Salin Artikel

7 Desa di DAS Bengawan Solo Krisis Air Bersih akibat Kemarau Panjang

SURABAYA, KOMPAS.com - Krisis air bersih sebagai dampak fenomena El Nino ternyata juga dialami permukiman penduduk di kawasan Daerah Aliran Sungai (Bengawan Solo).

Sebagaimana permukiman di kawasan pegunungan, mereka juga membutuhkan pasokan air bersih.

Hasil pemetaan Perum Jasa Tirta (PJT) I dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, sampai saat ini ada 7 desa di DAS Bengawan Solo yang membutuhkan pasokan air bersih. Ketujuh desa tersebut berada di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Tujuh desa terdiri dari tiga di Kabupaten Lamongan, yakni Desa Sekarbagus, Kecamatan Sugio; Desa Katemas, Kecamatan Kembangbahu, dan; Desa Nguwok, Kecamatan Modo. Satu desa berada di Kabupaten Ngawi, yakni Desa Banjarbanggi Kecamatan Pitu.

Sementara tiga desa lainnya berada di Kabupaten Sukoharjo, yaitu Desa Alasombo, Kecamatan Weru; Desa Pundungrejo, Kecamatan Tawangsari, dan; Desa Kamal, Kecamatan Bulu.

Dipasok air bersih

Menurut Direktur Operasional PJT I, Milfan Rantawi, sejak Senin (21/8/2023) kemarin, tujuh desa tersebut sudah dipasok air bersih.

"Kami bekerja sama dengan pihak terkait seperti Perumda Air Minum dan BPBD setempat menyediakan 50 tangki air untuk menyuplai air bersih di desa-desa tersebut," kata Milfan dikonfirmasi, Selasa (22/8/2023).

Menurutnya, untuk mengatasi permasalahan kekeringan dampak dari El Nino membutuhkan langkah sistemik dan terarah.

"Kegiatan pemberian bantuan air bersih ini hanya bersifat jangka pendek ya, harus kita ingat bersama," ujarnya. 

Ke depan, pihaknya akan mengajak masyarakat untuk terus berpartisipasi aktif dalam kegiatan penghijauan sebagai langkah konkret menjaga sumber mata air. 

"Konservasi tentunya dapat menjaga pasokan air utamanya di daerah hulu, menjaga jaringan air bersih, irigasi dan juga sungai sekitar menjadi solusi jangka panjang," tuturnya. 

Adanya fenomena El Nino tentunya juga memengaruhi ketersediaan air pada waduk dan long storage bendung yang dikelola PJT I. 

Terlebih dengan kondisi musim hujan yang diprediksi akan mundur.

Untuk mengantisipasi dampak kekeringan, PJT I terus menjaga pengoperasian waduk sesuai dengan pola dan secara rutin mingguan melaporkan kondisi elevasi waduk ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah serta BBWS Bengawan Solo. 

"Upaya efisiensi dalam penggunaan cadangan air ini terus kami laporkan secara rutin. Kami berharap seluruh pihak dapat bersama-sama berhemat dalam memanfaatkan air waduk," pungkasnya.

Kemarau panjang

Secara terpisah, Koordinator Bidang Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda, Teguh Tri Susanto mengungkapkan, dampak El Nino mulai terasa dengan meningkatnya suhu panas pada siang hari, dan dingin pada malam hari di wilayah Jawa Timur.

"Biasanya musim kemarau ini terjadi pada Mei hingga Oktober. Tapi karena anomali alam dampak El Nino ini diprediksi memanjang sampai Desember 2023," ujarnya.

Selain di Jatim, Teguh menyebut musim kemarau akibat El Nino ini juga terjadi di Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sumatera, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Saat ini suhu udara di Jatim sendiri berkisar 35 hingga 36 celsius.

Diketahui, El Nino adalah suatu fenomena alam ketika suhu permukaan laut (SST) di Samudera Pasifik mengalami peningkatan di atas kondisi normal.

Peningkatan suhu ini menyebabkan pertumbuhan awan lebih tinggi di wilayah Samudera Pasifik tengah, dan mengurangi jumlah curah hujan.

Artinya, El Nino menyebabkan sebuah wilayah dilanda kekeringan sedang hingga ekstrem..

https://surabaya.kompas.com/read/2023/08/22/105636978/7-desa-di-das-bengawan-solo-krisis-air-bersih-akibat-kemarau-panjang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke