Salin Artikel

Madiun Gandeng Peneliti UGM Telusuri Lorong Bawah Tanah Peninggalan Belanda

MADIUN, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Madiun, Jawa Timur, menggandeng akademisi dari Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta untuk menelusuri keberadaan terowongan lama peninggalan penjajah Belanda yang akan dijadikan wisata bawah tanah.

Pasalnya, setelah berkunjung ke Belanda, Pemkot Madiun membutuhkan kajian dari ahli untuk menganalisis dan menelusuri berapa banyak terowongan bawah tanah yang ada di Kota Pecel.

“Blue print-nya kota ini ada (di Belanda). Bahkan lorong pun tampak kelihatan dari atas pada peta. Tetapi, untuk kedalaman ini nah ini perlu dibaca dan dicari sana. Untuk itu, Pemkot Madiun tidak bisa sendiri. Pemkot Madiun membutuhkan ahli dengan para akademisi dari UGM,” kata Wali Kota Maidi kepada Kompas.com, Jumat (26/5/2023).

Maidi mengatakan, setidaknya terdapat 300.000 peta era penjajahan Belanda yang tersimpan di kantor Arsip Nasional Belanda.

Untuk mendapatkan peta tata kota Madiun di zaman penjajah Belanda membutuhkan waktu sekitar dua bulanan.

“Dokumen ada yang di sana itu yang sifatnya khusus dan membutuhkan waktu dua bulan untuk mendapatkannya. Seluruh peta yang tersimpan di bawah suhu 18 derajat. Agar peta yang dicari sesuai maka kami bekerja sama dengan tim dari UGM yang akan mencari, mengkaji, dan menganalisis,” tutur Maidi.

Untuk mendapatkan peta bangunan-bangunan zaman penjajahan Belanda di Madiun membutuhkan waktu. Selain itu, pihaknya harus menggandeng pakar yang mengetahui sejarah, arsitek hingga budaya.

Dengan demikian, Pemkot Madiun memilih UGM sebagai mitra agar meneliti, mengkaji, dan menganalisis keberadaan lorong bawah tanah peninggalan penjajah Belanda.

Dari kajian dan analisis tim UGM nanti, kata Maidi, Pemkot Madiun bisa mengambil sikap berupa kebijakan pembangunan wisata heritage yang terencana di Kota Pecel ini.

Mantan Sekda Kota Madiun itu pun optimistis tim UGM memiliki kepakaran bidang budaya, arsitek, hingga sejarah sehingga dapat menelusuri jumlah dan panjang terowongan bawah tanah yang ada di Kota Madiun.

Maidi berharap warga bersabar menunggu untuk pembangunan wisata bawah tanah. Pasalnya, pembangunan di daerah yang bersentuhan langsung dengan bangunan cagar budaya membutuhkan izin dari Balai Pelestarian Kebudayaan di Trowulan.

“Memang banyak menanti, tetapi kami tidak bisa grusa-grusu (buru-buru). Untuk memugar atau menggali juga membutuhkan izin dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX Jawa Timur di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, agar tidak bermasah dengan persoalan hukum,” jelas Maidi.

Selain menelusuri peta lama di Kantor Kearsipan Nasional di Belanda, Maidi juga mencari beberapa referensi terkait bangunan dan peta lama Kota Madiun. Ia pun mendapatkan satu buku berjudul The Great Book Of Dutch Maps. Dalam buku mengungkap berbagai peta kekuasaan penjajah Belanda selama lima abad.

Diberitakan sebelumnya, Pemerintah Kota Madiun, Jawa Timur, akan mengembangkan wisata bawah tanah peninggalan penjajah Belanda. Untuk itu, dalam waktu dekat, Wali Kota Madiun Maidi akan berkunjung ke negara Kincir Angin mencari arsip tata kota dan peta terowongan bawah tanah yang dibangun Belanda di era kolonial.

“Kami akan kembangkan wisata bawah tanah peninggalan Belanda. Tunggu nanti setelah saya pulang dari Belanda. Di sana kami mencari peta berupa jarak, terowongan berapa dan di bawah luasnya berapa. Semua arsip itu ada di Belanda,” kata Maidi, Selasa (9/5/2023).

Maidi menyebutkan, terowongan bawah tanah ditemukan di Kantor Pemkot Madiun dan kantor Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Provinsi Jawa Timur I Di Kota Madiun.

Namun, Pemkot Madiun belum berani melakukan penelusuran lebih lanjut sebelum menemukan peta dan tata kota yang dibuat Belanda di era penjajahan.

“Terowongan itu ditemukan di Balaikota dan Bakorwil, tetapi sebelum ada petanya kami belum berani masuk,” kata Maidi.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/05/26/141400678/madiun-gandeng-peneliti-ugm-telusuri-lorong-bawah-tanah-peninggalan-belanda

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke