Salin Artikel

Hasil Jualan Kemoceng dan Kipas Anyaman, Mbah Lahar Bisa Berangkat Haji

LAMONGAN, KOMPAS.com - Jemaah haji dari Lamongan, Jawa Timur, mulai berangkat menuju Tanah Suci. Terdapat Syukur bin Idin (98) calon jemaah haji asal Lamongan tertua, juga Lahar bin Lasidin (88) yang biasa berjualan kipas anyaman dan kemoceng.

Sebanyak 1.697 orang jemaah haji asal Lamongan yang sudah terdaftar terbagi dalam enam kloter, pemberangkatan menuju Tanah Suci bergelombang dimulai hari ini, Jumat (2/6/2023) hingga Sabtu (3/6/2023).

Pelepasan pada hari ini dilakukan secara simbolis oleh Bupati Lamongan Yuhronur Efendi dari Pendopo Lokatantra, Lamongan.

"Dalam rombongan kali ini ada seorang jemaah inspiratif dari Lamongan, beliau adalah Pak Lahar. Mungkin banyak masyarakat mengetahui tapi tidak tahu nama beliau. Kesehariannya berjualan kipas dari anyaman bambu dan kemoceng, di salah satu sudut lampu merah di Lamongan," ujar Yuhronur, Jumat (2/6/2023).

Lahar bin Lasidin merupakan warga Kecamatan Sukodadi, yang sudah berniat untuk menunaikan ibadah haji dengan cara menyisihkan sebagian uang dari hasil menjual kerajinan kipas dan kemoceng.

Setelah bertahun-tahun menabung, Mbah Lahar berkesempatan berangkat menunaikan ibadah haji pada pelaksanaan tahun ini.

Selain Lahar bin Lasidin, terdapat pula Syukur bin Idin (98) warga Desa Balun di Kecamatan Turi, yang tercatat sebagai jemaah haji Lamongan tertua. Sedang jemaah haji termuda dari Lamongan dalam pelaksanaan tahun ini, Akbar Nur Husni Ardhi bin Djakfar Makruf Arjono (20) asal Sidokumpul, Lamongan.

"Insya Allah ibadah ini adalah panggilan.Karena kalau tidak demikian, maka Pak Syukur yang (berusia) 98 tahun, Mas Akbar, Pak Lahar yang berjualan kipas dan kemoceng, pada hari ini bisa diberangkatkan. Kita tidak menduga Pak Lahar ini juga bisa berangkat, karena semangat dan keinginannya, beliau hari ini Alhamdulilah juga ikut terpanggil ke Tanah Suci," kata Yuhronur.

Kepala Kantor Kementrian Agama (Kemenag) Lamongan Syamsuri menjelaskan, untuk jemaah haji dari Lamongan pada pelaksanaan tahun ini terdiri atas 798 jemaah pria dan 899 perempuan. Tiga kelompok pekerjaan jemaah haji dari Lamongan terbesar adalah, petani ada sebanyak 593 orang, swasta 404 orang dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) tercatat 258 orang jemaah.

"Terbagi dalam enam kloter. Kloter 23 sebanyak 79 jemaah, kloter 24 ada 107 jemaah, kloter 25 sebanyak 395 jemaah, kloter 26 sebanyak 445 jemaah, kloter 27 sebanyak 445 jemaah dan kloter 28 sebanyak 226 jemaah. Hari ini kami berangkatkan kloter 23, 24 dan 25 sebanyak 581 jemaah. Sabtu besok kloter 26, 27 dan 28 sebanyak 1.116 jemaah," tutur Syamsuri.

"Mbah Lahar menjadi salah satu sosok CJH (Calon Jemaah Haji) inspiratif, patut menjadi contoh bagi yang lain. Semangat menabungnya yang tinggi, agar bisa menunaikan ibadah Haji patut dicontoh," ucap Syamsuri.

Baik Bupati Lamongan Yuhronur Efendi dan juga Syamsuri, mendoakan kepada semua jemaah yang berangkat untuk menunaikan ibadah haji pada tahun ini diberikan kelancaran, kemudahan dan kesehatan. Dengan tentunya, ibadah haji yang dilaksanakan dapat diterima Allah SWT.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/06/03/182034278/hasil-jualan-kemoceng-dan-kipas-anyaman-mbah-lahar-bisa-berangkat-haji

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com