sidoarjo.

"Tapi saya tidak tahu tiba-tiba gugatan sudah didaftarkan," ujarnya.

Gugatan itu terdaftar dengan nomor perkara 250/Pdt.G/2023/PN Sda dengan klasifikasi gugatan perbuatan melawan hukum.

Rencananya, sidang pertama akan digelar di Ruang Sidang Tirta Pengadilan Negeri Sidoarjo pada 5 September 2023 dengan agenda mediasi.

"Sidang perdana dengan agenda mediasi pada 5 September 2023 nanti," kata Humas Pengadilan Negeri Sidoarjo Pujiono saat dikonfirmasi terpisah.

Sebelumnya, Prayitno, jemaah haji asal Sidoarjo, Jawa Timur, melayangkan gugatan atas pelaksanaan ibadah haji tahun ini.

Dia meminta Kementerian Agama (Kemenag), Kanwil Kemenag Jatim dan Kantor Kemenag Sidoarjo membayar ganti rugi masing-masing Rp 1,1 miliar karena dituding menelantarkan jemaah saat pelaksanaan ibadah haji.

Prayitno merinci, ganti rugi tersebut dari ganti rugi materi sebesar Rp 150 juta, sementara ganti rugi immaterial sebesar Rp 1 miliar.

"Gugatan sudah saya daftarkan pekan lalu di Pengadilan Negeri Sidoarjo," kata pria berusia 48 tahun ini, Senin (21/8/2023).

Dia sendiri adalah jemaah haji dengan nomor kelompok terbang 17 asal Sidoarjo. Dia berangkat pada 29 Mei 2023 dan tiba di tanah air pada 22 Juli 2023.

Penelantaran yang dimaksud Prayitno, selama dia menjalani ibadah haji, dia mencatat 11 kali jemaah tidak diberi jatah makan.

Selama 3 hari di Mekkah, dia mengaku sembilan kali tidak dikasih makan. Saat itu memang diumumkan bahwa sehari sebelum wuquf di Arofah dan 2 hari saat berada di Mina tidak diberi makan.

"Tapi kompensasi tidak ada. Entah roti atau makanan pengganti tidak ada," ujarnya.

Sementara saat jemaah berada di Muzdalifah, dua kali tidak diberi makan.

"Dua kali di Muzdalifah tidak dikasih sarapan, bahkan air minum tidak ada sampai makan siang juga tidak dikasih. Baru dikasih jam 5 sore itu untuk makan malam," tambahnya.

Dia juga menyesalkan menu makanan yang dibagikan kepada jemaah.

"Lauknya hanya sambal goreng tahu tempe," terangnya.

Jemaah, menurut dia, cukup bersabar dan menganggap semua itu sebagai cobaan saat menjalankan ibadah. Sehigga jamaah berinovasi memberi tambahan lauk seperti telur dan bakso yang dibeli secara mandiri.

Bentuk penelantaran lainnya terkait penjemputan di Muzdalifah. Menurutnya, jemaah yang datang tengah malam dari Arafah ke Muzdalifah janjinya dijemput setelah shalat shubuh.

"Namun kenyataannya dijemput jam 9 pagi sampai jam 11 siang, saya yang jam 11 siang itu. Ada jemaah lain yang dijemput jam setengah 2 siang," ungkapnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/08/22/185648078/kemenag-sidoarjo-siap-hadapi-gugatan-jemaah-yang-mengaku-11-kali-tak-diberi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke