Salin Artikel

Putranya Tewas Diduga Dianiaya Senior di Ponpes, Nasib: Saya Tahu dari Pak Kades, Bukan dari Pondok

Ayah BT, Mohammad Nasib (42) menyayangkan pihak pondok pesantren yang tidak menginformasikan langsung perihal kondisi sang anak padanya.

Kabar kematian BT justru dia dapat dari Kepala Desa (Kades) yang mendapat informasi dari Puskesmas Geger, Selasa (7/3/2023) malam.

"Masa iya, saya tahu dari Pak Kades, seharusnya pihak pondok dulu ke saya," kata dia saat ditemui di rumahnya di Desa Buluk Agung, Kecamatan Klampis, Bangkalan, Kamis (9/3/2023).

Saat memasukkan anaknya ke pondok pesantren pada Agustus 2022, Nasib mengaku telah memberikan nomor telepon pada pihak ponpes.

Pulang dini hari bawa jasad sang anak

Rabu (8/3/2023) pukul 00.30 WIB, Nasib dan istrinya tiba di RSUD Bangkalan untuk melihat jasad putranya.

Saat itu dia mengaku kaget lantaran ditemukan luka lebam dan memar di tangan, dada, dan punggung sang anak.

Sedangkan bagian bibir putranya mengalami luka. Dia pun meyakini sang anak tewas lantaran menjadi korban penganiayaan.

"Harus segera ditetapkan tersangka, harus diusut tuntas dan diberikan hukuman," katanya.

Nasib menolak jasad putranya diotopsi. Dini hari itu, dia membawa jasad anaknya pulang ke rumah.

"Jam 02.00 WIB dini hari, saya sudah pulang dengan jasad anak saya," ujar dia.

Penjelasan Ponpes

Sementara itu dihubungi terpisah, Direktur Ponpes Darul Ittihad Gus Malik mengatakan, kejadian dugaan pengeroyokan tersebut terjadi usai santri melaksanakan ibadah malam nisfu syaban dengan mengaji dan shalat berjemaah.

"Setelah itu ada waktu untuk istirahat, pada istirahat itu terjadilah peristiwa itu," kata dia saat diwawancarai di Malpores Bangkalan, Kamis (9/3/2023).

Gus Malik mengaku insiden tersebut terlambat diketahui.

"Saya baru tahu itu setelah dikabari oleh pihak keluarga yang juga pengajar (ustaz) bahwa ada santri yang meninggal, setelah itu kami melaporkan ke Polsek Geger," kata dia.

Dia menegaskan, pondok pesantren melarang hukuman fisik.

"Aturan di pondok diharamkan ada hukuman fisik, karena yang kami tekankan adalah akhlak. Jika ada yang melanggar, hukuman yang diberikan tetap yang mendidik, seperti mengaji Al Quran, hafalan hingga bersih-bersih," ujar dia.

"Kalau kami tidak mampu, kami kembalikan kepada orangtuanya. Jadi tidak ada hukuman kekerasan dan kita haramkan hukuman fisik," lanjutnya.

Luka lebam

Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Bangkalan AKP Bangkit Dananjaya menjelaskan, pada jenazah BT ditemukan luka lebam.

"Ada luka lebam di bagian tangan, punggung, dan di dadanya," kata dia.

Dia membenarkan ada dugaan santri itu dianiaya oleh para seniornya hingga meninggal.

"Kami mendapatkan laporan bahwa ada santri yang dikeroyok oleh para seniornya dan meninggal dunia," kata dia.

Menurutnya ada 18 orang yang akan dimintai keterangan soal dugaan penganiayaan itu, termasuk para santri ponpes.

"Kita masih proses pendalaman sekarang masih saksi kelima yang diperiksa untuk digali keterangannya," ujar Bangkit.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Bangkalan, Muchlis | Editor: Andi Hartik, Krisiandi, Pythag Kurniati)

https://surabaya.kompas.com/read/2023/03/10/054510678/putranya-tewas-diduga-dianiaya-senior-di-ponpes-nasib-saya-tahu-dari-pak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke