Salin Artikel

Tak Direhab meski Disurvei 2 Tahun Lalu, Rumah Tukang Tambal Ban Akhirnya Roboh

NGAWI, KOMPAS.com -  Pujiono (74) warga, Desa Tambakromo, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, yang bekerja sebagai tukang tambal ban di jalan desanya terlihat mengawasi sejumlah warga yang sibuk mememperbaiki rumah sederhana miliknya yang sebagian atap dan dindingnya roboh lantaran sudah lapuk.

Dia mengaku tetangganya prihatin dengan keberadaan rumah Mbah Pujiono yang dinding dan atap rumahnya tiba-tiba ambruk pada Kamis (3/8/2023) sekitar pukul 02.00 WIB.

Saat kejadian dia mengaku sedang tiduran di salah satu kamar sambil mendengarkan radio yang menyiarkan wayang kulit.

“Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba atap rumah langsung ambrol. Saya kaget dan langsung melihat kondisi dua anak saya dan istri,” ujarnya ditemui di rumahnya, Jumat (4/8/2023).

Meski sempat tertimpa reruntuhan rumahnya malam itu, namun Pujiono hanya mengalami luka ringan.

Pujiono buru-buru melihat kedua anak dan istrinya yang saat itu ikut tertimpa reruntuhan atap dan dinding rumah.

Ketiga orang yang disayanginya tersebut tak mengalami luka berat.

“Mereka tertimpa kayu dan genting, tapi alhamdulillah semua selamat. Anak saya 2, ada yang lulus skeolah, ada yang masih SMP," imbuhnya.

Tukang tambal ban.

Pujino mengaku rumah yang atap dan dindingnya ambruk tersebut dibangun sejak tahun 2006 lalu.

Sejak didirikan, Pujiono mengaku tak mampu memperbaiki kondisi rumahnya yang kayu penyangga atap rumah sudah mulai lapuk.

Penghasilannya dari pekerjaan menambal ban hanya cukup untuk menutup kebutuhan sehari-hari.

“Nambal ban itu penghasilannya tidak mesti, kadang Rp 20.000 kadang Rp 30.000. Kalau ramai paling Rp 50.000. Cukup ndak cukup ya dicukup-cukupin,” katanya.

Meski mendapat bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), namun kondisi kesehatannya yang sedang stroke membuat penghasian tak seberapa dari tambal ban semakin membuat kehidupan Pujiono menyedihkan.

Untuk memperbaiki atap dan dinding rumah yang ambrol, Pujiono mengaku terpaksa mengutang ke tetangga.

“Ini kena stroke. Kalau untuk perbaikan ditolong warga, untuk kebutuhan perbaikan ya ngutang kayak paku, kayu, terpaksa ngutang,” ucapnya.

Janji dibedah 2 tahun lalu

Kondisi perekonomian yang hanya mengandalkan dari pekerjaan menambal ban membuat pemerintah desa sempat mengusulkan rumah Mbah Pujiono untuk direhab dalam program bedah rumah tidak layak huni tahun 2021 lalu.

Sayangnya hingga atap dan dinding ambrol, rumahnya belum tersentuh program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).

“Harapannya pemerintah membantu membangunkan, agar segera bisa dihuni. Kalua WC sudah ada,” katanya.

Sementara itu, Kepala Desa Tambakromo, Mokhamad Suhadi, mengatakan, rumah Pujiono sempat diusulkan untuk mendapat bantuan program RTLH 2 tahun lalu melalui Dinas Perumahan dan Pemukiman Kabupaten Ngawi.

Terkait usulan tersebut, dinas terkait bahkan telah melakukan survei ke rumah Mbah Pujiono.

“Sudah disurvei namun tidak ada kelanjutannya karena anggaran di desa untuk RTLH diprioritaskan pada rumah yang kondisinya lebih parah," ujarnya. 

https://surabaya.kompas.com/read/2023/08/05/105842378/tak-direhab-meski-disurvei-2-tahun-lalu-rumah-tukang-tambal-ban-akhirnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke