Salin Artikel

Mengintip Industri Tahu Besuki Situbondo yang Bertahan 58 Tahun, Cocok Dibuat Oleh-oleh

SITUBONDO, KOMPAS.com - Tungku panas penggorengan dan panas terik matahari tidak menyurutkan semangat pekerja olahan tahu industri rumahan yang terletak di Desa Jetis, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur.

Puluhan papan tahu dipotong persegi panjang untuk disiapkan digoreng ke dalam penggorengan yang bahan bakarnya dari sisa batang jagung. Kegiatan tersebut sudah berlangsung puluhan tahun.

Subandri (57), salah satu warga setempat mengaku sudah sejak kecil melakukan produksi.

Tahu Besuki terkenal di daerah sekitar seperti Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, Jember, dan Probolinggo.

Menurutnya, orang pertama yang melakukan produksi tahu di daerah tersebut keturunan Tionghoa yakni Yok Di pada 1965. Beliau adalah pebisnis pertama penjual tahu. Setelah itu diikuti warga lokal dan bertahan sampai sekarang.

Bahkan pada 2017, pihak pemerintah desa secara resmi memberi nama 'Gang Tahu'. Salah satunya diberikan simbol gapura, sehingga para warga lokal atau luar daerah yang datang langsung mengenalinya.

"Meski zaman berubah kami tetap pakai alat tradisional," ucap Subandri, Minggu (30/4/2023).

Puncak Kejayaan

Subandri menyampaikan, perkembangan yang sangat pesat terjadi antara 2005 sampai 2010. Saat itu para warga mayoritas bergelut di dunia usaha tahu.

"Semua warga masuk ke usaha tahu, ada yang produksi dan ada yang hanya jual," beber dia.

Para warga yang sekarang menekuni usaha tahu juga berprofesi sampingan. Seperti petani, guru, dan lainnya. Namun mereka tetap konsisten memproduksi tahu sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Pengiriman tahu tersebut langsung dikirim dalam bentuk mentah atau matang ke Bondowoso, Probolinggo, Jember, dan Banyuwangi. Pengiriman tahu biasanya sampai 50 timba setiap harinya.

Rata-rata untuk tahu matang dilakukan pengiriman ke wilayah sekitar. Rata-rata pembeli adalah penjual bakso yang dilakukan penjualan secara langsung. Pembeli bisa membedakan tahu Besuki dengan tahu biasa karena rasanya lebih gurih.

"Pembeli luar daerah lebih suka yang mentah untuk diolah di sana," ucap dia.

Dia juga menyatakan, satu papan tahu bisa menghasilkan maksimal 50 potong tahu. Untuk harga satu papan antara Rp 18.000-20.000 tergantung dari ketebalannya.

Menurutnya, permintaan tahu Besuki sekarang tidak mengalami penurunan. Namun bertahan tidak mengalami fluktuatif.

Sekarang masih banyak warga yang masih bergantung kehidupannya kepada industri kuliner tersebut.

Cocok Dibuat Oleh-oleh

Rahman (24), warga Desa Jetis, Kecamatan Besuki menyatakan, tahu Besuki seringkali dibawanya untuk oleh-oleh.

Banyak dari konsumen yang menyamakan tahu tersebut dengan Tahu Sumedang yang sangat terkenal namanya.

"Saya biasanya membawa oleh-oleh ini (tahu Besuki) selain rasanya enak, harga Rp 10.000 dapat satu kresek segini, bisa dimakan 8 orang," ucapnya.

Menurutnya, tahu Besuki memiliki cita rasa yang cocok bagi lidah orang Situbondo, Bondowoso, dan Probolinggo.

Rasa asin yang sedap dan memiliki tingkat keempukan yang enak ketika digigit.

Menurutnya, rasa tahu setiap penjual berbeda antara satu dengan yang lain. Sehingga para pelanggan terkadang memesan secara langsung ke produsen secara personal.

"Di sini setiap penjual memiliki konsumen tersendiri, selain harga yang murah, rasanya tergantung kecocokan lidah masing-masing," ucap dia.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/05/01/162844278/mengintip-industri-tahu-besuki-situbondo-yang-bertahan-58-tahun-cocok

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke