Salin Artikel

Perjuangan Remaja di Bangkalan, Rawat Ibu yang 10 Tahun Alami Gangguan Jiwa dan 3 Adiknya

Hal itu dilakukan lantaran sang ibu mengalami gangguan jiwa dan ayahnya dipenjara karena kasus pencurian sepeda motor.

Kondisi ibu yang alami gangguan jiwa

Kepada Kompas.com, Ipin, sapaan akrab Mohammad Syarifin menuturkan, sang ibu sudah 10 tahun mengalami gangguan kejiwaan.

Kondisi sang ibu, kata Ipin, semakin parah sejak dua tahun terakhir, lebih-lebih sejak sang ayah dipenjara karena kasus pencurian pada 2021 lalu.

"Lama kalau ibu sakitnya sekitar 10 tahunan. Cuma parahnya baru-baru ini, dua tahun terakhir," ungkap Ipin kepada Kompas.com, Minggu (5/3/2023).

Dahulu sang ibu disebut masih bisa bersosialisasi dengan masyarakat di desanya.

Ibunya saat itu masih bisa merawat Ipin serta adik-adiknya yang berusia 11 tahun, 6 tahun, dan 2 tahun. Ipin menjelaskan dirinya juga memiliki seorang adik berusia delapan bulan yang baru saja meninggal dunia sepekan lalu.

Kemudian, sang ibu menujukkan tanda-tanda gangguan jiwa dengan berbicara melantur, meski tidak mengamuk.

"Ibu enggak pernah ngamuk, cuma kalau malam sering keluar, tapi enggak ngamuk," kata Ipin.

Tak punya biaya berobat

Sejak Ipin menuntaskan pedidikan Sekolah Menengah Pertamanya sekitar tahun 2020, kondisi sang ibu disebut semakin berat, sehingga kedua adiknya yang masih balita semakin tak terurus.

Sedangkan ayahnya, Moh Syaiful Rohman, sejak dulu tidak bisa membawa istrinya berobat karena tak memiliki pekerjaan yang pasti.

Ipin juga tidak mengetahui penyebab utama ibunya yang mengalami gangguan kejiwaaan.

"Mau berobat kemana, saya juga enggak tahu, berobat juga butuh biaya," cetus dia.

Berhenti sekolah

Kondisi itu memaksa Ipin mengambil semua peran dari sang ibu dan ayahnya hingga terpaksa berhenti sekolah.

Ipin harus bangun pagi, menyiapkan sarapan dan merawat tiga adik dan ibunya sepanjang hari.

Untuk makan, Ipin dan keluarganya kerap makan seadanya, bahkan nasi tanpa lauk.

Saat Kompas.com mendatangi rumah Ipin, hanya ada dua ruang yang disekat menjadi kamar.

Tempat Ipin dan ketiga adiknya tidur, berada di kamar sebelah yang ukurannya sangat sempit.

Di dalam hanya ada kasur sederhana beralaskan plastk.

Tak ada ruang tamu, tak ada televisi, bahkan Ipin juga tak memiliki telepon genggam.

Kulsum (35) sang tetangga mengaku, kondisi keluarga Ipin penuh keterbatasan.

"Dia itu murid saya waktu sekolah SD di SDN Longkek 1, dia sabar dia juga enggak punya ponsel, tapi memang kondisi ibunya sudah begitu dan tidak ngamuk," kata Kulsum saat mendampingi Ipin, Minggu.

"Enggak ngamuk-ngamuk orangnya, dia cuma ngaku-ngaku (berhalusinasi) kalau pas ada di rumah orang besar bagus, dia bilang ini rumah saya. Terus kalau di rumahnya sendiri pas ada barang yang sudah jelek itu dibuang," papar Kulsum.

Sehari-hari, Ipin hanya dibantu tetangga dan saudara ayahnya untuk bertahan hidup.

Dikunjungi Menteri Risma

Menteri Sosial Republik Indonesia Tri Rismaharini mengunjungi rumah Ipin pada Minggu (5/3/2023) pagi sekitar pukul 10.30 WIB.

Risma langsung menelepon salah satu psikiater di Surabaya untuk menangani ibunda Ipin.

"Setelah ini saya sudah janjian dengan dokter psikiater di Surabaya. Saya rasa ibunya bisa pulih," kata Risma, Minggu (5/3/2023).

"Yang paling penting adalah ibunya kemudian bisa kembali merawat anak-anaknya dulu. Untuk anak-anaknya kita akan juga harus sambil sekolah ini bisa berjalan dan kalau yang Ipin kita lihat life skill-nya juga," cetus dia.

Sebelumnya, video Ipin yang sedang  mengurusi tiga adiknya dan ibunya yang menderita gangguan jiwa, beredar di media sosial.

Kisahnya sengaja dibuat viral oleh gurunya, pemilik akun @assyifaazzahra01.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/03/06/074932878/perjuangan-remaja-di-bangkalan-rawat-ibu-yang-10-tahun-alami-gangguan-jiwa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke