Salin Artikel

Midun Sempat Diminta Batalkan Gowes "Tragedi Kanjuruhan" Rute Malang-Jakarta

MALANG, KOMPAS.com - Aksi bersepeda dari Malang ke Jakarta yang dilakukan oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemkot Batu bernama Miftahudin Ramli (53) diduga sempat diminta untuk tidak dilanjutkan.

Hal itu diungkapkan oleh Koordinator Tim Gabungan Aremania (TGA), Dyan Berdinandri pada Jumat (4/8/2023).

Dyan mengatakan, Midun, sapaan akrab dari Miftahudin Ramli, sempat bertemu dengan kepala Dinas Pariwisata Pemkot Batu di Pos TGA, Kota Malang pada Kamis (3/8/2023) malam.

Dia juga belum mengetahui maksud dari kepala dinas tersebut yang diduga meminta Midun tidak melanjutkan perjalanannya.

"Kronologinya, kemarin Pak Midun sempat stay di Stadion Gajayana, kemudian saya ajak ke Pos TGA, kemarin malam sudah didatangi kepala Dinas Pariwisata dari Pemkot Batu yang meminta sebisa mungkin tidak melanjutkan ekspedisi 'Usut Tuntas' ini," kata Dyan pada Jumat (4/8/2023).

Dyan mengatakan, informasi yang didapatkan dari salah satu anak Midun bahwa ayahnya dari awal sempat diminta untuk tidak berangkat dengan membawa keranda.

Midun dan keluarganya juga dijanjikan akan diajak rekreasi bila tidak melanjutkan perjalanannya.

Namun, Midun tetap memilih bersepeda dari Malang dengan melanjutkan ke Stadion Gelora Delta Sidoarjo.

Namun, Dyan menerima informasi bahwa istri Midun, Nowo Dyah Sihkanti (46), didatangi oleh kepala Dinas Pariwisata Pemkot Batu. Hal itu diduga untuk membujuk Midun tidak melanjutkan perjalanannya.

"Salah satu anaknya komunikasi dengan saya, bahwa istrinya Pak Midun ini didatangi kepala Dinas Pariwisata beserta jajarannya untuk diajak menemui Pak Midun di Gelora Delta Sidoarjo," katanya.

Dyan menyampaikan bahwa Midun tetap ingin menuntaskan ekspedisi bersepedanya hingga ke Jakarta. Namun, Midun juga terbebani dengan pikiran nasib dari keluarganya.

"Tadi sudah sempat saya kontak siang masih di Gelora Delta Sidoarjo, kalau keinginan Pak Midun inginnya terus melanjutkan perjalanan, tapi beliau kepikiran keluarganya di rumah karena didatangi orang-orang dari kantornya," katanya.

Meski begitu, Midun tetap melanjutkan bersepeda dari Stadion Gelora Delta Sidoarjo menuju Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, dengan membawa keranda.

Dyan juga heran dengan permintaan kepala Dinas Pariwisata Pemkot Batu, karena aksi yang dilakukan Midun dilakukan saat dia mengambil cuti.

"Dan, pimpinannya mengetahui bahwa Pak Midun ambil cuti untuk melakukan misi ini," katanya.

Menanggapi hal tersebut, pihak TGA menyayangkan sikap dari Pemkot Batu. Menurutnya, aksi yang dilakukan Midun merupakan bentuk kebebasan berekspresi dalam menyuarakan pendapat.

"Setiap orang berhak mengeluarkan pendapat dan berekspresi selama masih didalam hal yang wajar. Apalagi Pak Midun ini bawa misi kemanusiaan dan memberitahukan kepada masyarakat Indonesia bahwa Tragedi Kanjuruhan masih perlu diurusi dengan serius oleh pemerintah, terutama dalam hal keadilan," katanya.

Saat dihubungi melalui sambungan telepon WhatsApp, Kepala Dinas Pariwisata Pemkot Batu Arief As Siddiq tidak mengangkat meski berdering.

Sedangkan, Pj Wali Kota Batu Aries Agung Paewai membantah adanya desakan kepala Dinas Pariwisata Pemkot Batu yang meminta Midun tidak melanjutkan perjalanannya.

"Tidak benar itu. Malah beliau (Kepala Dinas Pariwisata Pemkot Batu) menanyakan bagaimana kondisi fisiknya (Pak Midun) dan apakah sudah mengurus izin cuti, karena beliau adalah ASN," kata Aries saat dihubungi secara singkat melalui pesan WhatsApp.

Aries mengatakan, Midun telah mengajukan cuti untuk kegiatannya tersebut.

"Kalau beliau mengajukan cuti, berarti yang dilaksanakan atas nama pribadi dan bukan sebagai ASN. Menurut informasi Kadisnya sudah diajukan izin cuti," katanya.

Bersepeda untuk keadilan 

Sebelumnya diberitakan, seorang pria bernama Miftahudin Ramli (53) asal Jalan Darsono, Kota Batu, Jawa Timur, tengah melakukan perjalanan dengan bersepeda menuju Jakarta. Aksinya itu sebagai bentuk keprihatinan atas belum tuntasnya penanganan Tragedi Kanjuruhan.

"Tidak melupakan dan tidak terulang seperti Tragedi Kanjuruhan, tujuannya itu sebenarnya, melalui ekspedisi ini juga melewati stadion-stadion dengan misi yang sama," kata pria yang akrab disapa Midun ini pada Kamis (3/8/2023).

Menariknya, Midun bersepeda dengan membawa replika keranda yang tersambung di bagian belakang. Replika keranda itu merupakan simbol menuntut keadilan hilangnya 135 nyawa dalam Tragedi Kanjuruhan.

"Untuk perbekalan yang dibawa, ada baju, peralatan sepeda seperti pompa angin, sama lain-lain," katanya.

Persiapan yang dilakukan hanya satu bulan, termasuk merancang sendiri untuk desain sepedanya itu sehingga berbentuk sedemikian rupa. Untuk rencana rute yang dilewati menuju ke Jakarta melalui jalan di sisi pantai utara.

Mulai dari Malang, Sidoarjo, Surabaya, Gresik, Lamongan, Tuban, Rembang, Pati, Kudus, Demak, Semarang, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, cirebon, Jatibarang, Indramayu, Subang, Karawang, Bekasi dan Jakarta.

Sedangkan, rencana stadion yang akan dilewati antara lain Stadion Kanjuruhan, Gajayana, Gelora Delta Sidoarjo, Bung Tomo, Joko Samudro, dan Stadion Gelora Bung Karno.

"Finish-nya di Senayan, mohon doanya untuk diberi kekuatan," katanya.

Pria yang bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Dinas Pariwisata Kota Batu ini menargetkan sampai di Jakarta bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus mendatang.

Midun juga tidak memiliki agenda pertemuan khusus dengan instansi pemerintah atau lainnya. Dia hanya berharap, aksinya itu bisa didengar oleh Ketua Umum PSSI Erick Thohir supaya terus mendukung penanganan tuntas Tragedi Kanjuruhan dan tidak ada kekerasan lagi dalam sepak bola di dalam negeri.

"Tidak ada target, intinya menyalurkan eskpresi serta bertemu dengan para pecinta sepak bola. Paling penting yaitu jangan sampai tragedi-tragedi yang sampai memakan korban jiwa dalam sepak bola terulang kembali," katanya.

Aksi yang dilakukan Midun juga didukung oleh istrinya, Nowo Dyah Sihkanti (46). Dyah mengatakan bahwa suaminya itu memiliki hobi traveling.

"Setiap tahun memang suami saya ini selalu mengagendakan untuk cuti, pernah sepeda motoran trail ke luar pulau Jawa, mendaki gunung juga. Saya mendoakan semoga selamat, sehat terus, dan sukses kegiatannya ini," katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/08/04/191959278/midun-sempat-diminta-batalkan-gowes-tragedi-kanjuruhan-rute-malang-jakarta

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com