Salin Artikel

Warga Pamekasan Keluhkan Aliran Air PDAM Mati 15 Hari, Terpaksa Pakai Air Keruh

Keluhan tersebut muncul dari warga di Kelurahan Jungcangcang, Kecamatan Pamekasan, dan Kelurahan Barurambat Timur, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur.

Salah satu warga Kelurahan Jungcangcang, Sri Wahyuning mengatakan, persoalan macetnya aliran air sudah disampaikan kepada pihak manajemen PDAM. Namun sampai saat ini, warga mengklaim, belum ada solusi atas persoalan tersebut. 

"Keluhan kami sudah disampaikan kepada petugas PDAM di lapangan. Tapi tidak ada solusi sampai setengah bulan," kata Sri Wahyuning, Rabu (9/8/2023). 

Sri menambahkan, petugas PDAM menawarkan kepadanya agar menyedot langsung ke pipa utama PDAM. Namun tawaran itu ditolaknya. Sebab hal tersebut bisa merusak jaringan pipa yang sudah ada dan hasilnya tidak maksimal. 

"Ada tetangga yang sedot langsung ke pipa PDAM, tapi tetap juga tidak lancar. Bahkan saat ini juga macet tidak mengalir," terang Sri. 

Satu-satunya solusi agar bisa mendapatkan air untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, Sri dan warga lainnya harus membeli air bersih melalui tangki. Tetapi menurutnya, air yang disuplai PDAM menggunakan tangki kondisinya keruh. 

"Kami trauma air kiriman tangki PDAM karena keruh. Kalau mau dipakai, harus diendapkan 24 jam," imbuhnya. 

Warga perumahan Genteng Kali, Kelurahan Barurambat Timur, Hendra Aminollah mengaku harus mengeluarkan belanja tambahan untuk memenuhi kebutuhan air di rumahnya.

Selama 15 hari, keluarga Hendra sudah menghabiskan 4 tangki air. 

"Untuk mandi dan mencuci pakai air tangki. Kalau untuk masak dan minum, harus membeli air mineral isi ulang. Belanja keluarga saya membengkak selama setengah bulan ini," ungkap Hendra. 

Pelaksana Tugas Direktur PDAM Pamekasan, Muharram meminta maaf atas macetnya aliran air PDAM yang memakan waktu yang lama.

Menurutnya, persoalan di lapangan di antaranya karena banyak pelanggan yang menyedot langsung ke pipa utama PDAM sehingga aliran air pelanggan yang berada di hilir tidak lancar. 

"Problem lainnya karena mesin PDAM ada yang rusak dan kondisi pipa yang tersumbat karena banyak yang tertutup endapan karang air," terang Muharram. 

Pria yang juga menjabat sebagai Kepala dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PRKP) Pamekasan ini mengungkapkan, saat ini masih dilakukan proses perubahan jadwal buka tutup aliran air ke beberapa lokasi.

"Pelanggan harap sabar dulu. Kami akan dropping pakai tanki. Kalau airnya keruh, kami ganti yang bersih," ungkapnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/08/09/184122878/warga-pamekasan-keluhkan-aliran-air-pdam-mati-15-hari-terpaksa-pakai-air

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com