Salin Artikel

Hari Terakhir Ekskavasi ke-4 Candi Gedog Blitar, Arkeolog Temukan Sisa Struktur Bangunan Beratap

BLITAR, KOMPAS.com - Tim ekskavasi Candi Gedog di Kota Blitar, Jawa Timur, menemukan sisa struktur bangunan dan reruntuhan atap di luar pagar candi pada Kamis (16/3/2023).

Meski berada di luar pagar candi, tim menduga struktur tersebut merupakan bekas bangunan beratap genting yang memiliki kaitan erat dengan keberadaan Candi Gedog.

Ketua tim ekskavasi Nugroho Harjo Lukito mengatakan, kemungkinan sisa struktur dan reruntuhan atap genting tersebut bekas bangunan yang berfungsi sebagai tempat mempersiapkan ritual keagamaan di candi.

"Ini belum selesai ya, tapi kemungkinan bangunan di halaman untuk mempersiapkan prosesi upacara keagamaan," ujar Nugroho kepada wartawan, Kamis.

Berdasarkan data yang ada di lokasi, kata dia, bangunan tersebut diduga memiliki dinding terbuat dari batu bata setinggi sekitar 1 meter di atas tanah.

Konstruksi dinding bagian atas, tambahnya, biasanya menggunakan bahan kayu.

Dugaan adanya bangunan kecil beratap, didasarkan pada banyaknya pecahan genting di sebelah utara struktur pondasi bangunan yang digali.

Namun, ujar Nugroho, bangunan tersebut roboh entah kapan dan disebabkan oleh apa.

"Kondisinya roboh. Pecahan genting terkonsentrasi di sisi utara dari struktur bangunan. Jadi robohnya ke arah utara," jelasnya.

Pecahan-pecahan genting yang ditemukan itu menandakan genting terbuat dari tanah liat tipikal genting kuno era Kerajaan Majapahit.

"Gentingnya juga identik dengan genting-genting kuno yang kita temukan di Trowulan. Lebar  15-16 sentimeter, dan gentingnya itu rata," ujar Nugroho merujuk pada kawasan di Mojokerto, Jawa Timur, yang diyakini sebagai lokasi keberadaan kompleks Keraton Majapahit.

Namun, pihaknya belum bisa menyampaikan penjelasan yang lebih tentang temuan tersebut karena masih terbatasnya data yang ada.

Nugroho mengatakan, hingga hari terakhir ekskavasi, baru sekitar 60 persen dari sisa Candi Gedog yang telah berhasil dikupas atau digali.

Menurutnya, masih diperlukan dua hingga tiga kali ekskavasi lagi untuk mengupas seluruh lapisan tanah yang menutup Candi Gedog.

"Dinding pagar selatan itu belum sama sekali dibuka. Lalu timur belum. Utara baru sebagian. Di sebelah barat pagar ini juga masih banyak datanya," kata dia.

Ada sejak era awal Majapahit

Hingga kini belum ditemukan fragmen candi yang menyuratkan angka tahun pendirian.

Namun, berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan selama survei dan ekskavasi yang telah dimulai sejak akhir 2019, diduga Candi Gedog didirikan di masa-masa awal Kerajaan Majapahit yang berdiri pada akhir abad ke-13 hingga awal abad ke-16.

Pada kegiatan ekskavasi sebelumnya, temuan sejumlah fragmen ornamental candi berukiran motif sulur yang halus pada batu putih disebut oleh arkeolog dan sejarawan sebagai seni pahat yang sangat terpengaruh gaya seni era Singhasari. Begitu juga dengan temuan stela arca.

Sementara temuan fragmen-fragmen keramik dari masa Dinasti Yuan (1271-1368) cenderung memberikan bukti bahwa Candi Gedog berdiri di era Kerajaan Majapahit.

Menurut Nugroho, dengan tanpa angka tahun, dapat disimpulkan bahwa Candi Gedog dibangun pada era awal Kerajaan Majapahit.

Candi Rafles yang hilang

Candi Gedog memiliki nilai sejarah yang unik. Sebelum 2019, arkeolog dan sejarawan tidak dapat mengonfirmasi keberadaan Candi Gedog yang disebut oleh Gubernur Hindia Belanda Sir Thomas Stamford Raffles dalam bukunya History of Java (1817).

Dalam beberapa kalimat, Raffles menggambarkan Candi Gedog sebagai candi agung yang megah meski terlihat sudah mulai ditinggalkan fungsinya sebagai tempat beribadah.

Misteri keberadaan Candi Gedog baru terjawab akhir 2019 setelah arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur memastikan telah ditemukan kembali Candi Gedog yang terletak di sisi timur dari wilayah Kota Blitar.

Penemuan kembali Candi Gedog bisa terwujud berkat keteguhan warga dan pemuda Kelurahan Gedog merawat situs yang mereka kenal sebagai Punden Joko Pangon.

Dengan sebatang pohon beringin tua, Punden Joko Pangon telah cukup lama menjadi lokasi prosesi "bersih desa" yang digelar warga setiap tahun. Tempat yang ternyata berada di atas reruntuhan Candi Gedog itu juga dikenal warga sebagai tempat sejumlah orang untuk "nyadran" atau memberikan sesaji sebagai doa keselamatan.

Penemuan kembali Candi Gedog disambut gembira oleh sejarawan dan arkeolog. Sementara bagi Pemerintah Kota Blitar, penemuan Candi Gedog merupakan hadiah yang untuk menambah koleksi destinasi wisata yang terus dikembangkan guna mendukung destinasi utama wisata sejarah Makam Presiden Soekarno.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/03/16/194501978/hari-terakhir-ekskavasi-ke-4-candi-gedog-blitar-arkeolog-temukan-sisa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke