Salin Artikel

Tangis Nenek Sami di Lumajang, Sapi yang Dirawatnya Dicuri Cucu Sendiri: Satu-satunya Harta yang Saya Punya

Bagaimana tidak, cucu Nenek Sami bernama Syaiful yang dirawatnya sejak kecil hingga dewasa justru mencuri sapi yang merupakan harta satu-satunya sang nenek.

"Saya ini kurang apa? Minta uang ya saya kasih, minta rokok saya belikan, tapi kok balasannya seperti ini," kata Nenek Sarmi sembari menangis saat ditemui di Mapolsek Tempeh, Lumajang, Senin (17/4/2023).

Disebut harta satu-satunya

Nenek Sami menceritakan bagaiman sang cucu tega mencuri harta satu-satunya yang dia miliki.

Bahkan, setiap hari Nenek Sami pergi ke ladang sendiri untuk mencari rumput demi memberi makan sapi yang rencananya dijadikan tabungan hari tuanya.

"Ini satu-satunya harta yang saya punya. Saya rawat 1,5 tahun saya carikan rumput setiap hari, tapi malah dicuri," tambahnya.

Sapi yang dicuri oleh Syaiful dan teman-temannya berjenis limosin dan senilai kurang lebih Rp 20 juta.

Nenek Sami mengatakan, ia mengetahui sapinya dicuri pada Sabtu (15/4/2023) dini hari saat hendak sahur.

Seketika itu juga, Sami langsung menjerit histeris hingga mengundang kedatangan warga sekitar.

"Jam tiga, mau sahur itu. Saya langsung menjerit. Ya orang langsung datang kan dekat jalan raya kandangnya," tambahnya.

Bawakan makanan di penjara untuk sang cucu

Polisi berhasil menemukan sapi Nenek Sami sedang diangkut menggunakan mobil minibus berwarna hitam oleh para pelaku yang salah satunya adalah cucu korban.

Empat pelaku itu adalah Syaiful warga Desa Lempeni dan cucu Nenek Sami, Hadi warga Desa Kaliwungu, Indra dan Totok warga Desa Tempeh Kidul.

Usai dikembalikan oleh polisi, Nenek Sami berencana, langsung menjual sapi itu karena khawatir dicuri lagi.

Nenek Sami mengaku, saat Syaiful mendekam dibalik jeruji besi, dirinya selalu datang untuk menjenguk dan membawakan makanan kesukaan sang cucu.

"Saat dipenjara saya jenguk, saya bawakan makanan," kata dia.

Penangkapan berlangsung menegangkan

Sementara, Kapolres Lumajang AKBP Boy Jeckson Situmorang mengaku, tidak sampai hati melihat tangis sang nenek.

Boy menganggap, perilaku komplotan maling ini tidak berperikemanusiaan. Ia berjanji, akan memburu satu pelaku lain sampai dapat.

Sampai saat ini, polisi baru menangkap empat dari lima anggota komplotan pencurian yang mengaku telah melancarkan aksinya sebanyak enam kali itu.

Dia mengatakan, aksi penangkapan Syaiful dan teman-temannya berlangsung cukup dramatis.

Polisi melakukan aksi mengejar mobil sebelum keempatnya dibekuk di dekat lampu merah Tempeh.

Sayang, satu pelaku yang saat itu bertindak sebagai sopir mobil minibus kabur sebelum polisi menangkapnya.

"Nenek Sami setiap mencari rumput di sawah dan malah dicuri pelaku yang tidak berperi kemanusiaan. Sampai kapanpun akan kami buru. Jadi sebaiknya segera menyerahkan diri sebelum kami tangkap," pungkasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/04/17/170217378/tangis-nenek-sami-di-lumajang-sapi-yang-dirawatnya-dicuri-cucu-sendiri-satu

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com