Salin Artikel

Tangani Stunting hingga Majukan Pariwisata, Fokus Ikfina Bangun Kabupaten Mojokerto

JAKARTA, KOMPAS.com – Sejak dilantik pada Jumat (21/2/2021), Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati langsung tancap gas untuk mengatasi permasalahan di kabupaten berjuluk “Full of Majapahit Greatness” itu.

Memiliki latar belakang sebagai dokter, Ikfina fokus meningkatkan kualitas kesehatan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur (Jatim).

Ia pun menggagas program “Mojokerto Sehat” dengan salah satu prioritasnya adalah mengentaskan stunting atau tengkes.

“Program tersebut juga sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat yang ingin menurunkan prevalensi tengkes nasional,” ujar Ikfina saat menyambangi kantor Kompas.com di Palmerah, Jakarta, Senin (20/3/2023).

Ikfina mengatakan bahwa saat baru dilantik sebagai bupati, angka tengkes di Kabupaten Mojokerto mencapai 27,4 persen.

Untuk mengatasi tengkes, ia menerapkan dua pendekatan, yakni melalui intervensi spesifik dan intervensi sensitif.

Pada pendekatan intervensi spesifik, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto menyasar kelompok masyarakat yang menjadi penyebab atau rentan mengalami tengkes, seperti remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, serta balita.

Intervensi spesifik yang dilakukan Pemkab Mojokerto meliputi program pemenuhan zat besi untuk remaja putri, Calon Pengantin Masa Depan Emas (Capingmas), Selamatkan Dampingi Ibu Hamil Risiko Tinggi (Selada Bu Harti), serta Paud Holistik Integratif untuk batita.

Ikfina pun mencontohkan implementasi program-program tersebut. Pada program Capingmas, misalnya, calon pengantin harus melakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Hal ini dilakukan untuk menekan angka dispensasi nikah atau pernikahan usia dini sekaligus pendewasaan usia nikah.

Selanjutnya, pada program Selada Bu Harti, Pemkab Mojokerto menyediakan kader khusus yang bertugas mendampingi ibu hamil berisiko tinggi di posyandu.

“Sementara, pada Paud Holistik Integratif, Pemkab Mojokerto memberikan pembekalan kepada guru pendidikan anak usia dini (PAUD) supaya dapat memeriksa kesehatan dan tumbuh kembang anak,” tuturnya.

Kemudian, pada pendekatan intervensi sensitif, Pemkab Mojokerto melakukan pembenahan pada kelompok atau faktor penyebab tengkes yang lebih luas, misalnya kebiasaan masyarakat.

Ikfina menjelaskan, tengkes umumnya disebabkan oleh dua faktor, yakni kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Adapun penyakit yang kerap dialami anak-anak karena infeksi adalah diare.

Penyakit tersebut disebabkan oleh infeksi kuman atau bakteri dari feses karena jamban atau septic tank yang memadai tidak tersedia.

Sebagai bagian intervensi sensitif penanganan tengkes, Ikfina pun menargetkan Kabupaten Mojokerto sebagai kawasan bebas buang air besar di ruang terbuka atau open defecation free. Untuk mewujudkan misi ini, Pemkab Mojokerto membangun sekitar 5.000 jamban bagi masyarakat yang tidak memiliki toilet layak.

Selain itu, Pemkab Mojokerto juga menjalankan kebijakan intervensi sensitif lain, yakni menyosialisasikan program Keluarga Berencana (KB) kepada perempuan 4T.

Adapun perempuan 4T terdiri dari terlalu muda usia melahirkan di bawah 21 tahun, terlalu rapat jarak kelahiran (kurang dari 5 tahun), terlalu sering melahirkan, dan terlalu tua usia melahirkan (di atas 35 tahun).

Sosialisasi program KB, kata Ikfina, difokuskan kepada perempuan yang terlalu muda dan terlalu tua usia melahirkan.

“Berbagai kebijakan tersebut berhasil menurunkan angka tengkes di Kabupaten Mojokerto menjadi 11,6 persen pada 2022 dari tahun sebelumnya yang sebesar 27,4 persen,” kata paparnya.

Pembangunan infrastruktur

Selain masalah kesehatan, Ikfina juga fokus pada pembangunan infrastruktur. Ikfina mengatakan, pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari visi Pemkab Mojokerto untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur.

Visi ini diimplementasikan melalui dua skenario, yakni penguatan infrastruktur di segala bidang dan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Untuk infrastruktur jalan, Ikfina mengungkapkan, sekitar 70 persen dari 1.045 kilometer jalan di Kabupaten Mojokerto sudah dilapisi beton atau dalam kondisi baik. Selanjutnya, sekitar 50 persen jembatan di Kabupaten Mojokerto dalam kondisi bagus.

Pemkab Mojokerto juga memberi perhatian pada pembangunan irigasi. Ikfina menjelaskan, selama ini, masyarakat Mojokerto kerap salah kaprah dalam membedakan atau menggunakan drainase dan irigasi.

Masyarakat Mojokerto masih menggunakan dua jenis aktivitas yang berbeda pada saluran yang sama. Kesalahan tersebut sudah dilakukan secara turun-temurun.

Ikfina mengatakan, progres pembangunan saluran air mencapai sekitar 40 persen. Pada 2023, Pemkab Mojokerto akan menggenjot pembangunan infrastruktur.

Pemkab sendiri telah menganggarkan Rp 337 miliar untuk pembangunan infrastruktur fisik. Angka ini meningkat Rp 31 miliar ketimbang 2022.

Dari jumlah tersebut, pembangunan jalan dan irigasi mendapat porsi Rp 177 miliar. Sementara, pembangunan gedung dan bangunan dianggarkan Rp 160 miliar.

“Pemkab Mojokerto akan terus menggiatkan pembangunan infrastruktur karena berkorelasi dengan pariwisata,” tuturnya.

Bangun pariwisata, tumbuhkan toleransi

Ikfina menjelaskan, Kabupaten Mojokerto merupakan segelintir daerah yang memiliki pariwisata lengkap, mulai dari wisata alam, sejarah, budaya, hingga religi.

Wisatawan yang ingin merasakan kesejukan hawa pegunungan di Kabupaten Mojokerto dapat mengunjungi Kecamatan Pacet dan Trawas. Kawasan ini menawarkan pemandangan pegunungan indah serta beragam air terjun.

Untuk pencinta sejarah, wisatawan dapat mengunjungi Trowulan yang merupakan kawasan cagar budaya nasional. Di sana, pengunjung dapat mengunjungi berbagai spot wisata peninggalan Majapahit, seperti Siti Inggil Petilasan Raden Wijaya, Pendopo Agung, serta Kolam Segaran.

Banyak orang Bali berkunjung ke situs peninggalan Majapahit untuk melakukan napak tilas jejak leluhurnya.

Meski merupakan pusat Kerajaan Majapahit yang bercorak Hindu, Kabupaten Mojokerto juga memiliki berbagai spot wisata religi. Salah satunya adalah makam Syekh Jumadil Kubra yang merupakan penyebar agama Islam di era Majapahit.

“Hal tersebut membuktikan bahwa Kabupaten Mojokerto memiliki jejak toleransi sejak dulu kala,” ujar Ikfina.

Ikfina berharap, kebesaran Kerajaan Majapahit dapat muncul kembali di Kabupaten Mojokerto. Dengan begitu, nasionalisme di kalangan milenial dan generasi Z sebagai penerus leluhur yang sempat berjaya di era lampau dapat ditingkatkan.

Orang nomor satu di Kabupaten Mojokerto itu memaparkan, salah satu kunci kesuksesan Kerajaan Majapahit adalah memiliki toleransi tinggi dan dapat menghargai perbedaan. Dengan toleransi, Kerajaan Majapahit dapat bersatu dan tumbuh menjadi kekuatan besar.

“Persatuan merupakan suatu darma untuk bangsa dan negara. Oleh karena itu, kami mendukung rencana pembangunan Taman Historis Majapahit di Trowulan supaya generasi muda dapat melihat visualisasi kemegahan Kerajaan Majapahit,” tuturnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/03/23/191053078/tangani-stunting-hingga-majukan-pariwisata-fokus-ikfina-bangun-kabupaten

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke