Salin Artikel

Kronologi Terungkapnya Identitas Pembuang Bayi di Hutan Jati Blitar, Kebohongan Pelaku Tercium Saat Olah TKP

Polisi yang mencurigai gelagat UP melakukan interogasi lanjutan. UP akhirnya mengakui kebohongannya. Pemuda itu mengakui bayi tersebut adalah anak kandugnya.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Blitar AKP Tika Pusvitasari mengatakan, polisi menemukan kejanggalan atas keterangan UP saat pemeriksaan silang saat olah TKP.

"Melalui serangkaian penyelidkan diketahui keterangan UP tidak sesuai dengan fakta pada olah TKP. Terdapat kejanggalan," ujar Tika kepada Kompas.com, Jumat (31/3/2023) malam.

Kejanggalan tersebut seperti keterangan awal yang tidak konsisten dengan fakta saat olah TKP.

"Polisi akhirnya kembali menginterogasi UP dan dia mengakui berbohong," ujarnya.

UP awalnya mengaku menemukan bayi itu di pinggir hutan jati di Desa Plumbangan, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar, Rabu malam. 

Padahal, kata Tika, UP telah membawa bayi yang dilahirkan pacarnya, AT (22), dari suatu tempat di Blitar untuk dibawa pulang ke rumahnya di Desa Balerejo, Kecamatan Wlingi.

AT adalah warga Desa Tegalsari, Kecamatan Wlingi, yang sudah menjalin hubungan asmara selama tiga tahun terakhir. Keduanya sama-sama masih lajang.

"Dia memang sudah merancang rencana itu. Akan mengaku menemukan bayi. Padahal bayi memang sudah bersama dia sejak awal," ujar Tika.

Berbohong setelah bayi ditolak panti asuhan

Rencana mengarang cerita bohong telah menemukan bayi dilakukan UP setelah gagal menyerahkanya anaknya ke sebuah panti asuhan.

Panti asuhan menolak menerima bayi itu karena UP memberikan keterangan janggal kepada pengurus panti asuhan.

"UP ini juga mengaku ke pihak panti asuhan bahwa dia baru saja menemukan bayi yang dibuang. Jadi dia tidak mengaku sebagai orangtua bayi. Panti asuhan menolak," ujar Tika.

Sehingga, ada pihak yang merawat bayi itu. Sementara itu, UP dan AT terbebas dari masalah memiliki bayi di luar pernikahan.


Berharap dapat surat keterangan dari desa

Cerita bohong itu, ujarnya, dibuat juga dengan harapan akan ada surat keterangan dari pemerintah desa terkait status bayi sebagai bayi temuan.

"Karena pihak panti asuhan juga meminta syarat adanya surat keterangan dari kantor desa," tuturnya.

Menurut Tika, UP membuat cerita bohong tentang bayi laki-laki itu karena ingin menyembunyikan dari pihak keluarga akan kelahiran bayi hasil hubungannya dengan AT.

"Motifnya karena merasa takut ketahuan oleh keluarga," ujarnya.

Tika tidak memerinci apakah hubungan UP dan AT tidak direstui oleh pihak keluarga sehingga berusaha menyembunyikan kelahiran bayi tersebut.

Sebelumnya, UP membawa pulang bayi laki-laki yang dia katakan sebagai bayi yang dia temukan di pinggir hutan jati saat dirinya pulang dari tempat kerja.

Orang tua UP lantas melaporkan temuan bayi itu ke perangkat desa yang diteruskan ke pihak kepolisian.

Bayi tersebut kemudian dibawa ke RSUD Ngudi Waluyo Wlingi sementara pihak kepolisian melakukan penyelidikan.*

https://surabaya.kompas.com/read/2023/03/31/203508478/kronologi-terungkapnya-identitas-pembuang-bayi-di-hutan-jati-blitar

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com