Salin Artikel

Rentetan Bencana di Lumajang, 3 Warga Meninggal, Ribuan Orang Mengungsi

Kecamatan tersebut yaitu Pronojiwo, Tempursari, Candipuro, Pasirian, Tempeh, dan Pasrujambe.

Sebanyak tiga orang meninggal dalam rentetan bencana di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur tersebut. Selain itu ribuan warga mengungsi karena banjir.

Bupati Lumajang Thoriqul Haq pun menetapkan masa tanggap darurat bencana.

Berikut rangkaian kejadian bencana di Lumajang, Jawa Timur:

Longsor, 3 meninggal

Rentetan bencana alam di Lumajang dimulai pada Jumat (7/7/2023) dini hari.

Sekira pukul 01.00 WIB, jalur perbukitan Piket Nol di Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur mengalami longsor.

Material berupa tanah, lumpur, dan pohon menutupi badan jalan di kilometer 59 dengan ketebalan material longsor sekitar tiga meter.

Tidak hanya Piket Nol, longsor juga terjadi di Dusun Sriti, Desa Sumberurip, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, sekitar pukul 04.30 WIB.

Satu keluarga yaitu suami, istri, dan seorang bayi yang masih berusia empat bulan tewas tertimbun material longsor dari perkebunan salak di belakang rumahnya.

Belum tuntas penanganan longsor di dua lokasi itu, hujan deras yang terus mengguyur kawasan pegunungan di Lumajang membuat debit air sungai meningkat.

Banjir lahar

Tiga aliran sungai yang berhulu langsung ke Gunung Semeru mengalami banjir lahar dingin sejak pukul 10.00 WIB. Aliran sungai yang dimaksud adalah Besuk Bang, Besuk Sat, dan Besuk Kobokan.

Banjir, disertai hujan lebat dan angin kencang kemudian merusak empat jembatan. Yakni Jembatan Gangtung Kali Regoyo di Dusun Kebondeli Selatan, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro.

Kemudian, Jembatan Kloposawit di Desa Kloposawit, Kecamatan Candipuro.

Jembatan Kaliputih di Desa Tumpeng, Kecamatan Candipuro, dan Jembatan Kaliglidik di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo yang merupakan jembatan perbatasan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang.

"Ada empat jembatan yang mengalami rusak dan beberapa tanggul sungai yang jebol. Sehingga, air masuk ke pemukiman warga," kata Bupati Lumajang Thoriqul Haq.

Dua kecamatan terisolasi

Akibat rentetan bencana ini, dua kecamatan di Kabupaten Lumajang terisolasi, Jumat (7/7/2023).

Kecamatan yang dimaksud adalah Kecamatan Pronojiwo dan Kecamatan Tempursari.

Akses dua warga di kecamatan tersebut terputus, baik ke arah Kabupaten Lumajang maupun ke Kabupaten Malang.

Pasalnya, jalur perbukitan piket nol yang menghubungkan Kecamatan Pronojiwo dan Kecamatan Candipuro tertutup material longsor akibat hujan deras yang mengguyur kawasan tersebut sejak beberapa hari lalu.

Sedangkan, jalan menuju Kabupaten Malang juga tidak bisa dilalui karena jembatan di perbatasan kedua kabupaten tersebut putus setelah diterjang banjir lahar.

"Kita ingin akses segera dibuka untuk ke Pronojiwo karena yang di sana belum bisa kita tangani," jelasnya.

Ribuan warga yang menghuni sekitaran aliran sungai mulai mengungsi sejak Jumat (7/7/2023) sore. Mereka menempati 12 titik pengungsian yang telah disediakan pemerintah.

Jumlahnya terus mengalami peningkatan dari hari ke hari. Jumat malam, jumlah pengungsi masih 416 jiwa. Namun, Sabtu pagi, jumlahnya telah meningkat jadi 761 jiwa.

Sabtu malam, jumlahnya terus meningkat jadi 1.038 jiwa yang terbagi di 18 titik pengungsian.

Salah satu posko pengungsian yakni Balai Desa Jarit bahkan mengalami kelebihan jumlah pengungsi. Sabtu malam, jumlahnya mencapai 293 jiwa dari 89 kepala keluarga.

Masa tanggap darurat bencana

Bupati Lumajang Thoriqul Haq selanjutnya menetapkan masa tanggap darurat bencana selama 14 hari sejak tanggal 7 Juni - 21 Juni 2023.

"Saya sudah menetapkan tanggap darurat 14 hari. Tadi sudah saya tanda tangani dan saya tunjuk pak Sekda untuk memimpin satgas," kata Thoriq di Balai Desa Jarit.

Thoriq menjelaskan, pihaknya tengah memantau situasi cuaca untuk bisa menginventasisasi kerusakan.

Pasalnya, hujan dengan intensitas tinggi masih mengguyur wilayah yang terdampak banjir lahar hujan Gunung Semeru.

"Penataan terus kita lakukan, kita juga akan melihat situasi beberapa hari ini karena curah hujan masih tinggi lantaran lahar Semeru tidak bisa di prediksi," jelas dia.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/07/09/080244678/rentetan-bencana-di-lumajang-3-warga-meninggal-ribuan-orang-mengungsi

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com