Salin Artikel

Kisah Korban Tewas Kebakaran Depo Plumpang Asal Sumenep, Tulang Punggung dan Hidupi 3 Anak

Mereka adalah Dayu Nurmawati (40) dan Hardito (21) yang merupakan ibu dan anak.

Setelah identitas mereka berhasil diketahui melalui tes DNA, jenazah keduanya dimakamkan di Sumenep, Jawa Timur.

"Sudah dilakukan prosesi pemakaman pada Sabtu (11/3/2023) kemarin," kata adik korban Hafid Utomo saat dihubungi, Senin (13/3/2023).

Buka warung kelontong

Hafid mengatakan, Dayu Nurmawati yang merupakan kakak kandungnya sudah lama menetap di Jakarta untuk menjalankan bisnis usaha warung kelontong.

Selama ini, korban memang dibantu oleh anak pertamanya yakni Hardito yang juga tewas dalam kebakaran depo Pertamina Plumpang.

"(Korban) tulang punggung keluarga, karena harus menghidupi tiga anaknya," kata Hafid. Dari tiga anaknya, dua anak korban masih bersekolah di bangku Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Pertama.

Hafid mengaku, lokasi toko kelontong yang dijaga sang kakak berada sekitar 50 meter dari lokasi kebakaran depo Pertamina Plumpang.

Saat ledakan terjadi, kedua korban sedang berada di toko mereka.

Pihak keluarga sempat mencari keberadaan kedua korban usai mendapatkan informasi terjadi kebakaran di area dekat toko korban.

Di hari ketiga, ia baru mendapat informasi dari pengurus RT bahwa korban sudah teridentifikasi berada di RS Kramat Jati Polri.

"Kami cari-cari informasi sekitar tiga hari, di hari ketiga baru mendapatkan informasi dari RT bahwa kakak saya dan anaknya ada di RS," tuturnya.

Usai proses identifikasi selesai, jenazah korban diantar menggunakan dua ambulans oleh perwakilan Rumah Sakit Kramat Jati Jakarta.

Setelah diserahkan ke keluarga, warga langsung menyalatkan dan memakamkan keduanya di samping rumahnya yakni di Dusun Temur Leke, Desa Saroka, Kecamatan Saronggi, Sumenep.

Pemda bantu pendidikan anak korban

Bupati Sumenep Achmad Fauzi meminta dua anak korban korban kebakaran depo Pertamina Plumpang asal Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, tak putus sekolah.

Politisi PDI-P itu telah menginstruksikan Dinas Sosial untuk membantu keberlangsungan sekolah dua anak tersebut.

“Saya ingin anak-anaknya tidak putus sekolah, namun tetap melanjutkan pendidikan hingga lulus,” kata Fauzi dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (13/3/2023).

Dua anak korban kini menetap di Sumenep dan masih menempuh pendidikan di kelas 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan kelas 2 Sekolah Menengah Atas (SMA).

Pemkab, lanjut Fauzi, tetap berkomitmen untuk membantu pendidikan anak keluarga korban.

“Dinsos P3A untuk mencarikan anggaran anak-anak itu supaya tetap bersekolah jangan sampai berhenti, sehingga harus secepatnya berkomunikasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep dan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur,” terang Bupati.

Sementara itu, Kepala Dinsos P3A Kabupaten Sumenep Achmad Dzulkarnain mengungkapkan, pihaknya siap memberikan perhatian khusus untuk sekolah dua anak itu sesuai keinginan Bupati.

“Kami mengalokasikan anggaran agar kedua anak itu tetap sekolah, termasuk berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten dan Dinas Pendidikan Provinsi untuk bersama-sama memberikan perhatian dan bantuan,” pungkas dia.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/03/13/133128678/kisah-korban-tewas-kebakaran-depo-plumpang-asal-sumenep-tulang-punggung-dan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com