Salin Artikel

Temuan Struktur Bangunan yang Diduga Sebagai Pertirtaan di Candi Gedog Dikaitkan dengan Legenda Joko Pangon

KOMPAS.com - Struktur bangunan yang diduga sebagai semacam kolam air atau pertirtaan ditemukan di wilayah Situs Candi Gedog, Kota Blitar, Jawa Timur.

Setelah proses penggalian yang dilakukan oleh tim ekskavasi Candi Gedog dari Balai Pelestarian Kebudayaan (Bapelbud) Wilayah XI Jatim memasuki tahap akhir, Sabtu (24/6/2023), sebagian struktur bangunan itu mulai tampak jelas.

Usai 12 hari proses ekskavasi, Selasa (13/6/2023) sampai Sabtu (24/6/2023), tampak struktur bangunan itu berbentuk lebar mirip kolam dan muncul air dari bawahnya.

Ketua Ekskavasi Candi Gedog dari Bapelbud Wilayah XI Jatim, Nugroho Harjo Lukito mengatakan, penemuan yang diduga sebagai pertirtaan itu terletak di sebelah barat bangunan induk Candi Gedog dengan ketinggian yang lebih rendah dan dekat dengan irigasi.

"Awalnya kami menemukan struktur seperti saluran air. Setelah kami gali, struktur saluran air itu berhilir pada struktur sangat lebar dan konstruksinya biasa kami temukan pada konstruksi atau bangunan petirtaan," kata Nugroho, dikutip dari TribunJatim.com, Minggu (25/6/2023).

"Memang ada bagian struktur yang rusak, kalau melihat kondisinya ini bukan kerusakan biasa tapi disengaja pada masa lalu," imbuhnya.

Dia menjelaskan, struktur yang diduga pertirtaan itu mengarah ke bawah. Bagian atasnya tidak terpendam terlalu dalam, namun semakin ke bawah struktur itu justru semakin luas.

Saat ini, Nugroho menambahkan, pihaknya sedang berupaya mencari ruang tengah pada temuan tersebut.

"Ini menjadi pekerjaan rumah kami, membuka semua supaya dimensinya utuh dan bisa dianalisis secara valid," ujar Nugroho.

"Pada struktur yang kami gali ini sudah keluar air yang kemungkinan merupakan air dari sumbernya melalui proses kapilerisasi," pungkasnya.

Terkait legenda Joko Pangon?

Penemuan struktur bangunan yang diduga sebagai pertirtaan itu lantas dikaitkan dengan legenda Joko Pangon yang berkembang di tengah masyarakat Gedog.

Nugroho menilai, terdapat kecocokan antara legenda Joko Pangon dengan temuan struktur yang diduga pertirtaan tersebut.

"Dari cerita rakyat yang berkembang, Joko Pangon ditemukan meninggal entah dibunuh atau meninggal alami di dalam kolam dekat candi (Gedog)," ucap Nugroho.

"Apakah mungkin (ada kaitannya dengan petirtaan)? Karena kalau melihat konstruksi ini memungkinkan ini sebuah petirtaan atau sebuah kolam," lanjutnya.

Bila benar struktur bangunan itu merupakan pertirtaan, menurutnya, ada kecocokan antara data sekunder yaitu cerita legenda Joko Pangon dengan data primer yang ditemukan dalam ekskavasi Candi Gedog.

"Bisa jadi, ini (temuan struktur bangunan) sebagai bukti cerita legenda Joko Pangon itu bukan sebuah dongeng, tapi pernah terjadi dan ada buktinya," pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul "Temuan Struktur Diduga Petirtaan di Candi Gedog Blitar Makin Jelas, Legenda Joko Pangon Terbukti?"

https://surabaya.kompas.com/read/2023/06/25/155003878/temuan-struktur-bangunan-yang-diduga-sebagai-pertirtaan-di-candi-gedog

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com