Salin Artikel

Mengapa Tuban Dijuluki Kota Wali?

KOMPAS.com - Kabupaten Tuban yang terletak di Provinsi Jawa Timur dikenal memiliki julukan sebagai Kota Wali.

Ternyata julukan tersebut disematkan kepada kabupaten yang berada di jalur pantai utara (Pantura) Pulau Jawa itu bukan tanpa alasan.

Dilansir dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Tuban, sebutan Kota Wali disematkan karena Tuban pada masa lalu adalah salah satu kota di Jawa yang menjadi pusat penyebaran ajaran Agama Islam.

Hal ini juga tergambar pada lambang Kabupaten Tuban yaitu pada simbol gapura putih.

Gapura Putih yang melambangkan siluet dari Gapura Masjid Sunan Bonang memiliki makna sebagai pintu gerbang masuknya Agama Islam yang dibawakan oleh Wali Songo, yaitu Makdum Ibrahim yang dikenal dengan nama Sunan Bonang.

Hal ini sekaligus menjadi harapan yaitu dengan itikad yang suci murni dan hati yang tulus ikhlas maka masyarakat Tuban dapat melanjutkan perjuangan yang pernah dirintis oleh para Wali Songo.

Selain itu di Kabupaten Tuban terdapat makam para wali seperti Makam Syeh Maulana Ibrahim Asmaraqandi (Palang), Makam Sunan Bejagung, termasuk juga makam salah satu Wali Songo yaitu Sunan Bonang.

Dilansir dari laman Kemendikbud, Sunan Bonang memiliki nama asli Raden Maulana Makdum Ibrahim.

Namun karena beliau tinggal di Bonang daerah Kabupaten Tuban, maka namanya melekat pada nama tempat tinggal itu.

Sunan Bonang merupakan putra dari Raden Rahmat atau Sunan Ampel, dengan ibunya bernama Nyai Ageng Manila (Dewi Condrowati) yang merupakan putri dari Bupati Tuban, Arya Teja.

Beliau lahir sekitar tahun 1465 M dan wafat pada tahun 1525 M, yang semasa hidupnya dikenal menyebarkan ajaran agama Islam di daerah Tuban dan daerah lain di Jawa Timur.

Adapun Makam Sunan Bonang terletak di Dusun Kauman, Desa Kutorejo, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban.

Hingga saat ini, Makam Sunan Bonang menjadi salah satu destinasi wisata religi yang terkenal di Tuban.

Dilansir dari laman jatim.nu.go.id, Makam Sunan Bonang ramai disinggahi peziarah, terutama pada bulan Muharam atau bulan Suro.

Hal ini karena pada bulan tersebut diselenggarakan acara Haul Sunan Bonang untuk mengenang jasa Sunan Bonang yang telah menyebarkan agama Islam di nusantara.

Istilah haul diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang bersifat peringatan satu tahun sekal, atas wafatnya seseorang yang sudah dikenal sebagai pemuka agama, wali, ulama dan pejuang Islam.

Peziarah yang datang juga tidak hanya berasal dari tuban, namun juga dari berbagai daerah di sekitarnya.

“Keyakinan dan kepercayaan masyarakat Tuban, Blora, Rembang, Bojonegoro dan lainnya itu kalau bulan Suro pasti datang untuk ziarah ke Mbah Sunan Bonang. Ini jadi magnet dalam peringatan haul ini,” jelas Ahmad Hidayatur Rohman atau Gus Hidayat yang merupakan Ketua Panitia Haul Sunan Bonang ke-513.

Sumber: 
tubankab.go.id/page/profil-tuban 
tubankab.go.id/page/lambang-daerah 
kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim  
jatim.nu.or.id  

https://surabaya.kompas.com/read/2023/05/25/192311578/mengapa-tuban-dijuluki-kota-wali

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke