Salin Artikel

Santri Dikeroyok hingga Tewas di Bangkalan, Pihak Ponpes: Terjadi pada Waktu Istirahat

BANGKALAN, KOMPAS.com - Pihak Pondok Pesantren Darul Ittihad di Kecamatan Geger, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, akhirnya buka suara soal pengeroyokan santri hingga tewas.

Direktur Ponpes Darul Ittihad, Gus Malik mengatakan, kejadian itu adalah duka yang besar bagi pondok pesantren yang dikelolanya.

"Saya berbelasungkawa, karena bagaimanapun kedua belah pihak adalah anak-anak kami," ungkapnya saat diwawancarai di Mapolres Bangkalan, Kamis (9/3/2023).

Gus Malik menjelaskan, kejadian pengeroyokan itu sangat cepat. Saat itu, santri sedang melaksanakan ritual malam nisfu sya'ban yang diisi dengan mengaji dan shalat isya berjemaah.

"Setelah itu ada waktu untuk istirahat, pada saat istirahat itu terjadilah peristiwa itu. Untuk kronologi detailnya mungkin di hasil BAP (Berita Acara Pemeriksaan)," ungkap Gus Malik.

Dia tidak mengetahui pasti insiden itu. Dia tahu kejadian itu dari salah satu pengajar yang juga telat mengetahui kejadian itu.

Sebab, BT (16), korban pengeroyokan sudah harus dibawa ke Puskesmas Geger untuk ditangani tim medis.

"Saya baru tahu itu setelah dikabari oleh pihak keluarga yang juga pengajar (ustaz) bahwa ada santri yang meninggal. Setelah itu, kami langsung melaporkan ke Polsek Geger," katanya.

Tak ada hukuman fisik

Gus Malik menegaskan, di lingkungan Pondok Pesantren Darul Ittihad tidak pernah mengizinkan kepada pengurus pondok pesantren untuk memberikan hukuman fisik kepada santri yang melanggar.

Jika terdapat santri yang nekat melanggar aturan, maka ditindak dengan prosedur yang berlaku yang sifatnya mendidik.

17 santri diperiksa

Usai kejadian pada Selasa (7/3/2023) malam, Gus Malik langsung mempersilakan pihak Polres Bangkalan membawa santri yang diduga terlibat dan mengetahui kejadian itu.

Ada 17 santri yang diperiksa terkait pengeroyokan itu. Delapan santri sudah diperbolehkan pulang oleh penyidik dan tersisa 9 orang masih diperiksa.

"Kami tidak berpihak kepada siapa pun, almarhum adalah anak kami dan mereka 17 orang juga anak kami. Tapi, saat kejadian, saya sendiri yang menyuruh santri yang terduga tahu dalam peristiwa itu untuk dibawa ke Polres," kata Gus Malik.

Sementara itu, Gus Malik menyebut, sejauh ini belum ada santri yang ditetapkan menjadi tersangka oleh pihak Polres Bangkalan.

"Saya ke sini lagi diminta untuk mendampingi santri yang masih di bawah umur ketika diperiksa polisi, itu saja," ucap dia.

Diketahui, seorang santri berinisial BT (16) tewas diduga dianiaya oleh seniornya di sebuah pondok pesantren di Kecamatan Geger, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Selasa (7/3/2023) malam.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/03/09/201525178/santri-dikeroyok-hingga-tewas-di-bangkalan-pihak-ponpes-terjadi-pada-waktu

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com