Salin Artikel

Peringati Waisak, Pimpinan Agama Buddha di Kota Batu Berpesan Sukseskan Pemilu 2024

Kegiatan dimulai sekitar pukul 09.00 WIB dan detik-detik Waisak jatuh pada pukul 10.41 WIB.

Umat yang hadir tidak hanya dari Kota Batu saja. Tetapi, juga ada umat dari Kota Malang, Kabupaten Malang, Surabaya dan lainnya.

Kegiatan utama, umat berdoa mengelilingi dalam altar Patirupaka Shwedagon Pagoda yang di tengahnya terdapat relik atau abu dari para bhante. Tempat itu merupakan tiruan dari Pagoda Shwedagon yang ada di Myanmar.

Prosesi ibadah dipimpin oleh Bhante Khantidharo Mahathera dan Bhikkhu Karunasilo. Sebelum membacakan paritta-paritta atau doa, kegiatan diawali dengan Bhikkhu Karunasilo menyalakan lilin di depan patung Buddha sebagai simbol penerangan.

Kemudian, seluruh umat bersama para Samanera dan Atthasilani dengan khidmat mengikuti prosesi ibadah yang ada.

Panitia juga menyiapkan tempat lain di Dhammasala (aula) Lumbini, Dhammasala Seluwana dan tenda-tenda. Setelah prosesi ibadah berakhir, sebagian umat melanjutkan sembahyang di Patung Buddha Tidur berukuran besar.

Salah satu umat asal Bandung, Erricca Putri (21) mengatakan, dirinya datang bersama teman-teman kuliahnya.

Mahasiswi FISIP Universitas Brawijaya (UB) itu berharap pada perayaan Waisak tahun ini para umat diberikan kebahagiaan yang melimpah, kedamaian dan cinta kasih sesama manusia.

"Saya bersama UKM Buddhis UB, ada sekitar 20 orang, memang setiap perayaan hari raya Waisak sudah sering ibadah kesini, kami juga sudah kenal dengan bhante-nya atau biksunya yang kemudian mengundang kami kesini," kata Erricca pada Minggu (4/6/2023).


Bhante Khantidharo Mahathera berpesan, kepada seluruh umat beragama dalam hari raya Waisak tahun ini dapat terus menjaga toleransi, perdamaian, menghindari kekerasan dan berbuat kebajikan.

Sebagai informasi, pesan Waisak tahun ini bertemakan "Memperkokoh Moral Membangun Kedamaian".

"Kita mengembangkan kebajikan, toleransi, perdamaian, menghindari kekerasan. Kita lebih baik mengalah, mengalah bukan berarti kalah. Mengalah itu berarti menang, karena tanpa emosi, yang menang panas hati, masih kurang," katanya.

Dia juga berpesan, jelang Pemilu 2024 untuk seluruh umat yang mendapat hak memilih bisa mengikuti sebagaimana mestinya. Bhante Khantidharo berharap, masyarakat dapat mensukseskan Pemilu 224 untuk kepentingan bersama.

"Karena Pemilu bukan untuk mereka saja, Pemilu adalah untuk kita semua, kalau kita salah pilih ya kita yang konyol semua. Semua calonnya baik, tidak ada yang mengatakan dirinya jelek, tapi baik dan jelek kan ya warga yang menentukan warga negara, artinya yang mana yang akan dipilih," katanya.

Kemudian, diharapkan untuk pemimpin terpilih dapat amanah menjalankan roda pemerintahan. Dia berharap tidak ada lagi pemimpin negara atau kepala daerah dan lainnya yang korupsi.

"Kok ya nya pejabat sendiri banyak yang ikut korupsi. Nah inilah karena pemahaman keagamaannya masih minim, masih teori, karena agama tidak ada yang mengajarkan kejahatan," katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/06/04/140318378/peringati-waisak-pimpinan-agama-buddha-di-kota-batu-berpesan-sukseskan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com