Salin Artikel

Sepakat Damai, Warga dan Mahasiswa yang Ricuh di Malang Saling Cabut Laporan

MALANG, KOMPAS.com - Warga dan mahasiswa asal luar Jawa yang terlibat kericuhan di Kelurahan Merjosari, Kota Malang, Jawa Timur, bersepakat damai. Polisi melakukan mediasi terhadap kedua belah pihak hingga terjadi perdamaian.

Kapolsek Lowokwaru AKP Anton Widodo mengatakan, warga menyatakan bahwa keributan yang terjadi karena kesalahpahaman.

"Sudah ada pertemuan mediasi kedua belah pihak. Dari pihak warga menyatakan bahwa itu adalah kesalahpahaman, dan mereka bersepakat menempuh jalur kekeluargaan," kata Anton pada Selasa (30/5/2023).

Warga juga tetap memperbolehkan mahasiswa untuk tinggal di lingkungan setempat.

"Diperbolehkan, kan hak warga negara boleh tinggal di mana saja dengan catatan mematuhi adat dan istiadat," katanya.

Kapolresta Malang Kota Kombes Pol Budi Hermanto mengatakan, warga dengan mahasiswa telah melakukan mediasi pada Senin (29/5/2023) di Mapolresta Malang Kota. Termasuk permohonan maaf dari kedua belah pihak.

"Alhamdulillah dari Keluarga Besar Indonesia Timur Bersatu bersama RT RW dari Merjosari sudah sepakat melakukan perdamaian," katanya.

Kedua belah pihak juga bersepakat untuk mencabut laporan polisi yang ada.

"Terkait dua perkara saling lapor akan dilakukan pencabutan," katanya.

Kronologi kejadian

Sebelumnya diberitakan, kericuhan antara warga dengan mahasiswa terjadi pada Jumat (26/5/2023) malam.

Peristiwa itu terjadi di lingkungan RT 3 RW 5, Jalan Joyo Suryo, Kelurahan Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur.

Kapolsek Lowokwaru AKP Anton Widodo mengatakan, keributan yang terjadi berawal dari sekitar 10 mahasiswa asal luar Jawa yang bergurau sekitar maghrib.

Warga setempat memberitahu untuk tidak ramai dengan maksud menghargai masyarakat yang hendak ibadah.

Para mahasiswa itu juga dalam pengaruh minuman keras.

"Menjelang Maghrib, suara mereka (beberapa mahasiswa asal luar Jawa) berguraunya kencang, dikasih tahu oleh warga, dibilangi 'Hei mas mau Maghrib jangan kencang-kencang kalau guyon'," kata Anton pada Sabtu (27/5/2023).

Namun, peringatan warga tersebut dihiraukan dan justru beberapa mahasiswa itu tidak terima mendapat perlakuan tersebut.

"Dihiraukan, akhirnya warga ngomong ke orang-orang kampung lainnya kalau diperingatkan enggak terima," katanya.

Selanjutnya, warga menemukan adanya salah satu mahasiswa yang membawa senjata tajam (sajam). Mahasiswa tersebut diamankan oleh warga dengan diikat tali rafia.

"Dari anak-anak itu ada salah satu bawa sajam, akhirnya sama warga diamankan sajam itu, anak ini informasinya diikat sama tali rafia," katanya.

Diduga mahasiswa tersebut juga diduga mendapatkan perlakuan penganiayaan fisik.

"Ya, kalau melihat reaksi dari korban iya, karena ada bekas luka yang sudah divisum," katanya.

Lebih lanjut, mahasiswa tersebut dapat kabur dan memberitahukan kepada teman-temannya bila mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan.

Para mahasiswa asal luar Jawa itu kemudian mencari pelaku yang mengikat temannya. Namun, belum bertemu dengan pelaku, para mahasiswa merusak rumah warga.

"Kemudian bisa lari anak itu ke teman-temannya kalau dia diperlakukan begitu, mereka cari orang yang mengikat temannya. Nah, itu belum ketemu sama pelakunya, belum ketemu sama anak yang ikat ini sudah marah duluan, rumah warga dirusak," katanya.

Kemudian, petugas kepolisian mendatangi lokasi kejadian untuk meredam situasi. Selain itu, juga menyarankan terduga korban mahasiswa untuk melapor ke Kantor Polsek Lowokwaru.

Sedangkan warga yang rumahnya rusak melapor ke Polresta Malang Kota.

Selain itu, tidak ada warga yang mengalami luka dalam peristiwa tersebut.

"Akhirnya saya datang ke sana, saya bilang kalau memang kamu merasa korban diikat dan dipukuli ya lapor ke polsek, tadi malam anak itu bikin laporan kita terima, pagi ini warga gantian melapor bahwa rumahnya dirusak oleh kelompok mereka," katanya.

Ke depan, pihaknya akan memberikan pemahaman kepada kedua belah pihak untuk saling menjaga kondusifitas Kota Malang.

"Kita sama-sama memberikan pemahaman kepada mereka, artinya kepada kelompok anak-anak yang ngekos di situ, kan mereka ini tamu. Mereka tujuannya sekolah, jadilah tamu yang baik. Warga pun sama, artinya dengan mahasiswa datang ke tempatnya, juga untuk kos, sama-sama paham hukum, ketika ada permasalahan jangan berbuat sendiri," katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/05/30/155918378/sepakat-damai-warga-dan-mahasiswa-yang-ricuh-di-malang-saling-cabut-laporan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke