Salin Artikel

"Saya Memasukkan Anak Saya ke Pondok Bukan untuk Dibunuh"

Padahal, BT masih terbilang siswa baru di pondok pesantren tersebut. Dia masuk pada Agustus 2022.

Namun pada Selasa (7/3/2023), Nasib justru mendapatkan kabar duka bahwa anaknya tewas dengan luka lebam di sejumlah bagian tubuh.

"Anak saya disia-siakan seperti ini, saya enggak rela, saya memasukkan anak saya ke pondok bukan untuk dibunuh," katanya sembari mengusap air mata, saat ditemui di rumahnya, Desa Buluk Agung, Kecamatan Klampis, Bangkalan, Kamis (9/3/2023).

Terkenang cita-cita sang anak

Nasib terkenang kembali cita-cita BT saat menguburkan jenazah putranya tersebut.

Menurutnya BT sangat ingin menjadi penghafal Al Quran.

"Cita-citanya anak saya ingin jadi penghafal Quran, cuma sekarang sudah hilang, karena anak saya sudah tak ada," ungkap Mohammad Nasib.

Menurut Nasib, anak keduanya tersebut tertutup dan tak ingin orangtuanya tahu ketika sedang ada persoalan. Termasuk persoalan yang sedang dialami di pondok pesantren.

"Dia cukup diam, dan dia memang bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya. Bukan yang lari apalagi menghindar dari masalah," papar Nasib.

Nasib, mengaku sangat tidak habis pikir, anaknya dianiaya lantaran tuduhan pencurian.

BT, kata Nasib, adalah anak yang berhati-hati terhadap barang kepunyaan orang lain.

"Kalau dibilang anak saya panjang tangan, saya enggak terima, karena anak saya ini saya didik tentang akhlak juga. Dulu waktu di rumah dia mau makan jajan yang ada di kulkas selalu tanya sama ibunya, ini punya siapa, jadi enggak mungkin kalau anak saya bertingkah begitu," beber dia.

Terakhir bertemu

Nasib bercerita dirinya menjenguk buah hatinya di Pondok Pesantren itu setiap dua minggu sekali.

"Jadwal kunjungan (seharusnya) besok, sekarang sudah enggak ada, dia wes (sudah) pulang. Biasanya saya datang ke ponpesnya malam habis Isya karena banyak teman-temannya yang dijenguk juga," tutur dia.

Nasib menuturkan pertemuan terakhirnya dengan sang anak.

"Jumat dua minggu lalu terakhir ketemu, malam Rabu kemarin sudah dikabarkan meninggal," ujarnya.

Atas peristiwa duka itu, Nasib berharap agar pihak penyidik segera menetapkan tersangka dan menghukum pelaku dengan pasal yang berat.

"Ya harus segera ditetapkan tersangkanya dan harus diusut tuntas serta diberikan hukuman yang setimpal," pinta dia.

Diduga dianiaya 

Sebelumnya seorang santri berinisial BT (16) tewas diduga dianiaya seniornya di sebuah Pondok Pesantren di Bangkalan, Jawa Timur.

"Ada luka lebam di bagian tangan, punggung, dan di dadanya," kata Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Bangkalan AKP Bangkit Dananjaya.

Polisi mengatakan ada 18 orang yang akan dimintai keterangan, termasuk para santri di ponpes tersebut.

Sementara Direktur Ponpes Darul Ittihad Gus Malik mengatakan, dugaan pengeroyokan tersebut terjadi usai santri melaksanakan ibadah malam nisfu syaban dengan mengaji dan shalat berjemaah.

"Setelah itu ada waktu untuk istirahat, pada istirahat itu terjadilah peristiwa itu," kata dia saat diwawancarai di Malpores Bangkalan, Kamis (9/3/2023).

https://surabaya.kompas.com/read/2023/03/10/071047778/saya-memasukkan-anak-saya-ke-pondok-bukan-untuk-dibunuh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke