Salin Artikel

Anak Duga Kematiannya Tak Wajar, Makam Pensiunan TNI di Blitar Dibongkar untuk Otopsi

Penggalian makam atau ekshumasi tersebut dilakukan untuk pelaksanaan autopsi atas jasad Yanto yang diketahui meninggal di rumahnya pada 8 Mei lalu.

Anak perempuan Yanto, Erni yang bersuami seorang anggota kepolisian, menganggap kematian ayahnya tidak wajar dan meminta dilakukan autopsi.

Kasat Reskrim Polres Blitar AKP M Gananta mengatakan autopsi jenazah Yanto yang telah dimakamkan 22 hari yang lalu itu berawal dari permintaan anak Yanto yang berada di Papua yang menganggap kematian ayahnya tidak wajar.

“Anak dari almarhum yang berada di Papua mengetahui kabar kematian 8 hari setelah jenazah dimakamkan. Yang bersangkutan membuat laporan ke kepolisian dan saat ini kami sedang melakukan penyelidikan,” ujar Gananta kepada wartawan, Selasa.

Proses autopsi dilakukan di area pemakaman dengan pihak kepolisian memasang kain penutup dan garis polisi.

Di lokasi proses ekshumasi, Kapolsek Lodoyo Barat Iptu Dwi Purwanto mengatakan pada hari Yanto ditemukan meninggal di rumahnya di Desa Rejowinangun sebenarnya pihak keluarga yang ada di Blitar telah berusaha menghubungi anak Yanto yang ada di Papua namun tidak tersambung.

“Tapi setelah beberapa hari kemudian anaknya melihat foto (jenazah), anaknya mengajukan PK (peninjauan kembali) untuk memperjelas penyebab kematian korban,” ujarnya.

Menurut Dwi, sebenarnya pihaknya tidak menemukan adanya kejanggalan pada jasad Yanto yang mengarah pada dugaan adanya tindak pidana hingga menyebabkan kematiannya.

“Belum ada dugaan yang mengarah ke tindak pidana. Tapi nanti setelah otopsi kita harapkan ada kejelasan,” kata Dwi.

Tinggal bersama adik ODGJ

Kepala Desa Rejowinangun Bagas Wigasto mengatakan ketika pertama kali ditemukan warga, jasad Yanto sudah mulai membengkak dan terlihat cairan keluar dari telinga dan hidung.

Namun kata Bagas, kondisi tersebut tidak dapat begitu saja dijadikan dasar untuk menyebut ketidak wajaran penyebab kematian Yanto.

“Bisa kemungkinan bengkak-bengkak itu karena meninggalnya sudah lebih dari 24 jam,” ujarnya.

Kata Bagas, sebelum diketahui meninggal dunia di rumahnya, Yanto juga sudah tidak terlihat keluar rumah selama dua hari.

Menurut Bagas, selama ini Yanto diketahui mengidap sakit asam urat dan rutin mengonsumsi obat. Bisa saja, lanjutnya, kematian Yanto akibat terlalu banyak mengonsumsi obat racikan.

Bagas mengatakan, warga dan perangkat desa telah menawarkan opsi untuk melaporkan ke pihak kepolisian atas kematian Yanto sehingga dilakukan proses identifikasi penyebab kematian.

“Namun musyawarah dengan pihak keluarga yang ada di sini memutuskan untuk tidak usah ada proses visum pihak kepolisian dan segera dimakamkan,” tuturnya.

Sementara pada hari Yanto ditemukan meninggal, ujarnya, pihak keluarga di Blitar tidak dapat menghubungi anak perempuannya, Erni, yang ada di Papua. Kata Yanto, Erni memiliki suami seorang polisi.

Bagas membenarkan bahwa Yanto adalah pensiunan TNI AD yang selama ini bertugas di Papua dan pulang ke Blitar setelah pensiun.

Di rumahnya di Desa Rejowinangun, lanjutnya, Yanto tinggal bersama adik kandungnya yang mengalami gangguan kejiwaan.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/05/30/145303278/anak-duga-kematiannya-tak-wajar-makam-pensiunan-tni-di-blitar-dibongkar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke