Salin Artikel

Arca Joko Dolog, Peninggalan Kerajaan Singasari

KOMPAS.com - Arca Joko Dolog adalah salah satu peninggalan Kerajaan Singasari.

Keberadaan Arca Joko Dolog merupakan perwujudan raja terakhir Kerajaan Singasari, yakni Raja Kertanegara yang bergelar Sri Maharajadhiraja Kertanagara Wikrama Dharmottunggadewa.

Beberapa umat Buddha juga masih memanfaatkan Arca Joko Dolog sebagai tempat ibadah. Salah satunya penganut Buddha Tantrayana yang masih bersembahyang di depan arca ini.

Lokasi Arca Joko Dolog yang merupakan cagar budaya ini terletak di Taman Apsari, Jalan Taman Apsari, Kota Surabaya.

Arca Joko Dolog

Sejarah Singkat Arca Joko Dolog

Arca Joko Dolog diperkirakan dibuat pada tahun 1289 Masehi sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Kartanegara yang memerintah Kerajaan Singasari.

Patung Arca Joko Dolog ditemukan di Desa Kandang Gajah, Trowulan, Mojokerto. Arca tersebut kemudian dipindahkan ke Surabaya oleh Residen de Salls pada masa Hindia Belanda.

Tujuan pemindahan arca dari Towulan untuk dibawa ke negeri Belanda menggunakan kapal, namun dan terdampar di Taman Simpang (Taman Apsari) hingga sekarang.

Pemahatan Arca joko Dolog dilakukan oleh seseorang yang bernama Nada.

Pembuatan arca dilakukan sekitar tiga tahun sebelum Raja Kertanegara meninggal dunia karena dibunuh oleh tentara Jayakatwang, Adipati Gelang-gelang (Madiun) yang memberontak pada Singasari.

Keunikan Arca Joko Dolog

Arca Joko Dolog memiliki panjang 166 sentimeter, lebar 138 sentimeter, dan tebal 105 sentimeter.

Bentuk Arca Joko Dolog digambarkan dengan kepala gundul dengan posisi duduk, dan bersikap Bhumisparsa Mudra.

Sikap tersebut melambangkan memanggil bumi sebagai saksi. Dimana, tangan kiri berada di atas pangkuan, sedangkan tangan kanan menelungkup di atas lutut.

Sebagai alas sandar Arca Joko Dolog terdapat prasasti dengan bahasa Sanskerta yang bernama Prasasti Wurare yang berisi 19 bait dengan mengandung lima makan sejarah yang berkembang pada masa itu.

Yaitu, mengenai perebutan kekuasaan terhadap pembagian tanah Jawa yang menjadi Jenggala dan Penjalu. Pada akhirnya keduanya dapat disatukan kembali oleh Raja Wisnuwardhana.

Prasasti Wurare yang terdapat pada Arca Joko Dolog juga bertuliskan angka 1211 (1289 M), dimana tahun tersebut merupakan tahun pembuatan Arca joko Dolog.

Prasasti tersebut juga berisi pembagian Kerajaan Kahuripan oleh Airlangga dan penobatan Raja Kertanegara sebagai Buddha Mahaksobhya.

Cerita Singkat Arca Joko Dolog

Berkembang cerita rakyat mengenai Joko Dolog. Cerita berawal dari seorang ibu yang merasa kesal memanggil anak laki-lakinya yang bernama Joko Truno. Namun, anak tersebut tidak kunjung menyahut.

Akibat ketidaksabaran ibu, sang anak dikutuk dan berubah menjadi batu yang duduk dhelag-dhelog, seperti anak bodoh.

Cerita tersebut sekedar cerita ibu kepada anaknya supaya tidak seperti Joko Truno.

Sumber:

surabaya.go.id, apps.cagarbudayajatim.com, dan tourism.surabaya.go.id

https://surabaya.kompas.com/read/2023/05/26/195015178/arca-joko-dolog-peninggalan-kerajaan-singasari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke