Salin Artikel

Kronologi 20 Murid di Probolinggo Keracunan Teh Kemasan Kedaluwarsa, Berawal dari Hadiah Ulang Tahun

Alasan mereka dilarikan ke rumah sakit diduga karena keracunan seusai meminum teh botol yang diduga kedaluarsa.

Kasus tersebut berawal saat ada dua siswa kelas IV yang ulang tahun. Lalu wali murid mereka berbagi makanan dan minum yakni teh kemasan.

Saat itu ada 19 murid kelas IV yang konsumsi makanan dan minuman.

Lalu ada satu siswa kelas V yang meminum teh kemasan setelah minta kepada adiknya yang duduk di bangku kelas IV.

Setelah itu 20 siswa tersebut merasakan mual hingga harus dilarikan ke RSUD dr Moh Saleh Kota Probolinggo untuk menjalani perawatan.

Hal tersebut disampaikan Kepala Dasar Islam Terpadu (SDIT) Tahfidz Bintangku, Trisni Asyigah Zin.

"Setelah mengonsumsi makanan dan minuman, mereka mual. Lalu kami rawat di unit kesehatan sekolah. Setelah itu 20 murid kami bawa ke RSUD dr Moh. Saleh Kota Probolinggo untuk menjalani perawatan," terang Trisni kepada Kompas.com, Sabtu (13/5/2023).

Setelah menjalani perawatan, seluruh siswa membaik dan diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada Jumat sore.

"Penyebab keracunan diduga karena mengonsumsi teh bkemasan yang sudah kedaluwarsa pada Maret 2023," jelas Trisni.

Trisni menduga minuman teh kemasan yang dibawa tidak dicek tanggal kedaluwarsanya. Menurut dia, hal itu manusiawi.

Rasanya tak biasa

Saat dirawat, para siswa mengalami gejala pusing hingga muntah.

Trisni melanjutkan, saat seorang siswa minum produk teh kemasan, dia merasakan hal aneh yakni rasa dari minuman teh itu tidak manis seperti biasanya.

"Siswa itu bilang jika teh rasanya pahit pada wali kelas," ungkapnya.

Mendengar hal tersebut, wali kelas meminta para siswa untuk tidak meminum produk teh kemasan itu.

Namun sayangnya, beberapa siswa lain sudah ada yang terlanjur meneguknya.

"Kemudian, mereka bereaksi ada yang pusing dan mual. Ada 19 siswa yang merasakan gejala tersebut. Mereka adalah siswa kelas IV," sebutnya.

Mendapati ada masalah kesehatan pada belasan siswa, Trisni dan para guru memberikan pertolongan pertama.

Salah satunya, belasan siswa itu diberikan air degan hijau.

"Sesuai SOP sekolah kami, sembilan siswa itu harus diperiksakan secara berlanjut supaya ada rekomendasi medis mengenai kesehatannya. Jika tidak ada pemeriksaan berlanjut khawatirnya ketika siswa tiba di rumah gejala itu muncul lagi," terangnya.

Pihak sekolah awalnya melarikan siswa ke Puskesmas Kedopok.

Tapi karena jumlah siswa yang mengalami keracunan cukup banyak, tim medis menyarankan agar siswa dibawa ke RSUD Dr Mohamad Saleh.

"Kami lantas menghubungi call center 112 untuk meminta bantuan ambulans. Respon petugas cepat. Ambulans lekas datang dan langsung mengantarkan 19 siswa ke RSUD Dr. Mohamad Saleh. Para siswa saat ini ditangani di ruang IGD," pungkasnya

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Ahmad Faisol | Editor : Farid Assifa), TribunJatim.com

https://surabaya.kompas.com/read/2023/05/13/183800478/kronologi-20-murid-di-probolinggo-keracunan-teh-kemasan-kedaluwarsa-berawal

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com