Salin Artikel

Peristiwa Berdarah Anak Bunuh Ibu di Malang, Warga Sempat Dengar Cekcok karena Masalah Uang

KOMPAS.com - David Humaidi (28), seorang anak tega membunuh ibu kandungnya sendiri, Sunarsih (48) di Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Aksi pembunuhan itu dilakukan pelaku setelah ibunya pulang bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) di Hong Kong.

Nyawa korban dihabisi di rumahnya dengan ditusuk pisau 3 kali di perut dan dada.

Peristiwa berdarah itu terjadi di rumahnya di Dusun Krajan, Desa Urek-Urek, Kecamatan Gondanglegi pada Sabtu (15/4/2023) sekitar pukul 09.00 WIB.

Saat ini pelaku saat ini diamankan Polres Malang untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.

Kesaksian warga

Tetangga korban, Sri Wahyuni mengatakan, Sunarsih baru saja pulang dari Hong Kong 15 hari yang lalu.

Sunarsih bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) di Hong Kong sejak David masih berumur 36 hari.

"Selama ini David tinggal dengan neneknya yang sudah meninggal baru setahun lalu. Ibunya juga (Sunarsih) cerai sama ayahnya David," ungkap dia dikutip dari SuryaMalang.com.

Menurut dia, Sunarsih pulang ke rumah dengan niatan untuk merayakan Idul Fitri kurang lebih selama satu bulan.

Sehingga dia pulang ke rumahnya untuk berkumpul dengan David, menantu, dan dua cucunya.

Namun, Sri tidak tahu pasti apa penyebab David nekat menusuk ibu kandungnyan tersebut.

Padahal, Sri dan tetangga sekitar mengenal David adalah sosok yang baik hati dan tidak pernah membuat ulah di desanya.

Sempat terjadi cekcok

Akan tetapi, sebelum peristiwa pembunuhan terjadi Sri sempat mendengar Sunarsih cekcok dengan David.

Namun, perihal apa yang dipermasalahkan ia tidak mengetahuinya.

Hanya saja, santer terdengar kabar yang beredar di desa, penyebab David membunuh ibunya karena masalah uang.

"Sama ibunya (Sunarsih) dikirim uang pas kerja di Hongkong. Disuruh beli apa gitu, tapi nggak dilakukan sama David. Bukan karena David minta uang," jelas dia.

Sementara itu, Sekretaris Desa, Andri Dwi Agus Muhtadin mengatakan, David sempat meminta uang ke ibunya.

"Biasa cekcok minta uang ke ibunya. Tapi gak tau sebelumnya ada masalah apa," terang dia.

Polisi dalami kasus

Kasatreskrim Polres Malang, Iptu Riski Wahyu Saputro mengatakan, pembunuhan dilakukan karena pelaku sakit hati, akibat korban sering memarahinya.

"Korban ini baru pulang dari merantau ke Hongkong. Ia baru pulang sekitar 2 pekan yang lalu," ungkap dia.

Saat ini, kepolisian tengah melakukan penyelidikan lebih dalam terhadap pelaku.

"Anggota masih melakukan penyelidikan lebih dalam," tutur dia.

Sumber: Kompas.com (Penulis Kontributor Kabupaten Malang, Imron Hakiki | Editor Farid Assifa)

Artikel ini telah tayang di SuryaMalang.com dengan judul Diduga Karena Uang, Ibu yang Baru Pulang dari Hong Kong Dibunuh Anaknya di Gondanglegi Malang

https://surabaya.kompas.com/read/2023/04/17/121841778/peristiwa-berdarah-anak-bunuh-ibu-di-malang-warga-sempat-dengar-cekcok

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com