Salin Artikel

Umat Hindu Jalani Ruwatan Bangsa di Candi Penataran, Arak Foto Presiden Soekarno dan Gajah Mada

BLITAR, KOMPAS.com – Lebih dari seribu pemeluk Hindu dari Pulau Jawa dan Bali menjalani upacara ritual ruwatan bangsa “Pangruwating Bumi Nusantara Kridaning Sapu Jagat” di Candi Penataran yang terletak di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, pada Sabtu (8/7/2023).

Upacara yang berlangsung sejak Sabtu pagi dengan tajuk “Wedar Hayuning Penataran” diawali dengan ratusan umat mengarak foto Patih Kerajaan Majapahit Gajah Mada dan Presiden Soekarno keliling area Candi Penataran yang cukup luas.

Prosesi mengarak foto kedua tokoh itu dilakukan dengan para pengarak membunyikan genta serta membawa dupa yang mengepul menebar aroma wangi yang khas.

Sementara pemimpin upacara melantunkan suluk doa-doa di panggung yang terletak di depan Pendopo Agung Candi Penataran yang juga dikenal sebagai Candi Palah itu

Upacara ruwatan bangsa itu diakhiri dengan doa bersama yang diikuti oleh seluruh umat yang hadir di pelataran Candi Penataran yang merupakan candi kuno yang dibangun sejak era Kerajaan Kediri (1042-1222) dan dipugar di era Kerajaan Majapahit (1293-1527).

Candi Penataran di era Majapahit adalah Candi Kenegaraan di mana ritual keagamaan kerajaan digelar di candi yang berada di kaki Gunung Kelud itu

Gelaran upacara tersebut diselenggarakan oleh Forum Spiritual Dharma Nusantara di Blitar dan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI).

Ketua Forum Spiritual Dharma Nusantara, Yuliono, mengatakan, upacara ruwatan kebangsaan itu telah mulai rutin digelar di Candi Penataran sejak 2011.

Tujuan digelarnya upacara ruwatan bangsa itu, kata Yuliono, adalah sebagai bentuk bakti dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta leluhur Bumi Nusantara atas berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dianggap sebagai kelanjutan dari wilayah yang disebut sebagai Nusantara.

Menurutnya, upacara ruwatan juga dimaksudkan sebagai upaya menetralisir kutukan leluhur atas perilaku manusia di Bumi Nusantara yang dinilai telah menyimpang dari tatanan nilai luhur yang telah sematkan ribuan tahun lalu.

“Agar anak bangsa setelah 500 tahun ini yang barangkali terlena tidak pernah ritual bakti untuk menebus dosa, kutukan leluhur,” ujar Yuliono di Candi Penataran, Sabtu.

Dikisahkan, bahwa Sabdo Palon akan kembali ke Pulau Jawa 500 tahun kemudian sejak pengaruh Hindu pudar di masa akhir Majapahit.

Yuliono juga menambahkan bahwa upacara ruwatan yang dilakukan oleh umat  Hindu dari Jawa dan Bali dimaksudkan sebagai doa keselamatan Bangsa Indonesia yang akan menghadapi suksesi kepemimpinan nasional pada Pemilu 2024 mendatang.

“Memohon agar Negara Republik Indonesia dalam kepemipnan Bapak Jokowi dapat menyelesaikan tugasnya hingga akhir dengan baik tanpa halangan,” tuturnya.

“Eyang Patih Gajah Mada dengan Sumpah Palapa berikrar menyatukan Nusantara dan itu berhasil diwujudkan. Kemudian Bung Karno tampil mengusir penjajah Belanda dan Jepang dan memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia yang merupakan kelanjutan dari Nusantara,” kata dia.

Menurut Yuliono, upacara ruwatan tersebut digelar rutin setiap tahun dengan lokasi yang berpindah-pindah di Pulau Jawa dan Bali. *

https://surabaya.kompas.com/read/2023/07/08/163619778/umat-hindu-jalani-ruwatan-bangsa-di-candi-penataran-arak-foto-presiden

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke