Salin Artikel

Sandiaga Uno Temui Wanita di Malang yang Viral Keluhkan Harga Tiket Pesawat Mahal

MALANG, KOMPAS.com - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno menemui seorang wanita bernama Nelly asal Malang yang sempat viral karena mengeluhkan harga tiket pesawat dalam negeri mahal.

Pertemuan itu berlangsung di salah satu rumah makan di Kota Malang, Jawa Timur pada Sabtu (15/4/2023) malam.

Saat dikonfirmasi, Nelly membenarkan pertemuan tersebut.

Dia mengatakan, dirinya bercerita kepada Menteri Sandi tentang apa yang dialaminya ketika berwisata di Kampung Lolai, Negeri di Atas Awan Toraja pada Maret 2023 lalu.

"Saya sampaikan ke Pak Sandiaga Uno bahwa pariwisata di Indonesia itu sangat luar biasa indahnya, tidak perlu ke luar negeri, tapi tiket pesawatnya domestik jangan mahal-mahal," kata Nelly pada Minggu (16/4/2023).

Sebelumnya, pemilik nama lengkap Laily Fitriyah Liza Min Nelly itu viral melalui video di akun TikTok miliknya yakni @nelly_malang.

Video tersebut mendapat sekitar 57.000 penyuka dan 1.800 komentar hingga Minggu (16/4/2023).

Dia mengaku, saat membuat video tersebut hanya spontan ingin berbagi pengalaman yang dirasakan ketika berwisata di dalam negeri.

Menurutnya, apa yang dialaminya bukan hanya kegelisahan dirinya saja. Tetapi, juga rata-rata masyarakat Indonesia yang ingin berwisata dalam negeri.

"Kadang-kadang masyarakat yang di Jawa ingin ke Bali atau Lombok tapi tiket pesawat mahal, kemudian lebih memilih ke luar negeri, padahal pariwisata dalam negeri lebih bagus, sayang banget kalau seperti itu terus, bagaimana mau maju pariwisatanya," katanya.

Nelly mengungkapkan, saat berwisata ke Kampung Lolai, Negeri di Atas Awan Toraja total mengeluarkan uang sekitar Rp 4 juta untuk membeli tiket pesawat pulang - pergi (PP).

"Ke Makasar-nya saja Rp 1,2 juta, belum ke Toraja-nya, Singapura saja murah enggak sampai Rp 1 juta kalau promo. Indonesia kan bukan hanya Jawa, Bali, Lombok tapi luas dan indah," katanya.


Tak hanya sekali


"Pernah ke Ternate PP harga tiketnya Rp 2,2 juta. Terus aku setahun kemudian berangkat lagi kesana kok jadi Rp 2,5 juta per orang, itu berangkatnya saja," katanya.

Di berharap, keluhan yang ada dapat diakomodir dan harga tiket pesawat dapat turun.

"Sangat bangga, surprise bagi saya karena dijawab langsung dari video saya viral," katanya.

Diakuinya, harga tiket pesawat menuju Kampung Lolai, Negeri di Atas Awan Toraja tergolong mahal.

"Bu Nelly telah memberikan masukan yang luar biasa, saya ucapkan terima kasih, karena spot yang Bu Nelly videokan itu salah satu spot favorit saya, dan memang tiket menuju ke destinasi ini menjadi banyak keluhan," katanya.

Menteri Sandi mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi lebih lanjut dengan Menteri Perhubungan untuk menambah penerbangan ke destinasi tersebut sehingga harga tiket bisa semakin terjangkau.

"Kami upayakan koordinasi dengan Menteri Perhubungan, supaya bisa segera untuk menambah penerbangan, dan semoga dalam waktu dekat harga tiket akan berangsur lebih terjangkau untuk masyarakat yang mau healing di Indonesia," katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/04/16/112220878/sandiaga-uno-temui-wanita-di-malang-yang-viral-keluhkan-harga-tiket-pesawat

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com