Salin Artikel

Kisah Pilu Bayi 38 Hari di Gresik Meninggal, Diduga akibat Dengar Ledakan Keras Mercon Tetangga

KOMPAS.com - N, bayi berusia sekitar 38 hari di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, meninggal.

Sebelumnya, anak dari pasangan Nur Hasyim (35) dan Nur Faizah (28) itu mengalami kejang-kejang dan kondisinya melemah usai.

Ini terjadi usai ledakan keras mercon yang dinyalakan tetangga mereka di Desa Jatirembe, Kecamatan Benjeng, Gresik, Sabtu (22/4/2023).

Bibi N, Nufus (22), mengatakan, berdasarkan keterangan dokter Rumah Sakit (RS) Muhammadiyah Lamongan, terdapat penggumpalan darah di bagian otak, sehingga pembuluh darah bayi tersebut pecah.

"Dokternya memang sempat bertanya, apakah sempat mengalami benturan keras? Karena hasil CT scan seperti itu. Kemudian kami jelaskan, jika dedek (bayi) tidak pernah terbentur, tapi mendengar suara mercon yang sangat keras," ujarnya, Jumat (28/4/2023).

Nufus menuturkan, tempat petasan berukuran besar itu disulut berjarak dua rumah dari kediaman N.

Usai mengalami kondisi yang memilukan, bayi dibawa ke bidan desa setempat. Akan tetapi, karena kondisi N tak kunjung membaik, keluarga lantas membawa N ke RS Denisa Gresik, Senin (24/4/2023).

"Saat itu trombosit dedek sudah turun, namun setelah diberi bantuan oksigen itu perlahan membaik," ucapnya.

Meski sudah diberi ventilator, kondisi N kembali drop sehari kemudian.


RS Denisa Gresik lalu menyarankan kepada keluarga agar N dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soetomo Surabaya, yang mempunyai peralatan medis lebih lengkap.

"Namun keluarga berpikiran mungkin penuh setelah Hari Raya, makanya dibawa ke Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Dirawat di ICU dan sempat ditangani oleh dokter di sana (Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)," ungkapnya.

Bayi N dirujuk ke Lamongan pada Rabu (26/4/2023). Namun, pada Kamis (27/4/2023) pagi, N dinyatakan meninggal dunia.

Keluarga hendak laporkan tetangga penyulut mercon

Menuruf Nufus, keluarganya bakal melaporkan tetangganya tersebut kepada polisi. Nufus menilai kejadian itu merugikan keluarganya.

Dikutip dari Tribun Jatim, Nufus mengungkapkan bahwa selama N menjalani perawatan hingga meninggal dunia, pihak keluarga tetangganya itu tidak ada iktikad baik, mulai dari menjenguk maupun melayat.

"Tidak ada iktikad baik sama sekali. Sampai keponakan saya meninggal tidak ada permintaan maaf atau tanggung jawab," tuturnya, Kamis.

Terkait laporan tersebut, Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Benjeng Iptu Alimin Tunggal menjelaskan, polisi belum menerima laporan dari keluarga N.

"Kendati demikian, anggota kemarin malam (27/4/2023) sudah ke lokasi dan benar ada seorang bayi yang meninggal dunia," terangnya, Jumat.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Gresik, Hamzah Arfah | Editor: Khairina)

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Bayi di Gresik Tewas usai Dengar Petasan, Keluarga Bakal Polisikan Tetangga: Tak Ada Itikad Baik

https://surabaya.kompas.com/read/2023/04/28/163800078/kisah-pilu-bayi-38-hari-di-gresik-meninggal-diduga-akibat-dengar-ledakan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com