Salin Artikel

Gerombolan Diduga Pesilat Bikin Onar di Jombang, Bawa Senjata Tajam dan Bakar Motor Warga

Aksi rusuh gerombolan tersebut terekam dalam video amatir yang beredar di medsos serta aplikasi perpesanan Whatsapp, Kamis (25/5/2023).

Beberapa potongan video yang beredar, antara lain berisi tayangan aksi brutal mereka hingga saat polisi menangkap puluhan pesilat tersebut.

Salah satu video yang diterima Kompas.com, menayangkan aksi brutal sekelompok orang sedang berkerumun di jalan. Dalam kerumunan, tampak beberapa potongan kayu yang dipukulkan oleh beberapa orang.

Dalam video berdurasi 23 detik tersebut, tidak diketahui apa yang dipukul oleh orang-orang dalam kerumunan. Namun, akibat pukulan potongan kayu, terdengar suara benturan yang cukup keras.  

Adapun pada beberapa potongan video lainnya, menampilkan suasana saat polisi menertibkan jalan raya di tepi Sungai Brantas, yang sempat kacau akibat ulah gerombolan anggota perguruan silat.

Kemudian, potongan video lainnya menampilkan belasan pemuda tanpa pakaian atas, sedang menuntut motor masing-masing. Mereka diduga anggota perguruan silat yang diamankan polisi karena berbuat onar.

Penjelasan Kades

Kepala Desa Daditunggal, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, Suliono mengungkapkan, salah satu lokasi kerusuhan itu berada di wilayah yang dia pimpin.

Mulanya, tutur dia, rombongan pesilat melakukan konvoi atau arak-arakan dari wilayah Jetis, Kabupaten Mojokerto, menuju wilayah Kabupaten Jombang.

Memasuki wilayah Jombang, tepatnya di wilayah Kecamatan Ngusikan, gerombolan pesilat mulai berbuat onar. 

“Kemarin itu kan, ada arak-arakan dari Jetis, Mojokerto. (Yang ikut) ada banyak, ratusan. Itu ada yang bawa tongkat, bawa sajam (senjata tajam),” kata Suliyono, saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis. 

Aksi rusuh tersebut, ungkap dia, terus berlanjut hingga ke arah barat di ruas jalan Raya Sungai Brantas arah Mojokerto - Jombang, ke wilayah Desa Daditunggal, Kecamatan Ploso.

“Itu (sebelumnya) sudah membuat kisruh di Keboan (Ngusikan). Sudah buat rusuh di sana, terus dikawal sama kepolisian Ngusikan arah ke barat. Terus di wilayah Kudu juga ada keributan, kemudian lari ke barat, sampai ke wilayah ini (Desa Daditunggal),” ungkap Suliyono.

Suliyono menjelaskan, gerombolan pesilat sempat berbuat rusuh di Dusun Cualang dan Dusun Plumpang Kulon. Gerombolan itu membakar motor milik di wilayah Dusun Plumpang Kulon.

Namun, lanjut dia, aksi rusuh gerombolan pesilat yang berbuat onar sejak dari wilayah Ngusikan, berhasil dihentikan olah polisi di wilayah Desa Daditunggal.

“TKP ada di dua dusun. Pertama bentrokan di Dusun Cualan, kemudian penangkapan-penangkapan oleh polisi, di depan balai desa. Pembakaran motor di Dusun Plumpang Kulon,” kata Suliyono.

Dia menambahkan, gerombolan anggota perguruan silat yang ditangkap polisi, selanjutnya diminta menuntun motor masing-masing menuju Mapolsek Ploso.

Sementara itu, hingga Kamis siang, belum ada keterangan resmi dari Kepolisian Resor (Polres) Jombang terkait penangkapan dan penanganan gerombolan pesilat yang berbuat onar saat melakukan konvoi dari Mojokerto ke wilayah Jombang.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/05/25/150357978/gerombolan-diduga-pesilat-bikin-onar-di-jombang-bawa-senjata-tajam-dan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com